Seiring kemajuan jaman dan teknologi, beberapa kebiasaan yang menjadi ciri khas bangsa kita mulai punah sedikit demi sedikit. Salah satunya kebiasaan bermain anak-anak yang sangat berbeda di tahun 90-an dan saat ini. Padahal di masa silam, permainan tradisional di Indonesia sangat beragam. Selain itu, hampir setiap permainan selalu seru dan berisi kegiatan yang menunjang kemampuan dan kecerdasan anak.
Misalnya saja pada permainan engklek yang melatih kecerdasan motorik dan keseimbangan badan. Ada juga patel lele atau gatrik yang membiasakan anak untuk berlatih menggunakan strategi dan ketangkasan. Sayangnya permainan-permainan ini telah tergeser oleh sebuah gadget yang merenggut hampir seluruh waktu anak-anak untuk lebih banyak bereksplorasi di luar rumah. Nah berikut ini beberapa permainan tradisional seru yang sayangnya sudah jarang sekali dimainkan anak kekinian.
Bentengan
Bentengan adalah salah satu permainan tradisional yang ada sejak zaman pasca kemerdekaan. Tak sekedar untuk bersenang-senang, permainan ini diciptakan dengan bercermin pada perjuangan bangsa Indonesia saat melawan penjajah. Layaknya berada dalam peperangan sungguhan, permainan ini memiliki dua kelompok yang saling berlawanan.
Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang, dan tugas pemain adalah menyentuh atau merebut benda yang ada di benteng (markas) kelompok lain. Keseruan permainan ini terjadi saat musuh telah mendekati benteng. Teriakan-teriakan histeris pun pecah mewarnai permainan ini.
Gatrik atau Patel Lele
Ada dua kondisi yang membuat hati dag-dig-dug saat memainkan gatrik. Pertama, saat menjungkit bambu kecil dan memukulkannya. Kedua, saat menangkap bambu yang dipukul oleh lawan. Kedua hal ini membutuhkan konsentrasi, sedikit saja gagal fokus maka pasti kita akan kalah. Bagi yang belum tahu, gatrik adalah permainan tradisional menggunakan dua batang bambu sepanjang 30 cm dan 15 cm.
Selain itu untuk penyangga biasa dibuat lubang, batu, atau batu bata sesuai kesepakatan pemain. Permainan ini biasa dilakukan di lapangan luas yang datar. Saat ini hampir tidak ada anak-anak yang memainkan gatrik, sebab jarang ada lahan luas untuk bermain. Jika terpaksa dilakukan di sekitar rumah, salah-salah kaca tetangga akan menjadi sasaran. Di beberapa daerah seperti Pasuruan, permainan ini disebut Patel Lele.
Adu Klingsi (Klingsian)
Klingsian adalah permainan adu kuat isi buah asam (klingsi/klungsu). Sebelum diadu, klingsi terlebih dulu diasah sampai tersisa separuh bagian saja. Setelah itu, klingsi ditempel pada pecahan ubin atau keramik maupun kaca. Pemenang adalah pemilik tempelan yang paling kuat, sehingga orang yang klingsinya lepas terlebih dulu adalah yang kalah.
Bahan untuk menempel bisa menggunakan getah pohon, putih telur, dan bahan alami lainnya. Tentu dilarang menggunakan lem atau perekat buatan. Pemilik klingsi terkuat biasanya diperlakukan seperti raja mulai dari diberi jajanan oleh teman lain hingga dipijit.
Rangku Alu
Berasal dari Nusa Tenggara Timur, permainan ini menjadi favorit semua orang terlebih sangat sering digunakan di Pramuka. Rangku alu dimainkan dengan menggunakan 4 batang bambu atau kayu yang di buka tutup sesuai irama.
Tugas dari pemain adalah melompati kotak-kotak bambu yang terbentuk dari gerakan buka tutup tanpa terkena bambu itu sendiri. Pemain harus mempunyai keseimbangan dan kecepatan, sebab semakin lama seseorang bermain maka tempo pergerakan bambu akan semakin cepat.
Ular Naga
Dinamai ular naga, sebab pemain membuat barisan memanjang bak ular. Permainan ini dimulai dengan menangkap dua orang sebagai ketua kelompok. Setelah terpilih, kedua ketua memiliki pengikut. Selanjutnya dimulailah perebutan anggota, artinya saling tangkap antar teman di dalam satu kepompok.
Kelompok dengan anggota yang habis duluan dianggap sebagai penerima kekalahan. Permainan ini sangat seru dan mengundang keriangan. Terlebih ada lagu khas legendaris yang bunyinya, “Ular naga panjangnya bukan kepalang, berjalan-jalan selalu riang kemari, umpan yang lezat itulah yang dicari, ini dianya yang terbelakang”.
Domikado
Permainan legendaris domikado paling sering dimainkan di sekolah sebab tak butuh banyak alat. Tinggal duduk dan menyanyi, kita hanya perlu membuka tangan kita dan menggabungkannya dengan tangan teman yang ada di samping kita. Selanjutnya, saat lagu mulai dinyanyikan kita tinggal menepuk tangan ke orang di samping.
Disebut kalah apabila seseorang terkena tepukan saat lagu telah mencapai akhir. Lagu domikado ini memiliki lirik, “Domikado eska eskado piya-piye cis cis, one, two, three, four”.
Gasing
Permainan yang satu ini sudah ada sejak jaman kuno, terdiri dari sebuah kayu berbentuk ufo yang memiliki pentolan di bagian kepala.Cara memainkan permainan ini adalah dengan melilitkan tali pada pentolan dan melemparkan sekuat-kuat ke tanah. Tiap orang biasanya memiliki teknik khusus agar gasingnya berputar paling lama. Saat dilombakan, gasing tak boleh keluar dari garis dan area yang telah ditentukan.
Pletokan
Pletokan bisa disebut permainan sejenis tembak-tembakan. Senapan terbuat dari bambu yang berukuran kecil tapi kuat, sedangkan peluru menggunakan bunga jambu air atau pentel jambu, bahkan kertas yang dibasahi. Pemain dianggap kalah jika telah tiga kali tak bisa menghindari peluru.
Engklek
Permainan engklek menggunakan media gambar kotak-kotak pada tanah. Setiap pemain bergiliran untuk melompat pada kotak-kotak yang telah dibuat dengan menggunakan satu kaki. Jika terjatuh, pemain harus meletakkan batu di satu kotak terakhir yang bertanda untuk mengawali giliran. Keseimbangan sangat penting dalam permainan ini. Sebab selain tak boleh jatuh, pemain juga haram menginjak garis-garis sepanjang kotak.
Boi-Boian
Boi-boian merupakan permainan melempar tumpukan lempengan (biasanya pecahan lempengan genteng) dengan menggunakan bola kecil. Jika lemparan membuat tumpukan roboh, maka penjaga harus mengambil bola dan melemparkannya pada pemain yang lain. Meski terlihat mudah, kadang angin juga berpengaruh pada gagal dan berhasilnya lemparan.
Karetan
Ketajaman dalam melempar karet jadi pertaruhanan penting di permainan ini. Sebab cara memainkannya adalah dengan melempar karet pada tancapan segitiga berganda (berisi 1 hingga 6 karet). Jika lemparan kita menyangkut pada tancapan, maka karet dikalikan sesuai deret yang ditentukan bandar. Namun jika tak menyangkut, karet-karet itu menjadi milik bandar. Pemeran bandar ditentukan secara bergantian, sehingga adil.
Egrang
Egrang merupakan dua tongkat yang memiliki tinggi sekitar 150 cm. Benda ini terbuat dari bambu dengan diberi pijakan untuk kaki pemain di bagian bawah. Cara memainkannya terlihat mudah, kita hanya tinggal berdiri di atas pijakan egrang dan berjalan. Namun melakukan hal ini sangat membutuhkan keseimbangan. Terlebih jika permainan ini dilakukan dengan berlomba-lomba, maka sangat butuh kecepatan dan keseimbangan yang lebih.
Cublek Cublek Suweng
Cara memainkan cublak-cublak suweng dimulai dengan suit untuk menentukan penebak suweng (anting) yang disembunyikan. Penebak ini kemudian berbaring telungkup di tengah, pemain lain duduk melingkar membuka telapak tangan dan suweng diletakkan di salah satu telapak tangan itu. Setelah itu, giliran penebak mengatakan di mana kira-kira keberadaan suweng.
Kucing-kucingan
Semakin banyak orang yang bermain, maka kucing-kucingan akan semakin seru. Permainan ini menceritakan seekor kucing yang sedang memangsa tikus. Si kucing diperankan oleh anak yang kalah hompimpa atau suit. Tugas kucing adalah menangkap tikus. Permainan menjadi seru dengan adanya aturan para tikus tidak bisa ditangkap jika sedang jongkok. Dan saat jongkok dilarang berdiri kecuali dibantu teman lainnya. Tikus yang tertangkap kemudian dihukum menjadi kucing berikutnya.
Mendorong Ban
Keselarasan dalam mendorong sekaligus berlari adalah hal tersulit dalam permainan ini. Permainan seru ini biasanya menggunakan aba-aba khusus sebelum dimulai bisa dari peluit atau apa-apa yang disepakati. Selain ban, pemain mendorong ban juga perlu kayu sebagai alat bantu untuk mendorong benda ini.
Bakiak
Berasal dari Sumatera Barat, permainan ini juga disebut dengan nama lain Terompa galuak. Alat yang dibutuhkan untuk bermain adalah sandal kayu yang panjangnya bisa muat untuk 3 hingga 5 orang. Meski kelihatannya mudah, namun butuh konsentrasi agar bisa berjalan kompak. Jika satu orang saja tidak kompak, maka tim bisa terhuyung jatuh dan kalah.
Balap Karung
Meski tak pernah terlihat di mainkan di keseharian, permainan ini masih kerap muncul setahun sekali. Ya, di momen perayaan 17 Agustusan. Cara bermain mudah saja, kita hanya perlu memasukkan kaki hingga pingga ke dalam karung. Selanjutnya bergerak secepat-cepatnya hingga masuk garis finish. Kelucuan biasanya terjadi saat pemain mulai tak bisa mengontrol tubuh dan jatuh.
Ketapel
Mainan satu ini multi fungsi, selain bisa lempar-lemparan dengan teman bisa juga digunakan berburu mangga, juwet, dan rambutan. Alat ini terbuat dari kayu yang berbentuk huruf Y dengan tinggi sekitar 25 cm. Kedua ujung kayu dipasang karet pentil (karet berwarna merah yang elastis dan tidak mudah putus). Selain itu di ujung karet diberi lembaran kulit sebagai tempat pegangan benda yang akan diluncurkan. Benda peluncur biasanya batu kecil atau kerikil.
Lenggang Rotan
Lenggang Rotan merupakan sejenis hulahop di masa kini. Hanya di versi jaman dulu dibuat dari bahan rotan berukuran sebesar jempol jari tangan. Rotan ini dibentuk melingkar. Cara memainkannya dengan menggoyang-goyangkan rotan dengan tubuh dengan catatan rotan haram untuk jatuh atau dipegangi. Jika ini terjadi, maka pemain dianggap kalah telak.
Sepak Sawut
Aturan permainan ini tak ubahnya seperti sepak bola pada umumnya. Hanya saja, bola yang digunakan diberi api. Bahan bola pun berasal dari bongkahan serabut kelapa yang dikeringkan hingga tak ada unsur air. Baru setelah itu, serabut tersebut direndam dengan minyak tanah selama beberapa hari.
Akan sangat menyenangkan bila anak-anak jaman sekarang masih bisa melakukan permainan di atas. Sebab dijamin, keseruannya berlipat-lipat lebih banyak ketimbang hanya memelototi game di handphone atau laptop. Terlebih permainan tradisional tersebut juga mengasah berbagai kemampuan baik fisik maupun kognitif anak.