in

Mengenal Kain Ulos, Selendang Perlambang Keistimewaan dan Kasih Sayang dari Suku Batak

Belakangan ini sedang ramai diperbincangkan netizen fenomena seleb tanah air, Yuni Shara yang mengunggah foto berbalut kain Ulos dari Sumatra Utara. Meskipun tampak menawan, nyatanya komentar nyelekit netizen tak bisa dihindari. Kebanyakan mereka mengomentari Yuni yang terkesan memakai busana kurang bahan.

Nah, di luar komentar nyinyir netizen, mungkin tak banyak yang tau jika kain Ulos yang dipakai sebagai kemben tersebut punya makna tersendiri dalam adat Suku Batak. Mereka menganggap kain tersebut sebagai pakaian istimewa terlepas dari siapapun yang memakainya. Jika Saboom semua belum tau, berikut Boombastis merangkum beberapa fakta tentang kain Ulos.

Ulos pada zaman nenek moyang Suku Batak

Pemakaian Kain Ulos [Sumber gambar]
Zaman dahulu, nenek moyang Suku Batak kebanyakan tinggal di daerah pegunungan yang memiliki cuaca dingin. Untuk melawan rasa dingin tersebut, mereka menggunakan api dan sinar matahari agar mendatangkan rasa hangat. Namun, hal tersebut ternyata tidak selalu bisa teratasi karena dapat menimbulkan risiko seperti kebakaran dan hujan yang datang tiba-tiba. Karenanya, lahirlah Ulos, yang secara harfiah berarti ‘selimut’. Ulos inilah yang mereka bawa ke manapun pergi untuk melawan cuaca yang menusuk tulang.

Ulos adalah lambang kasih sayang

Ulos dalam upacara adat [Sumber gambar]
Pada awal kemunculannya tentu Ulos tidak langsung menjadi sakral seperti sekarang ini. Butuh proses yang sangat panjang dalam menjadikan kain ini sebagai tenun yang istimewa. Setelah ratusan tahun berlalu, sesuai dengan hukum alam yang berlaku, Ulos menjadi ciri khas dan budaya yang ada dalam Suku Batak. Ulos ini kemudian memiliki arti penting tersendiri yang sering dipakai oleh tetua dalam berbagai pertemuan adat, serta acara resmi. Tak jarang, Ulos dijadikan sebagai hadiah, tanda sayang yang diberikan kepada mereka yang terkasih.

Ritual mengulosi dalam budaya Suku Batak

Mengulosi anak yang menikah [Sumber gambar]
Seiring perkembangan zaman, Ulos menjadi kain yang memiliki makna penting dan disakralkan. Dalam adat Batak, ritual mengulosi (upacara adat) yang notabenenya tidak dilakukan oleh sembarang orang. Upacara Ulos hanya dilakukan oleh garis keturunan lebih tinggi kepada mereka yang berada di bawahnya, contoh orangtua yang mengulosi anaknya. Warna Ulos yang empat (hitam, putih, merah, kuning) juga disampaikan kepada orang yang tepat. Singkatnya mengenai kapan digunakan, disampaikan kepada siapa, dan dalam upacara adat yang bagaimana, semua ada aturan dan tidak boleh tertukar.

Ulos untuk orang ‘non-Batak’

Pemberian Ulos kepada pemimpin [Sumber gambar]
Ulos tidak hanya bisa diberikan kepada anggota keluarga sebagai tanda cinta saja, orang asing non-batak pun bisa menerima kain tenun tradisional ini. Jika diberikan kepada orang asing, maka maknanya bergeser menjadi tanda hormat si pemberi kepada penerima. Misalnya saja, Ulos yang diberikan ketua adat kepada Presiden, menteri atau pemimpin lain, dengan doa dan harapan, Ulos tersebut diharapkan membuat pemimpin bisa menjalanan tugasnya dengan penuh kasih sayang dan bijaksana.

Menjadi tren fashion di dunia modern

Fashion Ulos [Sumber gambar]
Dalam perkembangan fashion yang semakin menggurita, Ulos tak hanya dijadikan sebagai selendang saja, tetapi bisa disulap menjadi dress serta pakaian dalam model lain. Ulos dipilih karena memang memiliki kelebihan dari segi material pembuatnya. Kain ini memiliki warna tidak mudah luntur, tak tampak kusut meskipun tidak di setrika, serta bahannya kuat dan tak gampang sobek. Beberapa desainer juga sudah mengembangkan kreatifitas mereka untuk menyulap Ulos menjadi busana selain bentuk kain.

Ulos ini sudah menjadi identitas nenek moyang Suku Batak selama berabad-abad lamanya, jadi wajar saja jika sekarang ia menjadi pakaian yang sakral dan penuh makna. Dalam segala macam jenis upacara (pernikahan, pemberian restu, hingga kematian) kamu akan melihat ritual mengulosi yang dilakukan oleh orangtua atau tetua adat Batak.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Di Balik Perseteruan Rossi Vs Marquez, Beginilah yang Terjadi Bila Mereka Satu Tim

Kokoh Hingga Kini, Inilah Rahasia Konstruksi Belanda Lebih Kuat Dari Bangunan Jaman Now