Kasus kekerasan terhadap perempuan kembali mencuat di Yogyakarta. Natasya Hutagalung, seorang mahasiswi perguruan tinggi disiram air keras oleh mantan pacarnya setelah korban menolak ajakan untuk kembali menjalin hubungan.
Tragedi ini memicu gelombang empati dan kemarahan dari masyarakat. Banyak pihak mengecam tindakan pelaku yang dinilai sebagai bentuk kekerasan brutal dan tidak manusiawi. Korban saat ini masih menjalani perawatan intensif akibat luka bakar serius yang dideritanya.
Pelaku Mahasiswa S2 Hukum
Diketahui jika pelaku bernama Billy merupakan mantan pacar korban. Baik pelaku dan korban merupakan mahasiswa asal Ketapang Kalimantan Barat. Keduanya berpacaran sejak tahun 2021 hingga Agustus 2024 lalu. Billy merupakan mahasiswa program magister hukum di salah satu universitas ternama di Yogyakarta. Identitas pelaku ini semakin memperparah kekecewaan publik, mengingat statusnya sebagai akademisi yang seharusnya memahami hukum dan etika dengan baik.
Keluarga Korban Menuntut Keadilan
Keluarga korban meminta agar pelaku dihukum setimpal dengan penderitaan yang dialami korban. Mereka mengharapkan adanya proses hukum yang transparan dan adil agar kasus ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat. Talida Hutagalung, selaku tante korban juga berharap jika pelaku menerima hukuman yang setara dengan penderitaan yang dirasakan oleh keponakannya, yaitu dengan merasakan siraman air keras— atau setidaknya dipenjara seumur hidup.
Skenario yang diranjang oleh pelaku
Tak ingin terang-terangan melancarkan aksinya, Billy menggunakan ‘jasa’ orang lain untuk melancarkan aksinya. Billy pun akhirnya mencapai kesepakatan dengan Satim, seseorang yang dia tugaskan menyiram segelas air keras pada NH. Satim pun mendatangi kos korban di Baciro, Gondokusuman. Satim saat itu berpura-pura menjadi perempuan yang suaminya direbut oleh korban, dan segera menyiramkan air keras tersebut.
Reaksi Publik dan Aktivis
Kejadian ini mendapat perhatian luas dari aktivis hak perempuan dan masyarakat umum. Banyak yang menyerukan agar pemerintah memperketat pengawasan terhadap kasus kekerasan dalam hubungan personal. Mereka juga mendesak adanya edukasi lebih lanjut tentang kekerasan berbasis gender di kalangan muda.
BACA JUGA: Kasus Kekerasan Anak Pemilik Toko Roti Sudah Sejak Oktober, Pelaku Kebal Hukum?
Kasus penyiraman air keras terhadap mahasiswi ini menjadi pengingat akan pentingnya penegakan hukum dan perlindungan terhadap korban kekerasan. Diharapkan keadilan dapat ditegakkan, dan kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan. Masyarakat pun diimbau untuk lebih peka terhadap ancaman kekerasan di sekitar mereka dan segera melapor kepada pihak berwenang jika menemui tanda-tanda kekerasan.