Selama otak digunakan secara sehat untuk berfikir, sebesar itulah sebuah inovasi bisa didapatkan dengan mudah. Bukan hanya sekedar penemuan biasa, tapi juga sarat dengan manfaat yang hasilnya menjadi jawaban bagi problem yang ada. Salah satunya yang telah dilakukan oleh pria bernama Dimas Bagus Wijanarko.
Temuan pria asal Surabaya, Jawa Timur ini cukup mencengangkan. Ia telah berhasil membuat sebuah alat pengolah sampah plastik yang berhasil dikonversi menjadi BBM. Inspirasi bagi idenya datang dari sebuah benda serupa bikinan Jepang. Berbekal alat-alat sederhana, Dimas berhasil membuat sebuah mesin pengolah limbah plastik.
“Untuk alat yang digunakan masih konvensional, bisa dibuat oleh siapapun. Asalkan mau mempelajari dan meriset, termasuk hitung-hitungan gas semua dipelajari,” ujarnya yang dikutip dari bandung.merdeka.com.
Dengan alat tersebut, sampah plastik yang telah diolah sedemikian rupa akan menghasilkan beberapa tetes minyak. Tergantung dengan volume bahan limbah yang digunakan. Semakin banyak sampah plastik yang diproses, hasil minyak pun akan menjadi lebih banyak.
Mesin pengolah sampah plastik buatannya terlihat sederhana. Sebuah kotak yang difungsikan sebagai tabung reaktor, dijadikan tempat sebagai pembakaran sampah plastik. Limbah kemudian dipanaskan pada suhu 400 derajat, kemudian didinginkan dengan menggunakan pipa instalasi ke kondensor yang tersambung pada tabung reaktor.
“Kalau dari alat ini menghasilkan bahan bakar jenis premium. Jadi sistem kerjanya metode destilasi kering dengan pemanasan suhu tinggi dengan minimal atau tanpa oksigen. Sehingga ada proses kimiawi dari gas jadi cair,” ucapnya yang dikutip dari bandung.merdeka.com.
Mesin buatan Dimas tersebut maksimal bisa mengolah 3 kg plastik menjadi BBM. Asumsinya, 1 liter BBM berjenis premiun dengan nilai oktan 82, memerlukan 1 kg plastik. Cukup lumayan dengan perbandingan BBM sejenis buatan Pertamina yang sebesar 88.
“Jenis plastik yang bisa diolah sebenarnya semua jenis bisa asalkan harus kering. Tetapi jenis plastik yang paling baik diolah menjadi minyak yakni LDPR (low density polyethilene) yang biasa digunakan untuk kresek, bungkus mie instan dan kopi sachet,” ucapnya yang dikutip dari bandung.merdeka.com.
Awal terciptanya mesin pengolah sampah plastik ini berangkat dari pengalaman pribadinya sendiri. Dimas yang merupakan seorang aktivis lingkungan, sangat prihatin dengan banyaknya sampah plastik yang terserak di jalur pendakian. Terlebih, ia mendapatkan informasi dari temannya bahwa plastik memiliki kandungan minyak di dalamnya.
“Sampah plastik itu mengandung unsur minyak. Mulai dari solar, premium dan minyak tanah, ketika bisa mengolah dengan baik. Jadi dari beberapa artikel saya pelajari akhirnya saya menemukan mengubah sampah palstik jadi minyak. Saya bukan akademisi tetapi saya punya kemauan dan tekad serta kepedulian terhadap masalah sampah,” ujarnya yang dikutip dari bandung.merdeka.com.
Meski diri tak memiliki latar belakang akademis yang berhubungan dengan teknik, toh semngat Dimas tak lantas surut. Beragam cobaan pernah menerpa dirinya di saat-saat awal membuat mesin tersebut. Mulai dari kompor meledak, hingga terkena percikan minyak panas akibat bocornya tabung pernah dirasakannya. Namun, penelitiannya tersebut akhirnya membuahkan hasil positif.
“Justru perwakilan Pemerintah Jepang yang beberapa waktu lalu mendatangi saya di Jakarta karena tertarik dengan alat yang saya kembangkan. Karena disana kan terus mengembangkan energi terbaru. Kemudian ada juga akademisi dari Perancis yang mendatangi saya karena penasaran dengan alat yang saya buat. Ya akhirnya kita sharing aja,” ungkapnya yang dilansir dari bandung.merdeka.com.
Untuk menguji keampuhan BBM dari mesin ciptaannya itu, Dimas menggunakan sebuah Vespa super 1977 sebagai bahan percobaan. Kendaraan bermotor tersebut sedianya akan memulai perjalanan dengan rute Jakarta-Bali yang berjarak 1.200 kilometer.
“Saya ingin cari solusi menghabiskan sampah sehingga bisa bermanfaat. Selain itu juga peringkat Indonesia sebagai penghasil sampah plastik terbesar kedua dunia bisa turun,” katanya dikutip dari bandung.merdeka.com.
Kisah inspiratif seperti Dimas di atas, bisa dijadikan sebagai pemicu semangat bagi yang lainnya agar senantiasa tergerak untuk berinovasi. Tak perlu cari sesuatu yang sulit. Dimulai dari hal-hal kecil di sekeliling kita. Atau masalah sosial yang masih banyak ditemui pada masyarakat. Semangat ya Sahabat Boombastis.