Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan menemui kematian. Di dunia ini, tak ada yang abadi, semua manusia pasti mati. Pernahkah kita sejenak berhenti dari urusan keduniawian dan merenungkan seperti apa kehidupan yang bakal kita rasakan di alam kubur nanti? Pernahkah terlintas di benak kita, yang kerap sibuk memikirkan hal-hal fana ini, apakah perbekalan kita untuk menghadapi alam barzakh kelak telah mencukupi?
Allah Ta’ala telah berfirman pada Quran Surat Al An’am ayat 32 yang artinya seperti ini:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”
Alam dunia tak lebih dari sekadar fatamorgana yang kilaunya senantiasa membutakan mata hati manusia. Adalah alam akhirat, tempat kita hidup kekal nantinya. Dan untuk menuju ke sana, setiap manusia akan melalui satu persinggahan yang sangat menentukan, alam barzakh atau alam kubur. Di tempat ini, manusia sudah akan tahu, di tempat mana ia nanti akan kekal berada, apakah surga? Atau neraka?
Ketika manusia telah dibungkus kain kafan dan diletakkan di liang lahat lalu dikubur oleh mereka yang ditinggalkan, manusia tersebut selanjutnya akan melewati fase di mana ia akan berhadapan dengan dua malaikat, yakni Munkar dan Nakir, yang datang dengan membawa tiga pertanyaan:
“Man Robbuka? – Siapa Tuhanmu?”
“Wa maa diinuka? – dan apakah agamamu?”
“Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum? – dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?”
Menurut syariat Islam, hanya mereka yang beriman yang dapat menjawab ketiga pertanyaan pokok tersebut. Ruh orang-orang beriman ini akan dilapangkan dan diterangkan kuburnya, pintu surga akan dibukakan baginya, harum semerbak surga akan ia cium hingga nanti ia kembali dibangkitkan. Ia juga akan ditemani oleh seseorang yang berwajah baik, berpakaian baik, dan harum wanginya, yang merupakan refleksi dari amal perbuatan baik si empunya jasad tersebut selama hidup di dunia.
Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak beriman? Tentunya mereka sama sekali tak akan mendapat perlakuan istimewa layaknya para kaum mukmin. Sebaliknya, di tempat ini mereka akan mendapat siksaan yang teramat pedih dan perih, jauh melampaui nalar mereka selama ini.
Suatu ketika, dalam mimpinya, Rasul didatangi oleh dua malaikat. Keduanya mengajak beliau untuk pergi mendatangi jasad manusia yang telah meninggal. Dalam adegan pertama ini, beliau melihat seseorang, kemungkinan malaikat, yang berdiri di atasnya sambil membawa sebongkah batu besar. Tiba-tiba, orang ini menghantam kepala mayat tersebut hingga luluh lantak. Kemudian, ia angkat kembali batu tersebut. Dan menunggu hingga kepala si mayat utuh kembali seperti sedia kala. Setelah itu, ia kembali menghantamnya sekuat tenaga hingga hancur kepala mayat itu. Hal ini terus diulangi, lagi dan lagi.
Mayat tersebut, yang secara mengenaskan dihancur leburkan kepalanya berkali-kali ini, adalah golongan yang semasa hidupnya dulu kerap melalaikan shalat lima waktu. Ini juga merupakan siksaan pedih bagi mereka yang rajin mempelajari Al-Quran, namun malas mengamalkannya. Naudzubillahimindzalik.
Lalu, beliau berangkat lagi menuju tempat mayit lain. Kali ini, Rasul melihat jasad manusia yang tidur terlentang. Berdiri seseorang di sebelahnya. Jika yang pertama membawa batu, yang satu ini dipersenjatai oleh semacam kail besi. Selanjutnya, orang tersebut menggunakan kail besi itu untuk merobek mulut jasad tersebut, hingga tengkuknya, lalu lubang hidung, hingga tengkuknya, dan dari bola mata hingga tengkuknya.
Kedua malaikat tersebut berkata, siksaan pedih ini merupakan kepastian yang akan diterima oleh manusia yang semasa hidupnya beraktivitas, berangkat dari rumahnya, dengan melakukan perbuatan dusta yang Allah benci. Dusta yang ia lakukan telah melampaui batas. Kelak, manusia seperti itu akan terus diperlakukan seperti ini, (disiksa, pulih kembali, disiksa lagi) hingga dibangkitkan kembali di hari pembalasan.
Berangkatlah lagi ketiganya menuju tempat yang lain. Kali ini, di hadapan mata mereka terdapat sebuah tempat pembakaran besar, menyerupai sebuah tungku yang lebar. Di atasnya, terdapat kaum laki-laki dan perempuan yang semuanya tampil telanjang bulat. Kobaran api dari dasar kemudian menjilati tubuh mereka satu per satu.
Kedua malaikat itu menjelaskan bahwa kaum lelaki dan perempuan tersebut adalah golongan para pezina. Mereka tak takut bermuat maksiat ketika dulunya masih hidup di dunia. Mereka akan terus disiksa di tempat ini, dipulihkan kembali, dan disiksa lagi dengan cara yang sama hingga tiupan terompet sangsakala dibunyikan. Tentu saja pemandangan mengerikan ini diiringi oleh jeritan akibat perih tak tertahankan para pendosa dan lolongan penyesalan para pezina tersebut.
Selesai dengan para pezina, ketiganya berlanjut menuju sebuat tempat. Di tempat ini, terdapat sebuah sungai. Sungai ini berwarna merah seperti darah. Di sungai tersebut, terdapat manusia yang tengah berenang. Sedangkan, di tepiannya, terdapat seseorang yang mengumpulkan bebatuan. Tiba-tiba, pengumpul batu tersebut datang menghampiri manusia yang berenang, dan menjejalkan batu-batu yang telah dikumpulkannya ke dalam mulutnya.
Rasul heran, dan bertanya pada kedua malaikat yang setia menemaninya melakukan “tur” ini. Keduanya menjelaskan bahwa manusia yang dijejali mulutnya dengan batu hingga penuh ini adalah mereka yang dulu semasa hidupnya sering memakan rezeki dari hasil riba.
Seperti itulah gambaran siksaan pedih yang Rasul pernah ceritakan kepada para sahabatnya. Tak seperti apa yang dipikirkan oleh nalar kita, alam kubur jauh berbeda dengan apa yang selama ini digambarkan oleh berbagai ilustrasi media ciptaan manusia. Sempit, gelap, kotor, alam kubur tidak seperti itu. Keadaan dan kondisi alam kubur nanti akan sangat ditentukan oleh amalan perbuatan kita semasa masih menghirup udara bebas di dunia.
Mereka yang masuk ke dalam golongan baik akan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir, akan Allah sediakan tikar dari surga. Wewangian dari pintu surga yang terbuka tercium semerbak. Kuburannya yang sempit dilapangkan sejauh mata memandang. Sedangkan, mereka yang termasuk ke dalam golongan sebaliknya, ia akan dibaringkan di sebuah tikar dari neraka. Hembusan angin panas akan menyiksa dan menghanguskan tubuh mereka. Kuburannya juga disempitkan hingga tulang belulangnya remuk, namun ia tak mati, dan terus merasakan kepedihan tersebut.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah, siksaan kubur itu pasti ada dan mutlak dirasakan oleh semua manusia yang pernah terlahir ke muka bumi. Alangkah baiknya jika kehidupan yang maha singkat di dunia ini dipergunakan untuk diisi oleh kebaikan. Renungkan semua hal yang telah kita perbuat di masa lalu sekaligus mengevaluasi diri agar hal serupa tak lagi, atau setidaknya tak terus-menerus kita lakukan. Dan juga supaya kita mendapat keridhaan Allah untuk diijinkan masuk ke dalam golongan orang beriman dan dipermudah di alam barzakh kelak. Aamiin.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…