in

Atribut Anak Zaman Dulu Menyambut Ramadan, Buku Catatan Amal Hingga Gerobak Sahur Keliling

Tak salah memang jika Ramadan disebut sebagai bulan penuh berkah. Pasalnya, pada bulan ini semua orang dari berbagai kalangan bersuka cita dan menyambutnya dengan penuh bahagian. Yang tadinya masjid sepi, saat Ramadan mendadak penuh, yang tadinya jarang bersedekah, Ramadan memberikan kesempatan untuk berbagi antarsesama. Atau yang jarang mendoakan, mengunjungi keluarga yang sudah meninggal, jadi berziarah dan menyambung tali silaturahmi kembali.

Bagi anak zaman dahulu, Ramadan menjadi bulan nostalgia tersendiri. Pasalnya, ada banyak hal yang bisa dilakukan selain berpuasa. Kamu yang sekarang sedang berada di usia 18 hingga 25 an pasti punya atribut dan merasakan beberapa hal berikut ini.

Bangun pagi demi ronda keliling bangunin orang sahur

Bangunin orang sahur [Sumber gambar]
Nah, ini nih yang paling enggak bisa dilupakan. Entah sebenarnya menjalankan puasa atau tidak, kamu pasti pernah bangun pagi-pagi sekali untuk berkeliling membangunkan orang-orang. Tentu kegiatan patrol sahur ini tambah asik kalau dilakukan Bersama teman-teman seumuran yang sudah janjian dulu sebelumnya. Dengan berbekal baju yang digunakan untuk tidur, membawa beduk, ember, atau gong plus pemukulnya, kamu akan dengan senang hati berteriak bilang “sahur,,,sahur,,!!”. Duh, kalau teringat, jadi rindu masa itu deh.

Paling urgent dan tak pernah absen: Buku Catatan Amal

Buku Ramadan [Sumber gambar]
Di manapun kamu tinggal dan sekolah, ketika Ramadan menjelang kamu pasti akan diberikan ‘Buku Catatan Amal’ oleh pihak sekolah. Buku ini berisi tentang kegiatan atau kebaikan apa saja yang kamu lakukan selama bulan Ramadan. Yang paling terngiang sih pastinya momen ketika berburu tanda tangan imam, akan bangga sekali jika saat dicek oleh guru kelas, semua tanda tangannya full. Itu artinya, kamu adalah anak yang rajin salat tarawih di masjid. Sebenarnya, tujuan sekolah mengadakan hal tersebut adalah melatihmu agar terbiasa beribadah dan ikut dalam euphoria Ramadan, bukan hanya main petasan tak karuan. Heheh.

Beli petasan untuk dinyalakan setelah salat tarawih dan sahur

Petasan merupakan benda wajib [Sumber gambar]
Salat tarawih jalan, petasan juga enggak boleh ketinggalan. Di samping buku kegiatan Ramadan, petasan adalah benda wajib yang harus ada di saku, jadi bisa dimainkan sesaat setelah salat usai. Bagi mereka yang punya banyak uang saku, sangat bisa membeli petasan yang panjang dan mahal, saat dibakar juga bertahan lebih lama serta lebih membahana saat meletup di udara. Tapi, untuk kamu yang budgetnya terbatas, paling hanya bisa membeli petasan yang bikin orang menutup telinga saat dibakar alias petasan korek. Kamu team mana nih?

Sarung sebagai atribut tarawih sekaligus alat perang-perangan

Perang dengan sarung [Sumber gambar]
Nah, enggak heran kalau Ramadan sudah tiba, sarung merupakan atribut wajib yang harus dipakai. Ya, kamu enggak bisa dong salat di masjid dengan hanya mengenakan celana pendek atau kaos saja kan? Kadang juga anak-anak pengajian diminta untuk tadarus dan mengumandangkan azan, sehingga dituntut untuk lebih sopan. Namun, ternyata sarung tak hanya berfungsi sebagai atribut kesopanan saja, lebih dari itu, anak-anak zaman dulu menggunakannya untuk senjata perang-perangan dengan teman. Setelah salat, berlari keluar masjid, saling kejar dan saling pukul menggunakan sarung juga. Pernah enggak kamu begitu?

Di akhir Ramadan, tak lupa ikut takbir keliling sambil bawa obor

Sambut lebaran dengan takbir keliling [Sumber gambar]
Tak terasa, Ramadan sudah di penghujung, sebentar lagi usai dan baru akan bertemu tahun depan. Tapi, bukan berarti kebahagiaan anak zaman dulu juga berkurang. Menjelang idulfitri mereka tak kalah antusias biasanya. Dari semangat beli baju baru, ikut ayah mengantar zakat, membantu ibu memasak, hingga ikut takbir keliling. Takbir keliling nih yang biasanya selalu ramai. Lengkap dengan obor, beduk, atau bahkan ada yang naik mobil pick-up, mereka berkeliling kampung dan kota. Lebaran sudah di depan mata, makanya bahagia juga makin terasa. Tradisi seperti ini masih lestari hingga sekarang.

BACA JUGA: 5 Cara Sukses Mendapatkan Keberkahan Ramadan

Sekarang mungkin kamu akan sangat merindukan momen-momen tersebut. Di mana, tak ada beban fikiran berarti. Yang ada hanya bahagia, berpuasa sambil bermain bersama teman sebaya. Kalau sekarang puasamu terasa lebih berat karena mungkin sambil bekerja atau harus sibuk mengurus keluarga, coba deh kembali nostalgia ke masa kecil dulu, dijamin pasti bebannya sedikit berkurang.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Bikin Stres! Begini Tingkah Laku 3 Cowok yang Super Posesif Terhadap Pacarnya

Mengenal Mathilda dan Fransiska, Dua Mahasiswi Indonesia yang Berhasil Taklukkan Everest