Ngilu sendiri ya kalau ingat masa-masa ketika disunat dulu. Prosesnya sih nggak sakit, tapi hari-hari setelahnya itu lho yang benar-benar jadi penderitaan. Rasa panasnya benar-benar luar biasa, seperti mau mati saja. Tak ada obat untuk menghilangkan panas ini kecuali kipas dan sejenisnya. Nah, jika kita biasanya meredam panas lantaran sunat dengan kipas, hal tersebut berbeda dengan orang-orang yang ada di sebuah daerah di NTT ini. Caranya sangat ekstrem dan mungkin kamu bakal nyeri ketika mengetahuinya.
Alih-alih didinginkan dengan kipas atau direndam air, orang-orang dari suku bernama Atoni Meto ini meredakan nyeri sunat dengan bersetubuh. Yang bikin makin ngeri adalah prosesinya dilakukan langsung setelah sunat dilakukan. Mungkin bercinta adalah aktivitas yang menyenangkan, tapi jika harus dilakukan setelah sunat tentu kamu bisa membayangkan sakitnya seperti apa. Nah, yang lebih gila lagi, percintaan itu dilakukan bukan dengan pasangan sah alias wanita lain yang dipilihkan oleh tetua.
Meskipun seperti itu, tradisi yang bernama Sifon memiliki makna yang sangat dalam dan jadi prosesi ritual yang cukup dikeramatkan oleh orang-orang sana. Nah, biar tahu lebih dalam soal Sifon ini, berikut adalah deretan fakta tentang ritual unik menyakitkan satu ini.
Kamu mungkin bertanya-tanya saat membaca bagian pembuka di atas. Kenapa bisa anak-anak melakukan persetubuhan dengan wanita asing? Nah, hal yang perlu ditekankan di sini adalah Sifon hanya dilakukan oleh orang-orang dewasa. Ya, suku Atoni Meto menjalankan ritual sunat ketika mereka sudah dewasa dan ini sekaligus sebagai pertanda jika para pria sudah melewati gerbang masa depan alias kedewasaan.
Tradisi kedewasaan ini sendiri tak dilakukan setiap hari atau kapan butuh diselenggarakan ya bikin, melainkan hanya waktu-waktu tertentu saja. Biasanya panen adalah waktu yang sering dipilih oleh orang-orang Atoni Meto. Soal kriteria kedewasaannya sendiri tidak begitu jelas. Mungkin dilihat dari umur atau juga rupa fisiknya.
Sunat ala tradisi Sifon sungguh bakal bikin kita bermimpi buruk. Tak seperti waktu kita disunat dulu yang sudah memakai peralatan kedokteran maju, Sifon dilakukan dengan cara tradisional. Ya, ujung kulup dipotong dengan pisau biasa, tapi kebanyakan pakai bambu yang tajam. Prosesinya diawali dengan si pria yang digiring ke sungai kemudian disuruh berendam. Kemudian si penyunat akan langsung melakukan prosesi itu. Sret, dan selesai.
Dengan usia yang sedewasa ini sunat jelas jadi hal yang menyakitkan. Tapi, para pria Atoni Meto melakukannya dengan dasar yang kuat. Nah, kembali soal tata cara sunat, setelah disunat si pria akan membungkus alat vitalnnya dengan selembar daun khusus untuk menghentikan pendarahan. Nah, setelahnya lagi, barulah menginjak ritual persetubuhan yang jadi puncak prosesi Sifon.
Setelah dibebat dengan daun tersebut yang jelas rasanya pasti masih nyeri-nyeri panas, si pria kemudian dihadapkan dengan ritual puncak dari tradisi Sifon. Ya, bersetubuh. Tak diketahui dengan detail soal ini, tapi yang jelas si wanita tersebut bukanlah pasangan resmi si pria. Si pria yang disunat harus benar-benar melakukan percintaan ini apa pun yang terjadi. Kalau tidak, mungkin saja status kedewasaan tak jadi disandangnya.
Tujuan persetubuhan itu sendiri ada dua. Pertama adalah untuk mengobati rasa sakit dan panas setelah sunat walaupun jelas malah makin menyakitkan, dan kedua adalah sebagai simbol kejantanan dan kedewasaan sejati. Setelah melakukan ini si pria pun akan naik statusnya dan bakal dihormati seperti layaknya laki-laki sejati.
Hal yang juga tak kalah bikin penasaran dari ritual ini adalah wanitanya sendiri. Ya, tidak benar-benar diketahui ternyata dari mana datangnya wanita-wanita yang bersedia di-Sifon. Selain itu, tidak terungkap pula bagaimana para wanita Sifon dipilih serta apa motivasinya. Semuanya serba misteri.
Tapi, semua rahasia ini bisa dipecahkan oleh satu orang. Ya, dialah Ahelet si pemimpin upacara Sifon. Dia yang mengeksekusi si pria serta merekomendasikan wanita-wanita untuk ritual puncaknya. Tapi, mengingat ini adalah ritual suci dan keramat, maka bisa dipastikan Ahelet takkan banyak berkata soal itu.
Sebagai salah satu warisan leluhur, Sifon jelas harus dilestarikan. Tapi, kalau sudah tahu macam ini ritualnya, kesannya agak susak kalau harus dipertahankan. Prosesi sunatnya mungkin tidak masalah, tapi acara puncaknya itu lho. Bertentangan dengan hukum yang ada di Indonesia.
Ada rumor yang mengatakan jika Sifon sudah tidak dilakukan lagi hari ini. Ritual sunatnya mungkin iya, tapi tidak untuk persetubuhannya. Tapi, ada juga yang bilang jika praktik ritual unik itu masih tetap berjalan di beberapa daerah. Dilema sebenarnya dengan hal yang seperti ini. Di satu sisi Sifon adalah ritual yang punya value sebagai kekayaan budaya dan harus dilestarikan, tapi ia juga bertentangan dengan hukum norma yang ada di Indonesia.
BACA JUGA: The Five Pains, Metode Eksekusi Tiongkok Kuno Yang Sadisnya Tak Karuan
Inilah Sifon, ritual unik dan aneh yang mungkin hanya ada satu-satunya di dunia. Tak terbayangkan ya rasanya kalau harus menjalani ritual seperti ini. Tapi, bagi orang-orang Atoni Meto, Sifon adalah tradisi yang tak hanya sekedar jadi simbol kedewasaan saja, tapi juga punya makna yang sangat mendalam.
Kasus baru, masalah lama. Begitulah kira-kira jargon yang cocok disematkan kepada Menteri Peranan Pemuda dan…
Selain susu dari sapi atau kambing, kamu mungkin sudah pernah mendengar susu dari almon atau…
Kamu pasti sudah nggak asing lagi dengan nama Labubu, atau Boneka Labubu. Jelas saja, karena…
Di dalam hutan lebat Papua, terdapat salah satu burung terbesar dan paling menakjubkan di dunia,…
Siapa yang tidak kenal Hikigaya Hachiman? Tokoh utama dari *OreGairu* ini dikenal dengan pandangan hidupnya…
Belakangan ramai perbincangan mengenai dugaan eksploitasi yang dialami mantan karyawan sebuah perusahaan animasi yang berbasis…