Bernama lengkap Raden Ayu Siti Hartinah atau lebih dikenal dengan nama Ibu Tien Soeharto. Sosok wanita yang terkesan lemah lembut dan selalu mendampingi mendiang mantan Presiden Soeharto saat masih menjabat dulu, juga kerap disebut sebagai simbol ibu bagi bangsa Indonesia.
Dinikahi Soeharto pada tanggal 26 Desember 2947, Tien adalah sosok yang dipercaya menjadi kekuatan terbesar bagi mantan pria nomor satu di Indonesia itu. Hal ini disebabkan karena konon sosok Tien memiliki aura dan sisi magis kuat karena dia memang keturunan ningrat dan mempunyai garis keturunan dari raja-raja Jawa, tepatnya Mangkunegara III.
Bahkan, seorang penulis bernama Arwan Tuti Artha pernah mempublikasikan tulisannya yang berjudul “Dunia Spiritual Soeharto” yang di dalamnya juga mengulas tentang Tien dan dia mengibaratkan wanita satu ini adalah “endog (telur) jagatnya Orde Baru.”
Sepucuk Tusuk Konde yang Menjaga Pemerintahan Soeharto
Masih berkaitan dengan masalah mistis, setiap tampil di hadapan publik, pakaian yang dikenakan Tien selalu bernuansa Jawa, yaitu kebaya dengan sanggul yang tersemat pada rambutnya. Pada bagian sanggulnya tersebut, terdapat tusuk konde yang diyakini sebagai penjaga stabilitas negara dan dipakai secara turun-temurun oleh para generasi kerajaan di Jawa.
Selama Tien mengenakan tusuk konde tersebut, wibawa sampai dengan kekuasaan Soeharto sebagai pemimpin negeri ini tetap kuat dan terjaga. Sayangnya, saat Tien meninggal dunia pada tanggal 28 April 1996, tusuk konde tersebut tiba-tiba menghilang.
Menurut banyak penasihat spiritual Soeharto, tusuk konde Tien tidak menghilang atau moksa, melainkan kembali ke petilasan pertapaan panembahan Senopati yang dikenal dengan nama Banglampir di Gunung Lanang, Desa Blimbing, Kelurahan Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul, Jawa Tengah.
Banglampir sendiri merupakan tempat yang dikeramatkan karena dipercaya sebagai tempat wahyu keraton untuk Panembahan Senopati sebelum menjadi raja di Kerajaan Mataram. Setelah mendapatkan wahyu di tempat tersebut, Panembahan Senopati akhirnya berhasil menjadi pemimpin Kerajaan Mataram.
Runtuhnya Keemasan Jaman Soeharto Sepeninggal Ibu Tien
Banyak anggapan bahwa dengan menghilangnya tusuk konde tersebut merupakan tanda dari berakhirnya legitimasi atau kekuasaan era Orde Baru di Indonesia. Bahkan, para penasihat spiritualnya yang juga kabarnya mengetahui betapa hebatnya tusuk konde yang dikenakan Tien tersebut mengatakan bahwa Soeharto harus mengumumkan untuk mundur dari jabatannya, sesuai dengan ‘peraturan’ tak tertulis dan menjadi syarat dari penjaga tusuk konde itu.
Jika tusuk konde tersebut menghilang, seiring dengan sang pemakainya yang menjadi penopang wangsit keprabon meninggal dunia, maka orang yang ditopang harus segera turun atau mundur dari jabatannya. Apabila dilanggar, maka fatal akibatnya. Sayangnya, Soeharto tidak mengindahkan saran dari para penasihat spiritualnya dan melanggar aturan tersebut.
Kerusuhan 1998 yang Menghantam Indonesia
Dikarenakan masih ingin menjabat, akhirnya berbagai hal menimpa Indonesia yang langsung atau tidak langsung berimbas pada dirinya sendiri. Ini terbukti dengan setelah Tien meninggal dunia, pada tahun 1997, Indonesia dihantam krisis finansial dan multi-dimensional yang memunculkan pergolakan dari berbagai daerah di Tanah Air.
Pada tahun 1998, saat Ketua MPR Harmoko melakukan pengangkatan dan pelantikan kepada Soeharto untuk sekali lagi menjabat sebagai Presiden Indonesia, gelombang unjuk rasa terus membesar yang akhirnya membuat pria yang memiliki julukan “Bapak Pembangunan” tersebut memutuskan untuk mundur dari jabatannya.
Memang, jika dinalar secara logika atau dilihat dari kacamata sains, sisi magis dari tusuk konde tersebut tidak akan dapat dijelaskan dan banyak pakar ilmiah akan meragukan bahwa benda tersebut merupakan penopang kiprah Soeharto selama menjabat puluhan tahun di Indonesia. Namun jika dilihat dari sisi spiritualnya, memang Indonesia merupakan negara yang pada zaman sebelum banyak agama masuk, masyarakat umum sampai dengan petinggi kerajaan tidak lepas dari urusan magis dan mistis.
Tentu saja dengan mengambil pemikiran tersebut, maka kehebatan tusuk konde yang dikenakan Tien bisa saja benar-benar ada. Seperti halnya, palu gada dan keris yang dimiliki Mahapatih Gajah Mada atau tongkat komando yang dipunyai mantan Presiden Soekarno yang mana keduanya juga menghilang seiring dengan meninggalnya sang pemilik.