Sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Bagi sebagian orang istilah ini mungkin bermakna biasa saja, tapi untuk beberapa yang lain tidak. Di masa sekarang ini di mana kebaikan seolah serasa langka, masih ada orang-orang yang benar-benar mendedikasikan dirinya untuk orang lain. Salah satu potret demikian bisa kita temukan pada Ksatria Airlangga.
Seperti yang kamu tahu bahwa tidak semua wilayah di Indonesia ini terjangkau oleh fasilitas kesehatan. Masyarakat di beberapa daerah bahkan sampai harus berjuang mati-matian agar bisa berobat. Nah, di sinilah Ksatria Airlangga mendedikasikan dirinya. Mungkin ia hanya perahu, namun sang Pinisi membawa serta para dokter budiman yang siap menyelamatkan anak-anak bangsa yang membutuhkan.
Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga berangkat dari seorang dokter bernama Agus. Beliau ini sudah merasakan betul sengsaranya masyarakat di daerah terpencil dalam memeroleh pelayanan kesehatan. Kurang lebih sudah satu dekade Dokter Agus mendatangi satu persatu tempat terpencil dan melakukan pelayanan kesehatan. Menyadari jika ia harus melakukan lebih, maka terciptalah ide untuk membangun Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga.
Setidaknya sudah sejak tahun 2017 kemarin kapal ini beroperasi. Sudah tidak bisa dihitung dengan jari lagi berapa masyarakat terpencil yang akhirnya terbebas dari penyakit. Dan Ksatria Airlangga akan terus berlayar selama masih ada dari mereka yang terpencil nun jauh di sana membutuhkan bantuan.
Selama periode 2017-2018 sendiri Ksatria Airlangga mencatatkan capaian yang fantastis. Mungkin pada awalnya tidak ada yang pernah menyangka jika sang Pinisi dan para awak dokternya mampu menggapai ini semua. Jadi setidaknya ada 22 pulau yang sudah disinggahi, membentang dari Bawean, Kangean, Alor, sampai kepulauan Maluku. Dari ekspedisi ini setidaknya 11 ribu pasien lebih yang ditangani, dan 1500an di antaranya adalah tindakan bedah. Bisa dibayangkan ya perjuangannya?
Dalam perjalanan setahun kemarin ada satu hal yang juga patut kita cermati. Hal tersebut tak lain adalah upaya Ksatria Airlangga dalam membantu korban gempa Lombok dan Palu-Donggala. Perlu diketahui, jika sebenarnya aksi membantu dua wilayah ini adalah di luar rencana. Namun karena masyarakat di sana amat membutuhkan bantuan, maka sang Pinisi dan para dokternya pun tak menunggu waktu lagi.
Soal biaya, kamu pasti penasaran kan kira-kira seberapa besar yang harus dikeluarkan untuk ekspedisi mulia ini? Ya, lebih dari empat milyar! Dan hebatnya lagi, Ksatria Airlangga tidak bertopang pada pemerintah, semuanya berasal dari pada donatur, termasuk lewat penjualan-penjualan merchandise. Di antara pengabdian yang paling memakan biaya adalah di Lombok serta Palu-Donggala, di mana masing-masing menghabiskan sekitar 900 juta dan 1,4 miliar. Ini bukti betapa dahsyatnya bencana tersebut.
2018 berlalu dan apa kabar Ksatria Airlangga? Sudah pernah melakukan ekspedisi luar biasa, nampaknya sang kapal masih belum lelah. Di tahun 2019 ini ternyata para penggawanya sudah mulai lagi melakukan pelayanan kesehatan. Diketahui, beberapa daerah di kepulauan Kangean sudah mulai disisir, tak lupa juga Masalembu. Rencananya, setelah ini para dokter budiman akan berlayar ke daerah NTB untuk kemudian lanjut ke daerah terpencil lain yang membutuhkan.
Seperti yang sudah dikatakan, dibutuhkan biaya yang besar untuk melakukan ekspedisi ini. Di tahun 2018 sendiri menghabiskan sekitar 4,5 miliar, dan di tahun 2019 ini pun kurang lebih demikian. Kabar baiknya adalah masih terbuka nih kesempatanmu untuk ikut berpartisipasi. Caranya adalah melalui link berikut ini.
Apa yang dilakukan Ksatria Airlangga ini adalah bukti bahwa ternyata di balik gegap gempita yang terjadi, masih ada begitu banyak saudara kita yang membutuhkan terutama untuk penanganan kesehatan. Jadi, tunggu apa lagi? Mari jadi bagian dari upaya besar nan mulia ini, sehingga sang Pinisi beserta para super heronya mampu melakukan tugas penting seperti kata tagline mereka, “Mengarungi Samudera Menyelamatkan Anak Bangsa.”