Terkait tsunami yang terjadi di Palu, Donggala dan sekitarnya, membuat Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB ikut angkat bicara. Ia menuturkan budaya sadar bencana itu penting bagi masyarakat. Khususnya orang-orang yang hidup di daerah rawan bencana. Namun sayangnya, kebanyakan orang saat ini hanya sadar tanpa diikuti sikap maupun tindakan.
Maka dari itu, musibah yang terjadi di Aceh, Palu dan sekitarnya telah memakan banyak korban. Ini disebabkan masyarakat yang kurang melakukan sikap seperti dikatakan oleh Sutopo Purwo Nugroho tadi. Padahal, untuk mengurangi risiko bencana tsunami ini sangatlah mudah. Contohnya adalah dengan menanam dan melestarikan pohon bakau di tepian pantai.
Bakau bisa menjadi pemecah ombak alami
Tanaman mangrove memang terlihat sepele karena ia hanya berupa tumbuhan dengan akar merambat dan juga dedaunan rimbun. Tapi siapa sangka, bakau ternyata mampu menghalau terjangan tsunami Sahabat Boombastis. Hal ini juga diutarakan oleh Femke Tonneijck dari Organisasi Lingkungan Wetlans International.
Menurutnya, tanaman bakau yang jumlahnya banyak mampu menyesap air dalam jumlah besar sehingga kawasan pesisir tidak mengalami kerusakan berarti. Selain itu Tonneijck menuturkan kembali, sabuk hijau yang tertanam di pesisir pantai bisa mengurangi ketinggian dan energi hempasan ombak. Ya meski bakau hanya mampu meredam ketinggian ombak maksimal setengah meter, namun hal tersebut bisa menyelamatkan kehidupan manusia.
Banyak fakta yang telah membuktikan kehebatan dari mangrove
Bukan hanya omongan dan teori belaka, mangrove juga telah membuktikan manfaatnya pada beberapa tempat. Seperti yang dikatakan oleh Analis Spasial Pantai yaitu Iverson dan Prasad jika kerusakan akibat tsunami lebih besar terjadi pada pesisir gundul daripada kawasan berhutan bakau.
Lalu di Indonesia sendiri juga dibuktikan dengan amannya wilayah Singkil, Simeulue dan Lahewa (Nias) dari terjangan tsunami setinggi lima meter karena terlindung oleh hutan mangrove yang lebat. Namun, tsunami dengan ketinggian yang sama telah merusak kawasan Sirombu (Nias), Kuala Pekanbaro (Aceh Pidie) dan Kuala Keureutou (Aceh Utara) karena tidak memiliki hutan bakau di pesisir pantainya, menurut Onrizal, PhD selaku penulis serta pengamat pantai di Indonesia.
Sayangnya, hutan bakau di Indonesia mulai terabaikan
Melihat manfaat hutan bakau yang begitu besar, sepertinya berbanding terbalik dengan kondisi tanaman tersebut di negara kita ini. Sebab, Luhut Binsar Panjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman mengatakan bahwa sekitar 50% hutan bakau di Indonesia telah mengalami kerusakan.
Contohnya seperti hutan mangrove yang berada di pesisir pantai Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta. Jumlah bakaunya sudah jauh berkurang daripada yang dulu karena dilansir dari liputan6.com, 30% di antaranya perlu direhabilitasi karena sudah mengalami kerusakan cukup parah. Padahal jika hutan mangrove tetap utuh, luasnya adalah sekitar 430 hektar.
Jangan cuma foto, jaga juga kelestarian dari hutan bakau
Beberapa hutan bakau di Indonesia, memang dijadikan wisata ekologi oleh pemerintah setempat. Namun, kita sebagai masyarakat awam jangan hanya bisa berfoto dan melihat-lihat saja. Tapi juga turut andil menjaga kelestarian dari hutan bakau tersebut Sahabat Boombastis.
Cukup dengan cara tidak membuang sampah sembarangan di kawasan hutan mangrove jika berkunjung ke sana. Lalu bagi warga yang tinggal di dekat hutan bakau, sebaiknya untuk tidak menebang pohonnya dan juga hindari menangkap ikan atau udang di sekitaran sabuk hijau. Lalu jangan lupa juga untuk selalu rutin melakukan reboisasi pohon bakau. Dengan begitu, mangrove akan tetap lestari dan bisa melindungi manusia dari ancaman bencana seperti tsunami.
Melihat ulasan di atas, kita jadi tahu kalau sebenarnya hutan mangrove memiliki manfaat yang tak diduga-duga. Yaitu bisa meredam jumlah air dan energi dari tsunami. Namun, Sahabat Boombastis sebaiknya juga perlu tahu kalau bakau mempunyai manfaat lain. Seperti melindungi garis pantai dari abrasi, sebagai penyerap polutan dan juga sebagai tempat tinggal biota laut. Jadi, mulai sekarang, mari kita jaga kelestarian dari hutan bakau di seluruh Indonesia.