Keberhasilan Astronot Amerika Serikat menjejakan kakinya di bulan pada 21 Juli 1969, telah tertulis dalam bingkaian sejarah dunia. Peristiwa tersebut ditulis dalam banyak buku di sekolah maupun universtas. Tak ada yang pernah bertanya, benarkah para Astronot tersebut berhasi mendarat di bulan dengan bantuan Apollo 11?
Tak ada yang mengetahui secara pasti kebenaran peristiwa tersebut. Mungkin karena keterbatasan pengetahuan dan teknologi pada masa itu, penduduk dunia pun hanya manggut-manggut setuju. Seiring berlalunya waktu, beberapa kejanggalan pun mulai dirasakan. Kebohongan NASA hingga teori konspirasi, menjadi sebuah perdebatan hangat tentang benar tidaknya para “koboy” Paman Sam mendarat di bulan.
Bermula dari keraguan sejumlah pihak
Buku berjudul We Never Went to the Moon: America’s Thirty Billion Dollar Swindle, mungkin menjadi salah satu pemicu awal keraguan dari misi pendaratan Astronot Paman Sam di bulan. Tulisan yang dibuat oleh Bill Kaysing pada 1974 itu, merupakan sebuah investigasi terkait dengan pendaratan manusia di bulan. Yang menjadi pertanyaan hingga saat ini, mengapa tak ada kelanjutan misi ke bulan? Padahal kemajuan teknologi terhitung cukup canggih dibanding pada era sebelumnya. NASA pun bungkam seribu bahasa.
Adanya sabuk radiasi Van Allen
Pada 1958, sebuah proyek yang dipimpin oleh Dr. James Van Allen dari University of Iowa, berhasil mengungkap misteri sabuk radiasi dengan menggunakan satelit Amerika awal, Explorer 1 dan Explorer 3. Benda itu sendiri terdiri dari proton sangat bermuatan serta mampu menembus sampai satu milimeter timbal dan menyebabkan kerusakan pada peralatan ruang angkasa serta membahayakan astronot. Tentu, pesawat Appolo 11 bakal hancur lebur jika terkena radiasi yang ada pada sabuk radiasi Van Allen.
Memerlukan anggaran yang besar
Dilansir dari Business Insider, misi pengiriman manusia ke bulan memerlukan dana yang tak sedikit. Sebagai contoh, NASA hanya memiliki NASA hanya memiliki anggaran tahunan sekitar USD 19,5 miliar. Anggaran ini bisa meningkat pada 2019 menjadi USD 19,9 miliar. Di laporan tahun 2005, biayanya melonjak sebesar $ 104 miliar. Senada dengan kesaksian salah satu kru Apollo 7 yang bernama Walter Cunningham, misi NASA ke bulan menjadi semakin mahal.
“Bagian NASA dari anggaran federal mencapai puncaknya pada 4 persen pada tahun 1965. Selama 40 tahun terakhir itu tetap di bawah 1 persen, dan selama 15 tahun terakhir menjadi 0,4 persen dari anggaran federal,” ujarnya yang dikutip dari merdeka.com.
Permasalahan dari sisi teknis
Sukes mendarat di bulan, para Astronot akan dihadapkan dengan permasalahn lainnya. ribuan meteorit, regolith, yang juga disebut debu bulan, bakal menjadi ancaman serius jika tak menggunakan teknologi pelindung yang memadai. Sifat elektrostatis yang terkandung dalam butiran-butiran halus pada debu, dapat merusak kendaraan, instrumen kelistrikan dan sistem yang ada.
Teori konspirasi tentang keterlibatan alien
Setelah sukses mendarat di permukann bulan, para astronot nyatanya sempat melihat beberapa obyek asing yang mendekati posisi mereka. Hal ini termuat pada sebuah wawancara dengan Science Channel pada 2005 lalu. Buzz Aldrin mengatakan tentang benda misterius yang mengikuti Apollo 11 dalam misi ke Bulan. Sebuah peswat berbentuk serangkaian benda elips tampak melayang di ruang yang hitam. Namun saat dipertajam, itu seperti obyek asing berbentuk-L. Sejak kejadian itu, Misi NASA ke bulan berikutnya seolah hilang ditelan bumi.
Ada banyak faktor di samping kelima hal di atas. Entah memang karena permasalahan teknis atau faktor biaya, peristiwa pendaratan manusia di bulan oleh Amerika Serikat sangat menakjubkan pada masanya. Semoga ke depannya, Indonesia bisa menjadi negara berikutnya untuk maju dalam perlombaan teknologi angkasa luar. Tentu saja diimplementasikan ke dalam hal yang nyata. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?