Categories: Trending

Indonesia Berhutang Pada Sutami, Menteri Termiskin yang Jasanya Tak Terbantahkan

Ketika kita sudah muak dengan berita miring para menteri di pemerintahan yang hobi melakukan penyelewengan jabatan, tindak pidana korupsi, pencucian uang, serta hal-hal keji lainnya yang menyengsarakan rakyat, kita harus tetap bersyukur, karena ada saja menteri di setiap kabinet pemerintahan yang bekerja secara bersih, jujur, dan terus melakukan tugasnya dengan baik.

Mundur beberapa puluh tahun ke belakang, Indonesia pernah punya seorang menteri yang bukan hanya jujur dan bersih namun juga rela hidup dalam kesederhanaan untuk ikut merasakan langsung seperti apa sulitnya hidup sebagai rakyat biasa. Nama menteri tersebut adalah Insinyur Sutami.

Satu-satunya menteri di kabinet Soeharto yang diambil dari kabinet Soekarno

Beliau lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 19 Oktober 1928. Ia adalah insinyur sipil yang pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum pada kabinet Dwikora I bentukkan Soekarno. Beliau lulus dari Teknik Sipil ITB pada tahun 1956.

Pak Sutami ketika meninjau salah satu proyek pembangunan. [Image Source].
Ketika menteri-menteri lain yang bekerja pada Soekarno didepak atau dipecat secara tidak terhormat pada saat Presiden Soeharto berkuasa, lain cerita dengan bapak Sutami. Ia diangkat oleh presiden selanjutnya dan tetap menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum.

Ia adalah Menteri Pekerjaan Umum dengan masa jabatan terlama, yakni 12 tahun pada 6 kabinet. Terhitung sejak menjabat sebagai Menteri Koordinator Kompartimen Pekerjaan Umum dan Tenaga pada Kabinet Dwikora II (22 Februari 1966).

Menteri termiskin dan salah satu yang paling bersih yang pernah Indonesia miliki

Beliau bukan orang partai. Ia murni orang sipil. Semasa hidupnya, ia menderita penyakit yang behubungan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Rumah kediamannya di Solo juga pernah dicabut aliran listriknya karena tak mampu membayar iuran listrik.

Menteri Sutami bersama Gubernur DKI Jakarta ALi Sadikin. [Image Source].
Pada saat beliau meninjau daerah terpencil, alih-alih menggunakan kendaraan yang bisa saja disediakan apabila diminta, beliau lebih memilih untuk berjalan kaki. Tak tanggun-tanggung, dari penuturan wartawan yang saat itu mengeluh ketika mengikutinya, waktu tempuh perjalanan dengan berjalan kaki menuju tempat yang dituju bisa mencapai enam jam!

Selama beliau menjabat, tak ada desas-desus negatif mengenai dirinya. Tak ada kasus korupsi, pun tak ada uang negara yang raib karena ulah perbuatannya. Ia begitu lurus menjalankan amanat rakyat.

Prestasi beliau yang gilang-gemilang pada masanya

Pada tahun 1964, ketika umurnya baru menginjak usia 36 tahun, Sutami mulai ditunjuk menjadi menteri yang mengurusi penilaian konstruksi. Usia yang sangat belia bahkan bila dibandingkan dengan rata-rata usia menteri yang ada pada era sekarang.

Bapak Friedrich bersama Pak Tami. [Image Source].
Soekarno saat itu harus berterima kasih kepada arsitek cemerlang bernama Friedrich Silaban. Ialah yang mengenalkan Sutami kepadanya. Pada saat itu bapak Friedrich sampai berani memprediksi kalau Sutami akan menjadi arsitek brilian yang mampu meneruskan kehebatan guru besar ITB, Roosseno, si Bapak Konstruksi Beton itu.

Semasa hidupnya, Pak Tami yang berperan membangun Jembatan Semanggi yang indah dan unik itu. Ia yang mempelopori teknik pre-stressed concrete yang belum banyak digunakan oleh infrastruktur lain pada zamannya. Selain itu jembatan yang berdiri di atas sungai musi alias Jembatan Ampera dan bahkan kompleks gedung MPR/DPR pun beliau yang pegang.

Lebih memilih untuk dikuburkan bersama rakyatnya

Beliau meninggal di usia 52 tahun pada tanggal 13 November 1980. Sedianya, pak Harto telah memerintahkan agar jenazah beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Namun, pak Tami menolak. Sehingga keluarganya pun memakamkan jasad pak Tami di Tempat Pemakaman Umum.

Prosesi pemakaman Pak Tami. [Image Source].
Seorang “musuh” yang sering kali bersilang pendapat dengannya adalah Bapak Widjojo Nitisastro. Sutami beranggapan kalau Widjojo hanya mementingkan faktor ekonomi dalam pembangunan dan mengabaikan faktor-faktor yang lebih esensial seperti politik, sosial dan budaya. Namun, Pak Widjojo bukan orang yang pendendam. Mengetahui betapa besar jasa pak Tami kepada negeri, ia pun berinisiatif sendiri untuk setia menemani Pak Sutami di rumah sakit hingga beliau menghembuskan nafas terakhir.

Indonesia saat ini membutuhkan lebih banyak sosok menteri seperti pak Sutami. Menteri yang berprestasi dan rela hidup merakyat. Menteri yang menghindar dari kehidupan duniawi yang melenakan dan memilih hidup bersih hingga akhir hayatnya. Hingga kini namanya tetap harum dan akan selalu dikenang oleh rakyat yang merindukan sosok hebat dan sederhana seperti beliau. Selamat jalan Pak Sutami.

Share
Published by
Faisal Bosnia Ahmad

Recent Posts

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

3 weeks ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

4 weeks ago