Nama Yasser Arafat begitu melegenda di kalangan masyarakat Palestina. Tak hanya dihormati dan dicintai di dalam negeri, sosok pria kelahiran 24 Agustus 1929 itu juga sangat disegani oleh Israel. Dilansir dari laman internasional.kompas.com, beberapa kali negeri Zionis itu mencoba membunuhnya, namun berulang kali pula Arafat berhasil selamat dari maut.
Hingga pada 11 November 2004, ia akhirnya dinyatakan meninggal dunia di Clamart, Prancis, beberapa minggu setelah jatuh sakit di kompleksnya di kota Ramallah, Tepi Barat. Menurut diagnosa dokter Prancis pada saat itu, Arafat memiliki penyakit kelainan darah dan dianggap terkena stroke. Sejak saat itulah, kabut misteri mulai menyelubungi kematiannya. Seperti apa kisahnya simak ulasan berikut.
Kerap lolos dari maut meski hendak dibunuh beberapa kali
Sebagai pemimpin dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), sosok Yasser Arafat dinilai begitu merepotkan bagi ambisi Israel untuk menguasai wilayah yang dijajah oleh negerinya. Mau tak mau, Yasser Arafat harus dihabisi sesegera mungkin. Hal inilah yang akhirnya membuat Israel kerap melakukan percobaan pembunuhan terhadap dirinya.
Laman internasional.kompas.com menuliskan, Israel telah puluhan kali hendak melakukan percobaan pembunuhan pada Yasser Arafat. Salah satunya terjadi pada 23 Oktober 1982. Saat itu, AU Israel nyaris menembak sebuah pesawat yang membawa 30 anak-anak Palestina yang terluka karena mereka mengira Arafat ada di dalamnya. Beruntung, ia ternyata tak ada di dalam pesawat yang tengah menuju ke Mesir tersebut.
Alami stroke dan pendarahan hebat yang menjadi akhir kehidupannya
Sebelum meninggal dunia, Arafat diketahui sempat mengalami muntah, sakit perut dan diare, tetapi tidak demam. Laman bbc.com menuliskan, hal ini diketahui sejumlah tim dokter Palestina, Mesir, Yordania dan Tunisia, yang kemudian merawatnya. Catatan menunjukkan bahwa Arafat tidak menerima antibiotik sampai 27 Oktober – 15 hari setelah timbulnya penyakitnya.
Dua hari kemudian ia diterbangkan dengan helikopter ke Yordania dan kemudian jet pribadi ke Rumah Sakit Pelatihan Militer Percy di Clamart, di luar Paris.Hanya ketika Arafat tiba di Paris dia didiagnosis menderita kelainan darah serius – diseminasi koagulasi intravaskular (DIC) – yang tidak dapat dikendalikan oleh para dokter Prancis. Sempat membaik, Arafat mengalami koma pada 3 November hingga terkena stroke dan pendarahan hebat pada 8 November. Tak lama, pemimpin Palestina itu pun meninggal tiga hari kemudian.
Dugaan kematian karena racun yang dilakukan oleh pihak Israel
Pasca kematian Arafat, banyak pejabat senior Palestina mengklaim bahwa Arafat diracun oleh Israel. Terlebih, PM Israel pada saat itu, Ariel Sharon melihat pemimpin kelahiran 1929 itu sebagai teroris dan penghambat perdamaian. Meski tak menyukai, Ia dan Israel telah bersepakat untuk tidak menyakitinya. Namun semua berubah saat komite investigasi Palestina menuduh Israel menjadi dalang dari kematian Arafat.
Alhasil, pemerintah Israel menolak setiap saran bahwa mereka terlibat. Terlebih, Dokter Prancis mengatakan Arafat memiliki kelainan darah yang membuatnya terkena stroke dan pendarahan hebat hingga meninggal dunia. Namun di sisi lain, muncul kembali dugaan bahwa Arafat sengaja dibunuh menggunakan racun yang bernama polonium-210. Hal ini pun mengundang reaksi keras dari Israel, di mana pihaknya membantah bahwa hal tersebut memiliki hubungan dengan kematian Arafat yang tetap menjadi misteri hingga saat ini.
BACA JUGA: Ahed Tamimi, Aktivis Muda Palestina yang Bernyali Besar Melawan Kesombongan Israel
Hingga saat ini, tidak jelas hal apa yang menjadi penyebab kematian daripada Yasser Arafat. Pihak Israel yang dituduh oleh Palestina, menolak semua keterlibatan yang dilakukan negaranya. Meski demikian, figur besar seperti Yasser Arafat akan terus dikenang sebagai simbol perlawanan yang menggerakkan rakyat Palestina untuk menentang pendudukan negeri Zionis atas tanah mereka.