Beberapa waktu lalu kita dihebohkan dengan sebuah gaun bergaris-garis yang berwarna ‘saru’. Sebagian menyebut gaun tersebut berwarna putih dengan garis-garis keemasan, dan sebagian lagi menyebut gaun tersebut berwarna biru bergaris hitam. Hingga saat ini netizen masih belum satu suara soal warna gaun mini tersebut.
Sebuah percobaanpun dilakukan oleh Michael Abrash, seorang ilmuwan yang bekerja di perusahaan yang masih berada di kepemilikan Facebook. Dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan Facebook di San Fransico, Abrash menunjukkan kepada publik apa yang disebutkan sebagai ‘kenyataaan virtual’ alias ‘virtual reality’.
Abrash menjelaskan bahwa, “Meskipun dibuat dengan teknologi yang sangat terbatas, saya sangat mengagumi film Matrix yang mengajarkan kita soal apa itu virtual reality.” Menurut Abrash kita hanya mampu melihat dengan dua dari tiga sensor warna. Itu sebabnya kita tidak bisa melihat sinar inframerah atau ultraviolet dengan mata telanjang.
Jadi, ketika kita melihat gaun tersebut, otak kita berusaha menerjemahkan warna sesuai dengan pendapat kita dan hasil terjemahan masing-masing orang berbeda. Inilah yang dinamakan dengan perspektif. Sama halnya jika kita melihat seseorang yang langsing. Bagi sebagian orang dia terlihat terlalu kurus atau terlalu gemuk. Dalam kasus gambar pil di atas, sebenarnya tidak ada pil merah atau biru. Keduanya masih dalam kategori warna abu-abu.
Sekarang mari kita perhatikan gambar rubik dengan dua warna background berbeda. Anda bisa melihat bahwa di gambar berbackground kuning, tanda panah mengarah pada keping biru. Namun, ketika background diganti menjadi biru, keping tadi berubah menjadi warna kuning. Nah, jadi kini anda tidak perlu khawatir lagi soal warna gaun tersebut karena semuanya adalah soal perspektif (HLH)