Keberadaan KTP adalah hal yang sangat penting. Tanpanya, kita takkan bisa memberi jaminan ke sebuah restoran saat tak bawa uang, bahkan tanpanya pula kita tak mungkin bisa pinjam DVD film yang tengah hits. Selain untuk kegunaan ini, KTP sangat penting memang sebagai identitas dan legalitas warga negara. Saking pentingnya KTP, pemerintah juga rencananya akan memberikannya kepada anak-anak. Pemerintah melalui dinas catatan sipilnya mengatakan jika di tahun depan, anak-anak Indonesia yang berusia 0-17 tahun akan memiliki KTP sendiri.
Sebelumnya, KTP hanya diizinkan untuk dipakai masyarakat yang sudah memenuhi standar umur. Menurut Zudan Arif selaku Direktur Jenderal Kependudukan, KTP anak ini akan berfungsi mempermudah anak-anak dalam proses pemenuhan hak mereka. Sebenarnya apakah program ini sangat penting dan urgent sehingga harus dilakukan?
Apakah ada masalah serius selama beberapa tahun ini tentang anak-anak yang tak memiliki KTP sendiri? Semuanya masih jadi pertanyaan besar, dan hal-hal berikut ini mungkin bisa jadi pertimbangan apakah KTP anak ini memang berguna atau justru sebaliknya.
Fungsi KTP bagi orang dewasa adalah sebagai dokumen sah atas status kewarganegaraan dan juga sebagai syarat untuk mengurus surat-surat. Lalu bagi anak, apa fungsi KTP sebenarnya? Untuk legalitas status warga? Kan ada Akte dan tercatat di Kartu Keluarga. Apa mungkin juga anak-anak butuh mengurus surat pajak atau yang lainnya sehingga sangat perlu yang namanya KTP? Seperti tidak juga.
Selama ini tidak ada masalah yang benar-benar berat menyangkut anak yang tak punya kartu tanda penduduk sendiri. Toh kalau cuma kartu identitas mereka juga punya kartu sekolah. Lalu, sebenarnya apa urgensinya dari KTP anak ini? Sepertinya masih remang-remang alias tak jelas.
KTP anak menurut pemerintah, bertujuan agar si anak bisa mandiri. Lewat KTP ini anak akan bisa mengurus sekolahnya sendiri, pergi ke puskesmas sendiri, atau menabung di bank sendiri. Okelah untuk remaja 17 tahun, lalu apa ini juga berguna bagi anak kelas 1 SD? Tentu saja tidak.
Manfaat kemandirian dari KTP anak ini tidak maksimal, kecuali disegmentasi untuk umur-umur yang sudah bisa dikatakan dewasa sifatnya, dalam artian bisa membedakan baik dan buruk. Sedangkan bagi anak-anak yang masih berusia kecil, tentu saja KTP ini takkan berguna banyak. Lucu sih kalau kita harus antri dengan anak lima tahun saat setor uang ke bank. Pertanyaannya, ke mana orangtuanya ini?
Program e-KTP sudah berjalan sekian lama, namun nyatanya masih cukup banyak masyarakat yang tak mendapatkan KTP model baru ini. Bahkan ada pula yang sudah mengurusnya cukup lama, namun hingga sekarang masih belum jadi. Masih proses, begitu kata pegawai catatan sipil ketika ditanya.
Belum benar-benar menyelesaikan e-KTP, kenapa pemerintah malah bikin wacana KTP anak? Kesannya jadi memaksakan diri. Tidak ada jaminan pula KTP anak ini akan cepat selesai dengan jumlah puluhan juta anak di Indonesia. 2-3 tahun lagi belum tentu juga semua anak sudah pegang KTP-nya masing-masing. Bereskan dulu yang lama lalu bikin program baru, kan begitu seharusnya?
Fenomena maraknya kasus penculikan dan kejahatan terhadap anak membuat para ibu paranoid. Dengan adanya KTP anak ini justru malah memberikan jalan kepada para pelaku kejahatan ini untuk melakukan aksinya. Bagaimana tidak, semua informasi anak sudah ada di sana.
Penjahat tak perlu lagi pakai media sosial atau yang lainnya, cukup curi KTP anak, maka mereka bisa mendapatkan informasi akurat yang bahkan sangat resmi. Kemungkinan semacam ini jelas ada. Memang di balik yang namanya manfaat dan kelebihan, pasti ada kekurangan.
Sudah jadi hal yang lazim bagi anak untuk bergantung kepada orangtuanya. Pasalnya, mereka belum cukup kemampuan baik psikologis dan fisik untuk melakukan semuanya sendiri. Dan KTP ini sepertinya akan menghilangkan peran penting orangtua terhadap anak.
Memang menjadikan anak mandiri, namun di sisi lain, akan bertuah menjadi fenomena yang aneh. Gara-gara KTP anak, orangtua sudah tak perlu repot lagi wara wiri mengurus keperluan anak. Padahal di umur-umur tertentu anak jelas butuh bimbingan orangtua. Kalaupun KTP ini diberlakukan, pasti masih banyak orangtua yang takkan membiarkan anaknya mengurus keperluannya sendiri.
Kalau dilihat dari urgensinya, sebenarnya keberadaan KTP anak ini tidak begitu krusial. Toh, selama ini anak-anak baik-baik saja meskipun tak punya kartu tanda penduduk. Lalu, kenapa pemerintah seperti terkesan buru-buru?
Ya, mungkin saja memang ada kepentingan khusus. Proyek KTP ini yang jelas akan membuat negara mengeluarkan anggaran yang cukup besar. Biasanya, yang seperti ini sangat rawan untuk dikorupsi dan sebagainya.
Program pemerintah ini sebenarnya bagus dan layak untuk diapresiasi, namun harusnya dipikirkan pula sisi lain dari manfaat yang didapat. Lagi pula, sekali lagi, KTP anak ini urgensinya lemah kalau dibandingkan manfaat yang diberikan. Daripada mengeluarkan biaya untuk hal yang manfaatnya kecil, kenapa tidak pakai biayanya untuk membantu orang-orang miskin berobat atau bersekolah? Lebih bijak dan memberi manfaat.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…