Sebuah kontes menggambar wajah Nabi Muhammad diadakan di Phoenix, Amerika Serikat. Parahnya lagi, kontes ini diadakan di depan salah satu masjid di sana. Ratusan orang yang beberapa minggu sebelumnya sudah berkordinasi lewat sosial media akhirnya berkumpul.
Mereka mengadakan demo tersebut di saat para jamaah masjid tengah berbondong-bondong melaksanakan shalat Jumat. Meskipun para pendemo dan peserta kontes itu meneriakkan yel-yel yang provokatif, para umat muslim tampak tidak terpancing. Dengan tenang mereka melanjutkan ibadah, karena bagi mereka ibadah lebih penting.
1. Kaos Bertuliskan Cacian untuk Islam
Kejadian ini berlangsung Jumat lalu (29/5) di Amerika serikat. Pendemo dipimpin oleh seorang marinir AS bernama Jon Ritzheimer. Sebelumnya, Jon sempat melaksanakan kampanye lewat sosial media. Dia meminta para warga AS untuk datang dan memberi dukungannya pada hari Jumat itu.
Jon datang dengan kaos hitam bertuliskan kata-kata tidak senonoh, “F*ck Islam”. Dia juga datang dengan mengibarkan bendera Amerika. Menurutnya, orang muslim di Amerika tidak seharusnya tinggal di sana karena mereka hanya menyebar teror dan ketakutan.
2. Demo dengan Membawa Senjata
Pagi itu para demonstran berkumpul dan jumlahnya mencapai ratusan. Tidak seperti niat awal, mereka sama sekali tidak melakukan kontes menggambar. Tidak ada yang membawa alat gambar ataupun kanvas. Bahkan, beberapa pendemo bahkan membawa senjata api.
Pistol memang boleh digunakan oleh siapa saja di AS. Tidak ada undang-undang yang melarang rakyat biasa untuk memegang senjata di sana. Para pendemo mengkonfirmasi kepada media bahwa mereka membawa senjata untuk “berjaga-jaga” jika para muslim mengganggu aksi mereka.
3. Sebagian Warga Mencoba Melakukan Aksi Damai
Tidak semua warga AS, khususnya warga Phoenix, yang mendukung acara semacam ini. Beberapa warga justru datang dan menjadi penengah. Bersama anggota polisi, mereka berbaris di tengah, antara barisan pendemo dan orang-orang yang akan melaksanakan Shalat Jumat.
Bahkan, walikota dari Phoenix sendiri memberi pernyataan resmi bahwa dia tidak mendukung gerakan demo itu. Dia menganggap itu sebuah pelecehan. Namun, dia juga tidak bisa melarang mereka untuk berunjuk rasa, karena di AS kebebasan perpendapat memang dilindungi undang-undang. Walikota mengatakan akan mengirim personil terbaik untuk mengamankan para muslim dari pendemo.
4. Aksi Penyobekan Alquran
Di tengah-tengah teriakan dan protes pendemo, ada satu aksi yang tidak kalah menyayat hati. Entah siapa yang memulai, namun di pelataran masjid terdapat sebuah sobekan Alquran. Para pendemo menganggap Alquran adalah sumber dari ajaran yang menyebarkan terorisme.
Aksi tersebut mendapat banyak protes dari warga AS lainnya, khususnya di dunia maya. Tidak sedikit warga AS yang menyampaikan permintaan maaf lewat sosial media. Mereka berkata, tidak semua orang Amerika bertindak begitu pada orang islam.
5. Para Lansia Menyerukan Perdamaian
Diantara pendemo yang barbar, tampak beberapa senior citizen Phoenix tengah membuat sebuah poster. Mereka beragama kristen, namun tidak ingin ada ancaman bagi warga yang beragama Islam. Mereka membuat poster yang bertuliskan; “No Hate” atau “Jangan Ada Kebencian”.
Selain itu, terdapat juga pemuda dari gereja yang membawa salah satu ayat dari kitab suci mereka yang bertuliskan, “Cintailah tetanggamu”. Mereka ingin mengingatkan bahwa kedamaian antara sesama penduduk Phoenix adalah yang utama. Namun, demo tetap berlangsung.
Demo ini berakhir tanpa ada aksi menggambar seperti yang sudah digembar-gemborkan sebelumnya. Para warga muslim meneruskan ibadah mereka tanpa terpancing. Aparat juga melaksanakan tugas mereka dengan baik.
Jikapun ada yang kalah dari aksi demo barbar ini, adalah para pendemo itu sendiri. Mereka berteriak dengan penuh kebencian, namun kebencian itu tidak menghentikan para umat muslim untuk tetap mempercayai apa yang mereka imani. (HLH)