Mungkin saat kita kecil, kita sering memakan makanan yang sekarang sudah sulit ditemui lagi. Dan memang, bukan hanya hewan atau tumbuhan saja yang bisa menjadi langka, makananpun demikian.
Ada bermacam sebabnya. Yang jelas, bukan karena rasanya tidak enak. Justru rasanya lezat dan membikin kangen. Orang bisa jadi secara perlahan meninggalkan makanan tradisional karena mereka lebih suka makanan masa kini yang lebih menarik dan modern. Orang jadi nampak lebih bergengsi jika memakan makanan yang modern, apalagi yang impor. Bisa juga, bahan makanan yang semakin sulit didapat akibat semakin sempitnya lahan pertanian. Adapula karena sudah jarang orang yang menguasai teknik pembuatan masakan tersebut. Beberapa jenis masakan daerah memang cukup rumit dan menyita waktu dalam pembuatannya.
Apapun alasannya, tidak ada salahnya jika kita menghidupkan kembali makanan-makanan tradisional yang sudah hampir punah. Dan berikut beberapa makanan yang sudah sulit kita jumpai:
1. Nasi Thiwul
Jenis masakan ini sudah banyak dilupakan orang. Orang mungkin lebih mengenal thiwul yang diberi kelapa dan gula. Namun nasi thiwul ini berbeda. Cara mengkonsumsinya dengan lauk dan sayur seperti kita makan nasi putih biasa.
Di daerah lain, mungkin makanan ini sudah tidak bisa ditemui lagi. Orang sudah banyak makan nasi putih. Namun masakan berbahan dasar tepung singkong ini masih bisa ditemui beberapa warung makan di Pacitan, kota di ujung selatan Jawa Timur. Konon, dari jaman dulu penduduk di sana makan nasi thiwul karena makanan ini jauh lebih murah, membuat awet kenyang dan bisa menyembuhkan penyakit maag.
Nasi thiwul ini aslinya berwarna coklat. Namun kadang bercampur sedikit dengan nasi putih karena untuk memasaknya diperlukan sedikit nasi putih agar tidak lengket. Untuk teman nasi thiwul, warga setempat menambahkan sayur berbumbu pedas, ikan goreng, lalapan atau urap sayuran dan sambal bawang. Lebih sedap lagi jika disantap sambil menikmati semilirnya angin pantai. Hmmm….
2. Semanggi Surabaya
Sesuai namanya, makanan ini berasal dari Surabaya. Bentuknya seperti pecel. Rasanya pun mirip-mirip dengan pecel. Namun jika pecel menggunakan beberapa macam sayuran sekaligus, semanggi hanya menggunakan rebusan daun semanggi (Marsilea Crenata) dan kecambah. Sausnya kental berwarna coklat tua. Bahan utama sausnya adalah ubi jalar, terasi, petis udang, kacang tanah dan cabai (jika suka yang pedas). Umumnya, semanggi disajikan dalam sebuah pincuk daun pisang. Semanggi rebus disiram dengan saus dan diatasnya ditumpangi dengan dengan kerupuk puli (kerupuk dari beras).
Dulu, di Surabaya makanan ini biasa dijajakan berkeliling oleh ibu-ibu setengah baya. Semanggi jualannya yang biasanya ditaruh di dalam baskom disunggi di atas kepala, sedang tangan kirinya menenteng keranjang berisi daun pisang untuk pincuk dan kerupuk puli.
Sekarang ini, sulit sekali menemui ibu-ibu penjual semanggi di Surabaya. Kadang mereka hanya lewat beberapa hari sekali. Alasannya, karena sulitnya mencari bahan baku (daun semanggi). Ya, lahan persawahan di sekitar Surabaya memang semakin sempit. Padahal di tempat seperti inilah daun semanggi ini tumbuh. Akibatnya, makanan tradisional ini menjadi semakin langka.
3. Sayur Babanci
Sayur Babanci merupakan salah satu makanan khas Betawi. Bahan utama masakan ini adalah sayuran, daging sapi, daging kelapa muda dan petai. Kuahnya berupa kuah pedas bersantan. Mirip dengan gulai, namun sayurnya lebih dominan.
Sayur ini sudah jarang ditemui di masyarakat Betawi karena susahnya mencari bumbu pelengkapnya. Meskipun bahan utamanya relatif gampang, ternyata memerlukan bumbu yang sulit dicari, seperti temu mangga, kedaung, bangle, adas, dan lempuyang. Lantaran sulitnya mencari sebagian bahan-bahan tersebut, kini warga Betawi hanya menyajikan sayur itu pada hari-hari besar keagamaan sebagai menu keluarga, seperti buka puasa, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.
4. Gula Puan (Gula Susu)
Makanan ini merupakan makanan khas daerah Palembang. Konon, dulunya adalah makanan para raja. Rasanya manis dan enak jika dioleskan pada roti tawar. Namun jika hendak dimakan begitu saja, juga tidak masalah.
Bahan utamanya adalah berupa susu kerbau dan gula pasir. Agar aromanya menjadi lebih wangi, biasanya ditambahkan beberapa lembar daun pandan. Butuh waktu cukup lama untuk membuat masakan ini. Caranya adalah dengan mencampur susu dan gula, kemudkan dimasukkan ke dalam belanga panas, lalu diaduk selama 3-4 jam. Selama itu pula, adukan tidak boleh dihentikan. Sebab jika dihentikan gula puan akan gosong.
Saat ini hanya ada satu penjual gula puan di Palembang. Namanya Roibi. Dia hanya menjual gula Puan setiap hari Jumat seusai Sholat Jumat di gerbang pagar mesjid agung Palembang. Dia mewarisi cara membuat makanan tersebut dari orang tuanya. Setiap jualan, dia hanya membawa 2 panci gula. Jadi, jika anda tidak kebagian, Anda harus menunggu seminggu lagi untuk bisa membelinya.
5. Jaha (Ketan Bambu)
Jaha adalah makanan khas dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Kata jaha sendiri konon berasal dari kata nasi dan jahe. Bahan utamanya adalah beras ketan, santan dan bumbu rempah, termasuk jahe. Cara membuatnya adalah campuran beras ketan yang dibumbui jahe dan rempah-rempah diendapkan dengan santan kelapa. Setelah itu diisikan ke dalam batang bambu berlapis daun pisang dan kemudian dibakar. Biasanya Jaha disantap bersama abon daging rusa, sapi, atau abon ikan cakalang. Bisa juga disantap dengan gulai dan kari.
Seperti halnya sayur babanci, jaha ini sudah jarang dijumpai sebagai menu sehari-hari. Kehadirannya hanya bisa ditemui saat hari raya dan saat ada upacara tradisional di Sulawesi Tengah dan Utara.