Saat mendengar kata ‘bumerang’ disebutkan, ingatan kita pasti dikaitkan dengan senjata milik suku Aborigin Australia, yang saat dilempar dan tidak mengenai sasaran maka akan kembali kepada pemiliknya. Memiliki banyak senjata tradisional sejak zaman penjajahan, Indonesia ternyata juga punya bumerang yang disebut dengan Motela yang gak kalah dari Aborigin.
Baru tercium sekarang, ternyata senjata ini sudah eksis sejak tahun 1990-an di kalangan anak muda di Maros, Sulawesi Selatan. Penasaran tidak seperti apa senjatanya? Lebih jelasnya Boombastis merangkum fakta Motela dalam uraian berikut.
Bentuk Motela ‘Bumerang’ Indonesia
Walaupun asli Indonesia, Bumerang yang pertama kali di Sulawesi Selatan ini justru diketahui oleh orang Eropa –yang tidak disebutkan namanya-. Jika bumerang suku Aborigin memiliki dua sisi dan menyerupai bentuk huruf ‘L’, maka Motela dibuat dari bambu, berbentuk salib dan diikat dengan menggunakan rotan atau bambu pada bagian tengahnya. Jangkauan terbang bumerang ini hanya 20-25 meter, batas minimal kecepatan bumerang suku Aborigin. Ada satu lagi jenis bumerang yang dinamai sebagai Parimpah, tapi jenis ini tidak terlalu dikenal masyarakat, sehingga tidak ada gambaran jelas tentang bentuk alat ini.
Digunakan sebagai alat berburu dan permainan pemuda Maros
Jika di Aborigin bumereng dulunya digunakan sebagai senjata berburu tradisional, maka dari awal kemunculannya, Motela tidak hanya digunakan untuk permainan dan kesenangan pemuda setempat saja, bisa digunakan sebagai alat berburu, tapi hanya sebatas melumpuhkan. Berdasarkan informasi dari Asosiasi Boomerang Indonesia (ABI), cara memainkan benda ini adalah searah dengan mata dan benar-benar mengarah ke target ang ingin dituju. Sedangkan saat bumerang ini kembali kepada pemiliknya, cara teraman adalah menangkapnya dengan kedua tangan.
Komunitas pecinta Bumerang Indonesia
Di era modern, bumerang tidak lagi dikenal sebagai senjata mematikan seperti yang sering dikaitkan dengan suku Aborigin, bumerang modern lebih ke arah olahraga dan komunitas. Di Indonesia sendiri, walaupun sudah eksis sejak tahun 90-an, komunitas INASBA (Indonesia Sport Boomerang Association) baru berdiri pada 24 April 2011. Dipelopori oleh para ‘ranger’ dari beberapa daerah di Indonesia, komunitas ini lahir dengan tujuan untuk menjaga dan mengembangkan bumerang di Indonesia.
Pembuat bumerang asal Indonesia yang dikenal dunia
Untuk mengimbangi dengan perkembangan zaman, bumerang sudah tidak dibuat dari bambu lagi, tapi dari material plastik dan kayu. Di Indonesia, ada seorang seniman bumerang yang karyanya sudah dikenal hingga ke seluruh penuru dunia, bahkan diminati di negara asalnya Australia. Hendi Setiadi, pria asal Sukabumi yang awalnya penjaga sekolah ini memulai kiprahnya sebagai pengrajin bumerang pada tahun 2006 dari bahan triplek, namun Hendi baru memproduksi secara massal pada tahun 2008. Dijual mulai harga 25 ribu per buah, dengan berbagai motif dan bentuk, karya Hendi masih eksis dan diminati hingga sekarang.
Jika ditelusuri lebih jauh, boomerang di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama, hanya saja tidak ada sumber lengkap yang membahas hal tersebut. Mengutip dari Dedi, salah satu pecinta bumerang dari Boomerang Malang Community, ia mengungkapkan filosofi dari senjata ini, “Apa yang kita lempar, akan selalu kembali pada diri kita. Jika yang kita lempar baik, kembalinya baik pula”.