Dayak memang merupakan salah satu suku di Indonesia yang terkenal dengan beragam kekuatan mistisnya serta sejarahnya. Bila ditanya suku manakah yang paling kuat dan berpengaruh pasti banyak orang akan menjawab suku Dayak. Saking kuatnya adat istiadat yang dipegang, para gadisnya pun disinyalir memiliki daya magis tersendiri meskipun masih merupakan perdebatan.
Satu hal yang lagi-lagi mengejutkan dari sejarah suku asli Kalimantan ini adalah sebuah legenda tentang tradisi memotong kepala atau yang dikenal dengan istilah berkayau. Siapa sangka tradisi ini sempat memunculkan cerita sejarah lain berupa NKADIS NIRUK yang mungkin hanya orang Dayak asli yang mengetahuinya. Dan berikut adalah ulasan tentang NKADIS NIRUK yang dilansir dari berbagai sumber.
Tradisi Ngayau dikenal sebelum masuknya orang asing di Kalimantan
Suku Dayak saat ini tentunya sangat berbeda dengan dahulu. Sekarang dataran Kalimantan sudah dipenuhi oleh para pendatang yang tinggal dan menetap di sana. Padahal dulu ketika pulau tersebut masih kental dengan darah Dayak, ada satu tradisi yang dilestarikan yaitu Ngayau atau memotong kepala.

Ada tujuh pemuda Dayak yang rela berjalan berhari-hari untuk mengayau
Kisah tentang NKADIS NIRUK ini diawali dari tujuh pemuda yang akan pergi ke kampung lain demi berkayau. Sebelum berangkat mereka meminta ibu nya menumbuk benih padi yang disimpan. Menurut kepercayaan saat itu, benih padi tidak boleh ditumbuk sembarangan. Oleh karena itu sang ibu bertanya mengapa dia harus menumbuknya padahal itu seharusnya dilakukan jika anak-anaknya akan pergi mengayau atau sudah kembali. Namun para pemuda itu tetap menyuruhnya karena ingin menggunakannya sebagai bekal.

Rasa tidak sabaran membuat mereka tertangkap
Menurut tradisi, mengintai sebuah kampung tidak bisa dilakukan dalam waktu beberapa jam sampai satu hari karena harus benar-benar memastikan seluruh situasi aman. Ketujuh pemuda Dayak ini kemudian melakukan pengintaian sampai tiga hari lamanya. Sebenarnya waktu tersebut belum bisa dilakukan aman untuk menyerang. Tapi karena mereka sudah tak sabar maka dari itu para pemuda tersebut memutuskan untuk maju.

Tujuh pemuda mulai terkepung dan muncullah NKADIS NIRUK
Teriakan si bapak sontak membuat seluruh penduduk kampung keluar untuk mecari orang-orang yang telah menggorok leher bocah tadi. Amukan penduduk kampung kemudian berhasil menyudutkan pemuda-pemuda tadi sampai tak bisa lagi menghindar dari kepungan warga. Selanjutnya tanpa ragu lagi masyarakat di sana menyerang mereka dan memenggal kepalanya.

Legenda dari daerah Sungai Sadong, Distrik Seriam Sarawak itu kemudian di tuliskan oleh seorang dosen antropologi University of New Zealand, Dr. W.R. Geddes, dan menjadi catatan khusus bagi suku Dayak di sana. Sampai saat ini sendiri di beberapa daerah Kalimantan dipercaya adanya belalang NKADIS NIRUK berkeliaran yang entah itu adalah jelmaan Kamang juga atau hanyalah sebuah spesies belalang.