Di balik sebuah perusahaan besar, ada sosok luar biasa yang merintisnya dari nol. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa mencapai suatu puncak kesuksesan. Jatuh bangun dan gagal berkali-kali pun menjadi bagian dari proses itu sendiri. Hal inilah yang juga dialami oleh Michio Suzuki.
Michio Suzuki, dari namanya saja kita sudah menebak siapakah ia sebenarnya. Yups, dia lah sosok tangguh di balik sebuah perusahaan otomotif raksasa Jepang, Suzuki. Ada banyak hal menarik dan menginspirasi dari perjalanannya hingga bisa membuat Suzuki sebesar ini. Selengkapnya, mari kita ikuti infonya di sini.
Terlahir sebagai Anak Petani Kapas
Michio Suzuki lahir di Hamamatsu pada tahun 1887. Ia lahir sebagai seorang anak petani kapas Jepang. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan kerja keras. Saat masih belia, dia pernah bekerja sebagai tukang kayu. Mentalnya sudah dididik menjadi sosok tangguh dan jauh dari kata pemalas.
Jiwa bisnis dan wirausahanya pun sudah ada sejak kecil. Pada tahun 1909, saat berusia 22 tahun, Michio Suzuki berhasil menciptakan alat tenun kayu yang dioperasikan menggunakan pedal. Alat tenun tersebut dijual dan Suzuki Loom Works akhirnya didirikan. Perusahaan tersebut terus berkembang. Banyak pesanan yang masuk dan Michio Suzuki kemudian mengembangkan mesin ciptaannya untuk industri sutra. Selain itu, Suzuki Loom Works juga mengembangkan berbagai mesin yang lain. Bisnis berjalan sangat lancar.
Ekspansi Bisnis karena Permintaan Pasar yang Terus Meningkat
Pada tahun 1920, Michio Suzuki mengambil langkah baru. Ia memperkenalkan bisnisnya di bursa saham. Untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat, ekspansi bisnis pun dilakukan. Michio Suzuki membutuhkan modal yang lebih besar untuk itu. Akhirnya, Suzuki Loom Manufacturing Company (Suzuki Jidosha Kogyo) didirikan. Perusahaan inilah yang nantinya menjadi cikal bakal Suzuki Motor Company yang kita kenal sekarang.
Singkat cerita, Suzuki Loom Manufacturing Company mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk investasi. Perusahaan pun berkembang cepat. Bahkan, pada tahun 1922 saja, Suzuki Loom Manufacturing Company dinobatkan sebagai salah satu pabrik tenun terbesar di Jepang.
Berkurangnya Permintaan Pasar Membuat Michio Suzuki Harus Putar Otak
Pada zaman itu, Jepang belumlah jadi negara besar seperti yang kita kenal sekarang. Saat itu komoditas ekspor yang paling banyak adalah kain dan garmen. Pada tahun 1926, Suzuki Loom Manufacturing Company mulai mengekspor mesin tenunnya ke negara-negara di Asia Tenggara dan India. Hanya saja, kondisi pasar makin lemah.
Alat tenun berkualitas tinggi yang diekspor oleh Suzuki Loom Manufacturing Company bisa tahan dan awet dalam waktu yang lama. Sehingga, lama kelamaan permintaan pasar akan alat tenun yang baru pun berkurang. Di sini, Michio Suzuki mulai putar otak. Ia pun kemudian memiliki gagasan untuk memproduksi yang lain, bukan hanya mesin tenun saja.
Michio Suzuki Melihat Celah di Industri Otomotif
Di Jepang, di era sebelum Perang Dunia II, masih jarang ditemukan pabrikan sepeda motor atau mobil. Tercatat, ada Soichiro Honda yang pertama kali menciptakan sepeda motornya pada tahun 1947. Sedangkan industri sepeda motor dan mobil di Eropa dan Amerika Serikat sudah ada selama puluhan tahun.
Setelah Perang Dunia II usai, zaman ikut berubah. Jepang kemudian menjadi negara yang mendominasi pasar sepeda motor dunia. Permintaan pasar akan kendaraan bermotor meningkat. Tiap tahunnya ada 20 ribu kendaraan yang diimpor Jepang. Jumlah tersebut pun ternyata belum memuaskan pasar, khususnya permintaan pasar akan kendaraan kelas ringan dengan harga yang murah. Di sinilah, Michio Suzuki kemudian menemukan sebuah celah.
Suzuki Membuat Prototipe Mobil Pertama pada Tahun 1938
Suzuki akhirnya menetapkan langkah pertamanya, yaitu membuat prototipe mobil pertama yang mengacu pada mobil Austin Steven. Sebuah Austin Steven dibeli dari Inggris. Tim riset Suzuki kemudian langsung mempreteli dan mempelajarinya. Beberapa bulan kemudian, sebuah replika dari mobil 737 cc buatan Inggris tersebut berhasil dibuat.
Tapi kenapa mereka meniru mobil buatan Eropa? Tak lain karena pada masa itu, Jepang belum memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lengkap soal memproduksi kendaraan mobil dan sepeda motor. Sehingga meniru dan mengadaptasi desain mobil dari luar negeri jadi pilihan. Hanya saja ternyata cara yang dilakukan Suzuki tidak murni original. Nissan ternyata memproduksi mobil pertamanya berdasarkan desain dan model Austin Seven.
Sayangnya, mobil Austin Seven versi Suzuki tak bisa dan tak pernah diproduksi besar-besaran. Pasalnya, saat itu jalannya proyek tersebut bersamaan dengan Jepang yang bersiap untuk perang. Kondisi pasar jadi tak memungkinkan. Ekonomi pun tak stabil. Akhirnya, proyek tersebut terbengkalai. Setelah perang berakhir, Suzuki Loom Manufacturing Company hampir hancur karena ketidakstabilan kondisi saat itu.
Sampai kemudian pada bulan November 1951, tim insinyur Suzuki Loom Manufacturing Company mendesain mesin yang bisa dipasangkan pada sepeda. Singkat cerita, Suzuki berhasil menciptakan “Atom”, mesin prototipe 30 cc. Kemudian, Suzuki berhasil membuat gebrakan besar dengan menciptakan sepeda motor berkualitas tinggi yang kokoh.
Suzuki Terus Mengembangkan Inovasi dan Terobosan Terbarunya
Inovasi dan terobosan terbaru terus dikembangkan. Setelah sepeda motor “The Power Free” sukses, Suzuki kemudian membuat “Diamond Free” yang lain merupakan produk pengembangan dari “The Power Free”. Setelah itu, muncul “mini Free”. Kesuksesan terus berlanjut sampai Suzuki bisa memproduksi enam ribu sepeda motor setiap bulan.
Bulan Juni 1954, nama Suzuki Loom Manufacturing Company berubah menjadi Suzuki Motor Co. Ltd. Suzuki kemudian mulai mengekspor sepeda motor tahun 1963 ke Amerika. Lalu mulai mengekspor mobil ke Amerika tahun 1985. Michio Suzuki sendiri kini dikenal sebagai pemilik dari ratusan hak paten dan memberi kontribusi yang besar pada perusahaannya. Ia menjadi direktur Suzuki Motor Company sampai pertengahan era tahun 50an.
Hidup serba kekurangan bukan jadi hambatan untuk meraih mimpi besar. Justru karena kondisi inilah, seseorang harus bekerja lebih keras lagi. Usaha keras takkan pernah mengkhianati hasil, hal ini yang sangat dipercaya oleh seorang Michio Suzuki.