Sebelumnya B30, Indonesia telah lebih dulu memperkenalkan B20 yang kini telah digunakan secara luas. Dikutip dari laman ebtke.esdm.go.id, program pemerintah tersebut mewajibkan pencampuran 20% biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak jenis solar. Setelah sekian lama berjalan, pemerintah kini tengah melakukan uji coba B30 pada beberapa kendaraan diesel.
Bukan tanpa sebab, B30 yang masih akan terus dikembangkan ini ternyata memiliki banyak manfaat yang besar. Tak hanya bagi mesin kendaraan pribadi maupun publik, tapi juga berpengaruh pada roda perekonomian negara. Terlebih, sebagai salah satu produsen hasil sawit dan turunannya, Indonesia memiliki peluang untuk sukses mengembangkan bahan bakar nabati seperti B30 di atas. Seperti apa bentuknya?
Bahan bakar nabati yang masih dalam tahap ujicoba
Setelah menjalankan program campuran biodiesel 20% atau B20, kini pemerintah bersiap untuk menguji coba B30. Dilansir dari laman finance.detik.com, hal ini merupakan upaya untuk mendorong penggunaan biodiesel sekaligus mengatasi semakin melebarnya defisit neraca perdagangan. Terlebih, Indonesia yang kaya akan produksi sawitnya, menjadi salah satu bentuk diversifikasi energi lewat serapannya menjadi bahan baku utama.
Keberadaan B30 sanggup menghemat devisa dan biaya impor BBM negara
Selain memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri, pemerintah juga berupaya mengerem impor bahan bakar minyak (BBM) lewat penggunaan B30. Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana yang dikutip dari laman finance.detik.com mengatakan, penerapan B30 bisa mengurangi impor solar sebesar 8 hingga 9 juta kiloliter (Kl). Dengan volume sebesar itu, maka impor yang bisa dihemat sampai Rp 70 triliun.
Diprediksi bakal menjadi bahan bakar biodeisel yang ramah lingkungan
Sama seperti B20, kadar campuran yang digunakan oleh B30 diharapkan memberikan dampak pada lingkungan, yakni mengurangi emisi berbahaya dari sisa hasil pembuangan. Hal ini terlihat pada kadar 30 persen biodiesel dan 70 persen solar dalam B30, di mana tinggi kadar biodiesel yang digunakan maka semakin ramah lingkungan. “Salah satu manfaatnya adalah menekan polusi yang berbahaya bagi kesehatan penduduk,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono yang dikutip dari laman health.detik.com.
Bakal jadi percontohan bagi negara lain di Asia Tenggara
Sebagai salah satu produsen sawit dunia, Indonesia dikenal sukses lewat program mandatori penggunaan B20 beberapa waktu lalu. Bahkan, pemerintah saat ini telah beranjak untuk mengembangkannya menjadi B30 atau lebih tinggi dari sebelumnya. Di sisi lain, langkah ini memperlihatkan Indonesia yang sukses menyeimbangkan pasokan dan permintaan dari bahan baku sawit. Dikutip dari The Edge Markets, tak salah bila hal ini akan diikuti oleh Malaysia yang diperkirakan bakal mengizinkan untuk meningkatkan persentase campuran minyak sawit dalam pembuatan biodieselnya.
BACA JUGA: Mengenal B20, Cairan Khusus Racikan Pemerintah Agar Rakyat Indonesia Tak Semakin Bangkrut
Karena masih dalam tahap ujicoba, masih akan ada penelitian dan penyempurnaan yang dilakukan sebelum B30 benar-benar bisa digunakan secara luas di Indonesia. Harapannya, keberadaan bahan bakar nabati ini tidak saja memberikan keuntungan jangka panjang bagi masyarakat dan negara, tapi juga menciptakan lingkungan yang sehat dan aman.