Bekerja dalam sebuah instansi, perusahaan, kantor serta sekolah, yang namanya bermasyarakat pasti tak bisa lepas dari berinteraksi dengan banyak orang. Adakalanya kita bertemu dengan teman-teman baik yang mau menolong dan membantu kita, namun tak jarang juga kita menemukan kebalikannya. Yaitu orang-orang menjengkelkan yang selalu berusaha menjatuhkan kita, bahkan parahnya kadang sampai memfitnah kita.
Allah SWT selalu meminta hambaNya untuk bersabar, dan meminta pertolongan kepadaNya atas apapun dengan sabar dan sholat. Begitupun saat kita berada dalam sebuah komunitas yang heterogen. Di mana akan kita temukan orang-orang baik dan ‘usil’ di sekitar kita. Yang baik tentunya harus kita perlakukan baik. Nah, untuk yang ‘usil’ ini, sebaiknya kita apain ya? Beikut tips dalam menghadapi mereka:
1. Maafkan, Hati dan Diri Kita Butuh Kedamaian
Ya, jadilah pribadi pemaaf yang selalu berusaha mencari seribu alasan untuk memaafkan orang lain dengan berusaha mencari kebaikan mereka. Jika tak kita temukan juga kebaikannya, maka serahkan semua pada Allah, biar Dia saja yang menilai. Namun sebenarnya yang pasti harus kita sadari, bahwa sejahat apapun manusia, ada satu titik kebaikan yang pasti ada dalam diri mereka.
Memaafkan bukan berarti kita kalah atau lemah. Karena orang hebat adalah dia yang terlebih dulu memaafkan walaupun disakiti sedemikian hebatnya. Allah saja Maha Pemaaf kenapa kita yang hambaNya saja tak mampu?
Selain itu, memaafkan sejatinya bukan untuk siapapun, namun adalah untuk diri kita sendiri. Karena dengan memaafkan hati kita akan terasa lega dan damai. Tak menyimpan amarah atau dendam yang menyesakkan dada dan membuat kesah dalam hidup. Sehingga, maafkanlah, karena hati dan diri kita sangat membutuhkan kedamaian.
2. Bersikap Baiklah, Batu Saja Bisa Lapuk Kenapa Tidak dengan Hati Manusia?
Menghadapi orang-orang ‘usil’ seharusnya bukan justru berbalik meng’usil’-i mereka. Semakin kita terlihat menyerang, maka mereka akan semakin keras menyerang kita. Sehingga yang perlu kita lakukan adalah dengan melakukan kebalikannya. Yaitu, membaiki mereka dengan sebaik-baik perbuatan.
Rasulullah SAW, adalah sebaik-baik teladan bagi kita. Ketika dahulu beliau selalu diludahi seorang tua setiap akan berangkat shalat Subuh, beliau tak pernah marah. Beliau tetap tenang dan menyeka ludahan orang tua tersebut. Hingga suatu hari Rasulullah tak menemui lelaki tua yang biasa meludahinya itu. Beliau penasaran dan setelah bertanya kesana kemari, beliau mendapati si Tua itu terbaring sakit. Beliau menjenguk dan minta ampun lah si Tua itu kepada Rasulullah, kemudian si Tua masuk Islam.
Masha Allah, sebuah kisah teladan yang mengharukan. Begitulah Allah menciptakan hati seorang manusia, begitu lunak dan lembut. Batu saja bisa lapuk oleh tetesan air, mengapa hati manusia tak bisa lunak oleh kebaikan? Dan jika kebaikan yang kita beri pada para ‘usil’ tersebut masih tak mampu membuat mereka jadi sadar, maka serahkan semua pada Allah Sang Maha Pemilik Hati.
3. Lakukan Kewajiban Kita, Hindari Berkonflik dengan Mereka
Jika kita bekerja pada suatu lembaga atau sedang menuntut ilmu di sebuah lembaga pendidikan, ataupun dengan aktivitas lain di sebuah komunitas, fokuskan diri kita kepada apa kewajiban kita. Entah di sana kita digaji atau tidak, maka yang perlu kita ingat adalah apa yang menjadi kewajiban kita adalah amanah dari Allah yang harus dikerjakan dengan semaksimal mungkin.
Belajar menjadi cuek itu perlu. Dalam artian, apapun yang dilakukan si ‘usil’ pada kita tak usah dimasukkan hati. Ambil yang sekiranya baik untuk kita introspeksi diri, dan buang yang sekiranya gak penting. Toh mereka adalah orang baru dalam kehidupan kita.
Lebih baik kita fokus dengan pekerjaan kita dan menjalankan amanah tersebut dengan baik. Benar kata pepatah bahwa ‘Anjing menggonggong Kafilah berlalu’. Maka kita petik hikmah dari pepatah tersebut, yang sekiranya gak bermutu bagi kebaikan kita saat ini dan di kedepannya nanti, sudah buang aja ke laut. Hehehe..
4. Ingatlah Mereka yang Tulus Mencintai Kita
Jika kita memikirkan para ‘usil’ tersebut dan membuat kita sakit, menyiksa diri dan hati kita, maka kita keliru se-keliru-kelirunya. Dengan menjadikan diri kita sakit atau depresi, para ‘usil’ tak akan terpengaruh apapun. Justru kita akan membuat sedih orang-orang tercinta di sekitar kita.
Ingatlah orangtua kita yang dari kita belum lahir sampai sedewasa sekarang sangat mencintai dan merawat kita tanpa pamrih, ingatlah suami atau isteri kita yang begitu mencintai dan mengharapkan selalu bisa ada di sisi kita, ingatlah anak-anak kita yang masih butuh kasih sayang kita, dan ingatlah sahabat serta keluarga yang sangat tulus bersama kita.
Mereka lah orang-orang yang telah berkontribusi banyak bagi kita. Bukan para ‘usil’ tersebut, yang bahkan tak ada satu ujung jari pun berkorban bagi kehidupan kita. Sehingga, buat apa kita memikirkan mereka. Selain capek hati dan fisik, kita akan membuat khawatir orang-orang yang mencintai kita jika kita sakit.
Itulah 4 cara menghadapi orang-orang ‘usil’ di sekitar kita. Bisa dikatakan 4 hal tersebut adalah tameng. Jangan lupa bahwa semua kuasa adalah milik Allah, maka berlindunglah pada Allah dari segala kejahatan dan tipu muslihat dunia. (sof)