Pasca tumbangnya Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) atau Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) di Timur Tengah, banyak dari para anggotanya yang tercerai berai dan berupaya untuk kembali ke negeri asal yang dulu ditinggalkannya. Salah satunya para simpatisan yang berasal dari Indonesia .
Dilansir dari laman tirto.id, ada 38 WNI yang merupakan simpatisan dan kini menjadi tahanan di kamp Kurdi. Rata-rata dari mereka merupakan wanita dan anak-anak. Tak hanya menjadi masalah baru bagi pemerintah Indonesia, keberadaan para WNI itu juga membuat otoritas Kurdi kewalahan dan meminta negara-negara asal untuk memulangkan mereka. Lantas, seperti apa kondisi mereka di sana?
Terlunta-lunta dan hidup dalam ketidakpastian
Sosok Mariam Abdullah merupakan sekian WNI yang terserak di Suriah pasca kejatuhan ISIS beberapa waktu lalu. Dilansir dari tirto.id, wanita yang mengaku dari Bandung, Jawa Barat itu datang bersama suaminya yang bernama Saifuddin dan anak-anaknya untuk bergabung dengan ISIS. Ibu dari empat anak itu ditemukan oleh salah seorang jurnalis di kamp pengungsi Al-Hol.
Dalam sebuah video yang diunggah pada akun Twitter Hisham Arafat, jurnalis Kurdi Suriah yang berbasis di kota Qamishlo, Rojava, terlihat sekumpulan anak-anak yang tengah berdempetan satu sama lain di sebuah tanah lapang. Pada unggahan itu pula, Hisham mengatakan bahwa ayah dari anak-anak Indonesia itu masih bertempur dan ibunya telah meninggal akibat serangan udara yang dilancarkan AS dan koalisinya.
Anak-anak kecil menjadi korban pemikiran radikal ala ISIS
Salah satu bukti nyata yang mungkin bisa membuat masyarakat Indonesia mengelus dada adalah, tentang banyaknya anak-anak yang dijadikan ISIS sebagai prajurit tempur mereka di garis depan. Pada sebuah video wawancara yang diunggah Russia Today (RT), terlihat pengakuan dari salah seorang anak yang cukup dewasa sebagai anggota ISIS.
Dalam video itu, ia mengaku sebagai pejuang tentara khilafah (ISIS), di mana ayahnya juga menjadi seorang anggota militer di gerakan tersebut. Saat itu, sang bocah mengaku ia merupakan anggota dari “Lion cubs of the calipathe”, sebuah perkumpulan khusus yang diisi oleh anak-anak dan remaja untuk menjadi kombatan ISIS di medan pertempuran.
Polemik terkait kepulangan mereka ke Indonesia
Setelah kejatuhan ISIS, sebagian simpatisannya yang merupakan WNI kini memohon ada pemerintah agar bisa segera dipulangkan ke Indonesia. Alhasil, hal ini pun akhirnya menjadi polemik bagi masyarakat di tanah air. Seperti yang dikutip dari status Twitter Ziana Fazura, ia secara tegas menolak kehadiran para simpatisan ISIS itu di Indonesia. Tentunya, ada beberapa hal yang mendasari penolakan tersebut.
Salah satunya adalah masalah keamanan di dalam negeri yang dikhawatirkan bisa terganggu dengan keberadaan mereka. Menurut Psikolog sekaligus Direktur Kasandra Associates, Kasandra Putranto yang dikutip dari tirto.id mengatakan, Mereka berpotensi mengembangkan sikap ekstrem sebagai dampak dari lingkungan sosial mereka saat di Suriah. Meski tak semuanya, beberapa dari mereka sejatinya ingin hidup di tanah yang menegakkan syariah Islam secara kaffah dan bukan berorientasi ingin menjadi kombatan atau tentara yang berperang bagi ISIS.
Tak mudah bagi pemerintah untuk menerima keberadaan mereka
Adanya keinginan dari para WNI yang pernah menjadi simpatisan ISIS di Suriah untuk kembali ke Indonesia, menjadi hal yang tak mudah dikabulkan begitu saja oleh pemerintah. Menurut penulis pribadi, ada banyak pertimbangan yang bakal dilakukan jika seandainya proses tersebut disetujui dan dilaksanakan. Salah satunya, pemerintah harus melakukan verifikasi dan memastikan orang-orang tersebut benar merupakan WNI.
Dari proses itu saja, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Luar Negeri (Kemenlu), masih harus bekerjasama dengan dengan instansi lain seperti Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Polri, dan Badan Intelijen Negara (BIN). Jika salah satu tak mengijinkan, sudah tentu keberadaan mereka bisa ditolak oleh negara. Terlebih, kebanyakan dari para WNI yang menjadi simpatisan ISIS itu membakar paspor mereka sebagai tanda tunduk pada organisasi teror itu dan berlepas dari kewarganegaraan asalnya.
BACA JUGA: Dulu Kuasai Timur Tengah, Inilah Akhir Perjalanan ISIS yang Perlahan Punah di Suriah
Memang tak mudah menerima kembali kehadiran mereka yang dulu pernah menjadi bagian dari ISIS di Timur Tengah. Selain karena cara memulangkan yang tidak mudah, masalah keamanan internal di dalam negeri juga menjadi perhatian serius jika para simpatisan ISIS kembali ke Indonesia. Paham radikal yang tertanam kuat, dikhawatirkan menjadi ‘sel tidur’ jaringan ISIS di luar negeri meski pusatnya telah bubar. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?