Dijuluki Mat Depok, nama aslinya adalah Daeran. Lelaki yang seringkali memakai jas hitam tanpa dalaman ini, kerap membuat gentar penjajah di masa sebelum kemerdekaan dan sesudahnya.
Meski perawakan tubuhnya cenderung kurus, ia disegani karena senjata tajam dan peluru seolah tak mampu menembus kulitnya. Beneran lho, pernah ada kisah di mana Mat Depok diuji bacok oleh sang guru dan ternyata tidak mempan. Meski begitu, kelihaiannya dalam banyak hal, berkali-kali membuat dirinya harus berurusan dengan penjajah dan keluar masuk penjara di masa itu. Ia juga punya riwayat cinta yang unik. Apa saja ulah Mat Depok yang membuat penjajah resah? Berikut ini kisahnya.
Merampok Gudang Logistik Belanda
Hal pertama yang membuat penjajah Belanda saat itu kebakaran jenggot pada Mat Depok adalah perampokan yang didalanginya. Laki-laki yang di dadanya terdapat tato bertuliskan Amat Depok Potolan itu kedapatan merampok di gudang logistik Belanda. Akhirnya ia ditangkap dan diasingkan di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pernah mencicipi kehidupan di bui tidak membuat sosok yang satu ini gentar, ia justru makin dikenal dan bikin lawannya was-was
Membawa Kabur Istri Simpanan Kompeni
Selain rampok Belanda, Mat Depok juga rampok hati. Kenekatannya menggondol wanita milik kompeni benar-benar main api. Laki-laki yang pada saat itu telah memiliki dua istri, ternyata terpikat lagi oleh kecantikan Nyai Emah. Sayangnya, perempuan asli Karawang itu telah menjadi simpanan menir Belanda. Jadilah, dengan nekat Mat Depok memikat dan membawa Nyai Emah kabur ke rumah gurunya yang bernama Misar di Pengasinan. Setelah masalah itu selesai, si Nyai akhirnya menjadi istri ketiga sang jawara.
Barisan Depan Saat Perang Melawan Belanda
Selain pernah merampok gudang logistik Belanda, Daeran juga aktif ikut dalam peperangan melawan Belanda. Sampai suatu saat ia tertangkap dan dibuat mendekam di penjara Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Konon, di tempat inilah Mat Depok membuat tato di dadanya yang melegenda itu. Sosoknya mungkin terlihat biasa, tapi beberapa sumber mengatakan bahwa Daeran sendiri punya beberapa jurus yang bikin lawannya ketar-ketir. Ditangkap penjajah tidak akan bikin nyalinya ciut, tapi tiap lakon hidup ini berulah, banyak oknum yang waspada karena merasa takut.
Peristiwa Gedoran Depok Paska Proklamasi
Selain bertindak sendiri, Mat Depok juga mulai dirangkul dan mendukung pemerintahan. Di masa setelah kemerdekaan, kaum Belanda di Depok tidak mau mengakui proklamasi 17 Agustus 1945. Saat itulah Daeran melakukan aksi heroik menyerbu dan merebut Depok bersama pemuda anggota Banteng Merah. Daeran dan orang-orangnya memaksa daerah itu untuk mengibarkan bendera merah putih dan berteriak merdeka. Sejak peristiwa gedoran (baca: menjarah) itulah, nama Daeran lebih akrab dengan sebutan Mat Depok. Banteng Merah adalah gerakan bawah tanah anti fasis. Gerakan ini bubar begitu saja setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.
Setelah kedaulatan negara telah didapat, Mat Depok memilih hidup seperti rakyak pada umumnya bersama ketiga istrinya. Keseharian dijalankannya dengan membersihkan makam Tanah Baru, tak jauh dari rumahnya. Meski tak banyak orang yang mengenal mantan pejuang kemerdekaan itu, meski pula tak tercatat dalam sejarah, namun masih banyak orang asli Tanah Baru, Kota Depok yang mengenang kisah hidupnya walau hanya dari mulut ke mulut.