Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad adalah salah satu ganda campuran terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Selama berduet pasangan kerap di sapa Owi dan Butet ini sudah banyak mencatatkan prestasi gemilang, mulai dari kejuaraan legend All England sampai pagelaran akbar olahraga dunia Olimpiade. Tidak berhenti disitu, pada bulan Mei 2018 lalu, mereka juga sukses menjadi ganda campuran yang menduduki peringkat satu dunia BWF.
Meski gagah dengan capaian-capaian emasnya, pasangan yang mulai berduet tahun 2010 dan mengakhirinya di 2019 ini, ternyata juga menyimpan kisah-kisah menarik di balik kiprah hebatnya. Menurut surat manis yang dituliskan oleh Tontowi Ahmad, diceritakan ada banyak kejadian haru dan lucu di tengah perjalanan mereka menjadi ganda campuran terbaik dunia. Seperti apakah itu? Berikut Boombastis akan berikan ulasan kepada kalian.
Richard Mainaky menjadi pelatih mempertemukan mereka
Dalam perjalanannya, nama Richard Mainaky bisa dikatakan menjadi sosok kunci di balik prestasi hebat Owi dan Butet. Hal ini lantaran selain mengembangkan bakat mereka, pelatih dijuluki raja tega ini juga menjadi seseorang yang menduetkan kedua pebulutangkis tersebut. Menurut surat Tontowi Ahmad, Richard menduetkan Liliyana dan Ahmad pada tahun 2010, selepas Butet tidak lagi berpasangan dengan Nova Widianto. Meski sebetulnya Tontowi sudah merasa nyaman dengan Greysia Polii, namun ternyata pria 54 tahun itu mempunyai pandangan dan hitungan-hitungan lain sehingga akhirnya Owi berduet dengan Butet.
Sempat alami keadaan kurang harmonis di tahun 2015
Walaupun selalu terlihat akur di dalam dan luar lapangan, namun ternyata hubungan ganda campuran juara tiga kali beruntun All England ini tidak selamanya berjalan mulus. Beberapa kali juga sempat alami ‘hubungan’ yang kurang harmonis. Seperti salah satunya selepas Asian Games 2014, dimana lewat suratnya Tontowi mengaku kalau komunikasinya dengan Butet agak ngadat. Berkat kondisi tersebut bahkan mereka sempat berganti pasangan. Tapi, lantaran kesadaran satu sama lain kedua pebulutangkis tersebut mencoba memperbaiki komunikasinya hingga akhirnya mampu menjuarai Malaysia Super Series 2016.
Kisah di balik prestasi emas di Olimpiade Rio De Janeiro
Selain gelar Malaysia Super Series, harmonis-nya hubungan mereka juga berdampak pada prestasi bagus di Olimpiade Rio De Janeiro. Duet ganda campuran ini sukses mempersembahkan emas, setelah di partai puncak menggulung pebulutangkis Malaysia Chan Peng Soon dan Goh Liu Ying lewat dua set langsung. Tapi, di balik hasil baik tersebut di dalam surat Tontowi, dijelaskan kalau kedua pasangan ini sebelum laga puncak berlangsung alami dua kondisi berbeda yakni Owi gugup sampai mengeluarkan kata-kata tidak disadari, sedangkan Liliyana alami perasaan sama tapi mencoba untuk tenang. Bahkan pebulutangkis perempuan 35 tahun sempat berujar kalau ingin terkencing-kencing lantaran grogi.
Butet sebetulnya bisa pensiun lebih cepat dari dunia bulutangkis
Dalam surat manis Owi untuk melepaskan kepergian Butet dari dunia bulutangkis tahun ini, juga dijelaskan fakta kalau sebetulnya Liliyana sudah ingin gantung raket setelah Olimpiade. Namun, lantaran bujukan atlet 31 tahun tersebut, akhirnya ia mengurungkan niatnya tersebut. Dan berkat keputusan tersebut pasangan ini setelah Olimpiade 2016 sukses raih beberapa penghargaan yaitu jura China dan Hong Kong di akhir 2016, lalu merengkuh Juara Dunia 2017, medali Perunggu Asian Games 2018 dan ditutup peringkat kedua di Indonesia Masters 2019.
BACA JUGA: Resmi Pensiun, Inilah Momen-momen yang Tidak Terlupakan dari Butet di Jagat Bulutangkis
Begitulah sobat Boombastis beberapa kisah Owi dan Butet yang jarang sekali kita terdengar. Meski terlihat naik dan turun, namun pasangan ini ternyata menjadi duet saling melengkapi. Besar harapan setelah mereka, akan ada lagi pebulutangkis yang bermain di ganda atau tunggal yang mampu juga berprestasi di Asia atau dunia.