Populasi penduduk kelahiran Indonesia yang bekerja dan menetap di luar negeri (diaspora) ternyata cukup tinggi. Diperkirakan kini mencapai angka 8 juta lebih yang tersebar di berbagai negara. Di negara rantau, berbagai pekerjaan mereka geluti untuk menyambung hidup. Satu contoh diaspora Indonesia yang survive dan terbilang sukses adalah Tri Narmini.
Melakoni pekerjaan yang umumnya tak dilakukan kaumnya, perempuan yang disapa Tri ini malah menuai kesuksesan. Ibu dua anak itu memilih menjadi supir Uber di Amerika Serikat. Berkat keringatnya, Tri bisa mengantarkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang layak. Selain itu, perempuan ini bahkan bisa menyimpan uang lebih untuk masa depan keluarganya.
Berawal dari Sakit Kaki yang Membuatnya Berhenti Bekerja
Awalnya, Tri Narmini bekerja di sebuah rumah makan cepat saji di AS. Selama delapan tahun menjalani profesi tersebut, Tri merasakan sakit pada bagian kaki yang sering kambuh. Hal ini membuatnya harus berhenti dari tempat kerja terebut. Tak ingin menganggur selepas keluar dari pekerjaannya, perempuan ini meminta saran rekan-rekan sesama diaspora. Setelah mempertimbangakan banyak hal, akhirnya Tri mantap beralih menjadi sopir taksi online.
Dijuluki Ratu Uber oleh Teman Sesama Profesi
Tri merasakan kelebihan menjadi sopir online, di antaranya memiliki waktu yang fleksibel sehingga cocok bagi ibu rumah tangga sepertinya. Tak hanya itu, tidak ada batasan penghasilan yang didapat. Selama masih kuat melakukan pekerjaannya, maka penghasilannya pun akan semakin besar. Dalam seminggu, Tri bisa mengantongi $1000 dan $4000 per bulan. Terlebih jika di musim panas saat pelanggan membludak, Tri bisa mendapat penghasilan sebesar $1200 hingga $1500 tiap minggunya. Lantaran sejak pertama kali menjadi sopir Tri mendapat penghasilan sebanyak itu, dirinya pun dijuluki Ratu Uber oleh rekan-rekannya. Dan perharinya, Tri memang selalu mendapat pelanggan paling banyak dari sopir-sopir yang lain.
Strategi Ratu Uber untuk Mendapatkan Banyak Pelanggan
Semakin hari, semakin banyak orang yang turut menjadi sopir Uber. Karena persaingan makin ketat, Tri memiliki beberapa strategi agar penghasilannya tetap stabil. Salah satunya dengan online setelah sholat shubuh. Sebab di jam-jam tersebut banyak pelanggan yang membutuhkan jasa, namun sedikit sopir yang tersedia. Karenanya, Tri tidak memiliki banyak saingan dalam bekerja di waktu emas tersebut.
Selain itu, orang yang memesan taksi online di waktu setelah subuh umumnya pelanggan yang menempuh perjalanan jauh. Otomatis hal ini membuat biaya jasa yang diperoleh Tri semakin besar. Terlebih, daerah Annapolis (ibu kota negara bagian Maryland, Amerika) tempat tinggal Tri dan keluarganya memang selalu ramai dengan mahasiswa dan wisatawan. Tentu posisi strategis seperti ini menguntungkan sopir taksi online seperti Tri.
Mampu Membiayai Pendidikan Anak dari Hasil Menjadi Sopir Online
Memiliki pekerjaan dengan waktu flexible dan penghasilan yang lumayan membuat Tri bersyukur. Tri mengaku senang menjalani profesi itu, dan tak pernah putus asa mencari penumpang. Pasalnya selama dua tahun menjadi sopir taksi online, Tri telah mampu membiayai kuliah dan sekolah anak-anaknya. Tak hanya itu, uang hasil keringat Tri juga masih cukup untuk ditabung.
Kisah ini memberi pelajaran bahwa orang-orang sukses memang terbiasa dengan hal-hal ‘tak biasa’. Seperti yang dilakukan Tri, perempuan ini mulai bekerja saat turun subuh. Di saat orang lain tengah lelapnya tertidur, Tri sudah bergegas menjemput rezekinya. Hebat bukan?