Akhir bulan lalu, berita ditemukannya makam tak bertanda di Kanada membuat geger dunia di tengah pandemi ini. Pasalnya, yang ditemukan tidak hanya beberapa puluh, melainkan 751 makam. Hal ini bisa digolongkan menjadi kejahatan kemanusiaan yang pernah terjadi.
Makam ini ditemukan tidak di sembarang tempat, namun di sebuah lahan yang dulunya adalah sekolah asrama. Menjadi teka-teki, siapakah sebenarnya orang yang terkubur di dalam makam tak bertanda itu. Ada kisah apa di balik ratusan makam yang ditemukan ini? Dan bagaimana kisah ditemukannya makam anak-anak ini? Mari kita simak ulasan di bawah ini.
Penemuan mengerikan
Penemuan ini dimulai dari kelompok Pribumi Kanada yang melakukan penyelidikan sampai menemukan makam tak bertanda. Mereka melakukannya dengan alat deteksi radar di lahan, yang dulunya adalah sekolah asrama Marieval Indian Residential School. Sekolah yang aktif pada 1899-1977 ini terletak di 85 mil sebelah timur Regina, ibu kota Saskatchewan.
Sekolah yang sudah berganti menjadi Cowessess First Nation ini dulunya selalu diawasi oleh Gereja Katolik Roma dan didanai oleh Pemerintah Kanada. Kepala Cowessess First Nation Cadmus Delmore dari Cowessess mengutarakan jika makam ini dulunya sempat ditandai namun tanda itu telah disingkirkan oleh pengurus sekolah.
Asal muasal makam tanpa tanda
Lebih dari 150.000 anak-anak masyarakat setempat diminta untuk mengikuti kelas-kelas sekolah asrama yang didanai negara. Hal ini dilakukan pada abad ke-19 sampai tahun 1970-an yang merupakan program asimilasi ke dalam masyarakat Kanada.
Peristiwa tersebut sempat mendapat sebutan ‘genosida budaya’ yang pernah terjadi di Kanada. Tak berhenti di situ, genosida budaya ini pun juga mencakup kekerasan dan pelecehan pada murid sekolah yang masih melanggar peraturan ringan, yaitu berbicara bahasa ibu mereka.
Penemuan ini bukan yang pertama kali
Sebelumnya juga ditemukan sisa-sisa tengkorak yang dulunya merupakan siswa-siswi Kamloops Residential School, pedalaman British Columbia Selatan. Sekolah asrama Indian Kamloops berdiri pada tahun 1890 di bawah kepemimpinan gereja Katolik Roma dan beroperasi hingga 1978. Indian Kamloops merupakan salah satu sekolah asrama yang didirikan secara paksa dengan tujuan untuk asimiliasi anak-anak dengan memisahkan kehidupan mereka dari orang tua juga komunitas. Aturan yang paling kentara adalah anak-anak dilarang menggunakan bahasa ibu juga melakukan praktik budaya dari komunitas asal mereka.
Dalam beberapa dokumen yang diserahkan oleh mantan siswa yang masih hidup berisikan sekolah tersebut merupakan sekolah kelaparan dan tidak sehat. Hal ini dikarenakan menerima dana yang minim dan tidak mencukupi untuk keseluruhan penghuni sekolah. Banyak siswa terkena wabah campak, tuberkulosis, influenza, dan penyakit menular lainnya. Dalam laporan, dua ratus siswa meninggal terkena wabah campak dan tidak mungkin melakukan isolasi mengingat tempat tidur yang berdesak-desakan.
BACA JUGA: Ratusan Jenazah Ditemukan di Sungai Gangga India, Pemerintah Bantah Korban Covid-19
Begitu miris mengetahui nasib anak-anak yang tak punya dosa, namun harus mengalami hidup yang keras. Namun, tak hanya Kanada juga yang memiliki sejarah serupa. Dalam sejarah negara-negara lain pun, pasti memiliki cerita kelam kepada rakyatnya.