Beberapa waktu yang lalu, Indonesia digegerkan dengan kaburnya napi dari salah satu lapas di Pekanbaru. Bukan main-main, lebih dari 200 orang tahanan kabur dan berlari ke kampung sekitar. Akhirnya para polisi dan para sipir harus dibuat jatuh bangun menangkapi mereka satu-persatu.
Usut punya usut, banyak penyebab kaburnya para napi itu dari rutan. Ternyata salah satunya keadaan lapas yang sangat tidak layak untuk seorang napi. Bahkan buat tidur saja, mesti sikut sana-sini. Beginilah keadaan miris dari napi Pekanbaru yang tidak manusiawi.
Keadaan lapas yang tidak “manusiawi”
Bukan hal aneh kalau para napi di lapas rutan Pekanbaru tidak betah dengan keadaan dipenjara tersebut. Pasalnya kapasitas dari lapas itu sendiri sudah melebihi batas kuota. Bayangkan saja dalam satu kamar tahanan bisa diisi hingga 30 orang. Pastinya bakal tidak ada tempat tersisa, sehingga para tahanan harus tidur di tempat yang seadanya.
Belum lagi jumlah tahanan di lapas Pekanbaru yang saat ini bisa mencapai jumlah 1800 orang yang seharusnya hanya diisi oleh 300 orang saja. Terutama untuk masalah MCK, para tahanan harus menunggu sangat lama karena banyaknya tahanan lain yang ikut mengantri.
Sering terjadi pungli oleh para petugas
Selain keadaan yang tidak baik, ternyata napi juga mendapatkan tekanan buruk dari para petugas. Pasalnya masih saja ada oknum-oknum yang melakukan pungli pada para napi atau keluarga napi. Contohnya saja saat keluarga menjenguk tahanan, tidak banyak waktu yang diberikan oleh petugas pada para tahanan tersebut. Namun jika ingin lebih lama, maka harus membayar uang tambahan ekstra.
Pungli kadang juga ditemukan saat ingin mengirimkan barang dari keluarga tahanan, dibutuhkan “uang jalan” jika ingin barang sampai ke tujuan. Memang tidak semua petugas melakukan hal ini, namun miris menyadari kalau pungli ternyata masih ada di lingkungan lapas.
Perlakuan tidak menyenangkan dari petugas
Lapas Pekanbaru juga memiliki prestasi buruk lainnya dalam memperlakukan para tahanan. Mereka yang mencoba kabur mengaku sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari para petugas. Entah itu secara fisik ataupun mental. Bahkan mereka mengaku sering terjadi penganiayaan di lingkungan sekitar. Hal seharusnya tidak boleh terjadi, pasalnya meskipun mereka adalah seorang narapidana, namun juga seorang manusia juga.
Seorang manusia harus memperlakukan sesamanya secara manusiawi pula. Bukan hal yang aneh jika sering terjadi kerusuhan antara narapidana dengan para petugas lapas. Karena tidak betah dengan perlakuan yang ada, saat ada kesempatan , para narapidana memanfaatkannya untuk melarikan diri.
Fasilitas yang tidak logis
Masalah fasilitas, bisa diakui kalau lapas Pekanbaru ini sangat jauh dari kata baik. Terutama masalah fasilitas kesehatan, padahal hal itu adalah yang seharusnya diutamakan ketimbang fasilitas lain. Alhasil banyak narapidana yang terlantar dan sakit-sakitan karena buruknya fasilitas kesehatan yang ada di sana. Syukur-syukur kalau diobati oleh dokter, cari obat batuk saja susahya bukan main.
Selain itu, waktu kesempatan ibadah para napi sangat dibatasi oleh petugas. Niatnya mungkin ingin menyesuaikan dengan banyaknya jumlah napi yang banyak, namun hasilnya malah para tahanan tidak mendapatkan kekhyusukan dan ketenangan saat beribadah. Hal ini lah yang membuat para tahanan ini jadi ogah berada lama-lama dalam lapas tersebut. Niatnya mau berubah menjadi baik, justru dihalangi oleh para petugasnya sendiri.
Peristiwa kaburnya banyak napi dari rutan tersebut seharunya menjadi koreksi untuk pihak lapasnya sendiri. Baik dari segi keadaan lapas maupun mental para petugasnya, karena bisa saja kalau hal itu tetap dibiarkan, maka bakal terjadi kejadian serupa lagi.