Jangan dikira yang bisa menjadi legenda kemerdekaan Indonesia hanya para tentara yang berperang merebut kemerdekaan dan mempertahankannya saja, para penyair yang ikut berjuang melalui karya sastranya juga bisa dibilang seorang legenda.
Mereka mendobrak semangat juang rakyat Indonesia untuk mewujudkan cita-cita menjadi negara yang merdeka, bebas dari kekejaman para penjajah yang merusak negeri ini. Siapa sajakah mereka ? berikut ini ulasannya.
1. Muhammad Yamin, dari Angkatan Balai Pustaka
Jiwa nasionalismenya yang membara, tak hanya ia curahkan dalam dunia politik saja, tapi juga dalam setiap bait karya-karya puisi ciptaannya yang menularkan rasa cinta terhadap tanah air bagi siapa saja yang membacanya.
Ia menjadi salah satu orang yang sangat beruntung saat itu, karena memperoleh pendidikan tinggi pada masa kolonial Belanda, ia juga belajar sastra asing, khususnya sastra Belanda. Mohammad Yamin lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, pada tanggal 23 Agustus 1903. Dan semasa hidupnya telah menghasilkan karya-karya sastra yang luar biasa, diantaranya pusi berjudul “Indonesia tumpah darahku”.
2. Chairil Anwar, Dari Angkatan 45
Karyanya banyak sekali dimuat dalam buku-buku pelajaran sekolah yang membahas tentang perkembangan sastra Indonesia di masa kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Nama Chairil Anwar masuk dalam golongan para penyair angkatan 1945, karena hidup di masa perang kemerdekaan. Puisi-puisinya seolah ikut membara seperti semangat para pejuang saat itu.
lewat karyanya yang berjudul “Aku”, ia menjadi terkenal dan mendapatkan julukan “Si Binatang Jalang”. Sastrawan yang lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 itu adalah pelopor penyair angkatan 45 yang lainnya seperti Sitor Situmorang dan Asrul sani.
3. Sutan Takdir Alisjahbana, dari Angkatan Pujangga Baru
Tak hanya sebagai seorang penyair, ia juga ahli dalam tata Bahasa Indonesia. Sutan Takdir Alisjahbana lahir di Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908 yang lalu. Ia merupakan keturunan bangsawan Kesultanan Indrapura, maka otomatis ia juga punya hubungan kerabat dengan Sutan Sjahrir, Perdana Mentri Pertama Indonesia.
Semasa Hidupnya ialah yang melakukan modernisasi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang menjadi pemersatu bangsa ini. Contoh karyanya adalah Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia (1936) yang masih dipakai hingga sekarang. Ia memiliki cita-cita luhur yang belum tercapai hingga saat ini, yaitu menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa penghubung negara-negara di Asia Tenggara.
Mirisnya bahasa indonesia saat ini telah banyak mengalami kemunduran. Para generasi masa kini lebih suka memakai bahasa-bahasa yang katanya lebih gaul daripada menggunakan bahasa Indonesia yang benar.
4. Taufik Ismail, Dari Angkatan 66
Siapa yang tak kenal dengan sosok Taufik Ismail, seorang penyair dan sastrawan kondang asal Indonesia. Ia lahir dari pasangan Gaffar Ismail dan Sitti Nur Muhammad Nur di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935. Sejak kecil ia memang gemar membaca, tak heran, karena Taufik Ismail sendiri tumbuh dalam lingkungan para guru dan wartawan.
Taufik Ismail pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia. Setelah lulus, ia banyak menciptakan karya sastra yang indah termasuk buku-buku kumpulan puisinya yang berjudul “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”. Karena karyanya tersebut, ia dikategorikan sebagai penyair angkatan 66, dan banyak mendapatkan penghargaan, diantaranya Anugerah Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand (1994).
Itulah beberapa penyair Indonesia yang berprestasi dengan karya-karya sastranya. Lalu bagaimana nasib sastra Indonesia saat ini? Semoga dengan mengenang para penyair tersebut, kita jadi lebih sadar bagaimana menjaga budaya dan sastra Indonesia khususnya bahasa Indonesia.