Rentetan kejadian terorisme kembali mengusik tanah air. Mulai dari kerusuhan yang melibatkan narapidana teroris dan aparat di Markas Komando Brimob pada 8 Mei lalu. Menyusul ledakan bom Surabaya yang terjadi di tiga titik, dan ledakan bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo pada Minggu 13 Mei 2018. Kejadian teror seperti ini akan ditangani Kepolisian RI khususnya Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) dan juga Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) dari Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Berbeda dengan Densus 88 yang memang menjadi garda depan penanganan terorisme di Indonesia, Koopssusgab hanya diturunkan saat tindakan teror mulai sukar diredam. Moeldoko selaku Kepala Staf Presiden mengatakan jika Jokowi tertarik menghidupkan kembali Koopssusgab untuk menangani terorisme. Hal ini terjadi setelah kasus kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob. Lantas, pasukan seperti apakah Koopssusgab tersebut? Mari kita simak informasi berikut ini.
Koopssusgab merupakan pasukan elit yang terdiri dari tiga matra TNI
Merupakan tim antiteror, Koopssusgab terdiri dari tiga matra TNI yaitu Sat-81 Gultor Komando Pasukan Khusus milik TNI AD, Satbravo 90 Komando Pasukan Khas dari TNI AU, serta Detasemen Jalamangkara dari TNI AL. Pasukan gabungan ini pertama kali diresmikan pada 9 Juni 2015 oleh Moeldoko yang kala itu merupakan panglima TNI. Adapun untuk kepemimpinan Koopssusgab dengan sistem giliran setiap enam bulan. Contohnya, enam bulan awal Koopssusgab dipimpin Danjen Kopassus (AD), enam bulan kedua Dankorpaskhas (AU), dan kloter berikutnya dipimpin Dankomarinir AL.
Memiliki alat-alat canggih untuk menumpas terorisme
Sebelum diresmikan pada tahun 2015, wacana pembentukan Koopssusgab sudah ada sejak tahun 2002. Memiliki pusat pelatihan di Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Bogor, pasukan ini bisa diturunkan secara cepat saat situasi terorisme semakin genting. Tak hanya pasukan yang telah dilatih khusus, Koopssusgab pun memiliki alat-alat canggih di antaranya helikopter Bell 412, MI-35, dan pesawat SA-330 Puma. Peralatan ini sempat diperlihatkan pada peresmian Koopsussgab di Lapangan Monas pada 2015 silam.
Tugas luar biasa yang diemban Koopssusgab
Sebagai pasukan antiteror, Koopssusgab memiliki tugas yang sifatnya merupakan operasi luar biasa (extraordinary operation). Karena itu para personel Koopssusgab harus selalu siaga apabila sewaktu-waktu terjadi aksi teror. Selain itu, tugas rutin pasukan ini adalah memetakan situasi baik di daerah maupun di tempat latihan. Pemetaan ini bertujuan untuk mengantisipasi ancaman yang muncul. Saat semuanya bisa dipetakan, pasukan bisa bergerak dengan sangat cepat.
Pasukan Koopssusgab lakukan penguatan soft power dan hard power
Setelah diresmikan pada 2015, kala itu Moeldoko meminta para komandan Koopssusgab untuk mengadakan penguatan soft power dan hard power. Soft power sendiri menyangkut mentalitas pasukan di antaranya menyatukan persepsi hingga membangun soliditas serta solidaritas antar pasukan. Sedangkan hard power merupakan sesuatu yang sifatnya teknis seperti penggunaan peralatan khusus, pemanfaatan teknologi baru, dan ketersediaan logistik. Selain itu, hard power juga berhubungan dengan keterampilan personel, intensitas latihan, dan juga kapasitas pasukan.
Koopssusgab hanya diturunkan di situasi tertentu
Seperti yang kita tahu, kewenangan menjaga keamanan menjadi tanggung jawab kepolisian. Sedangkan TNI memiliki kewenangan yang berkaitan dengan pertahanan negara. Karena itu, penanganan terorisme yang melibatkan TNI dalam hal ini Koopssusgab hanya diturunkan apabila kasus terorisme mencapai titik yang sulit diredam. Untuk situasi saat ini, Presiden Jokowi tertarik untuk menghidupkan lagi Koopssusgab untuk turut menanggulangi terorisme. Keterlibatan TNI dalam menangani teroris juga didukung berbagai pihak. Salah satunya Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purnawirawan) Ryamizard Ryacudu yang berharap TNI ikut terlibat menangani teroris.
Keberadaan Koopssusgab memberikan angin segar bagi masyarakat. Sebab jika dua kekuatan bersatu (Densus 88 dan Koopssusgab), percepatan penanggulangan terorisme akan terwujud. Terlepas dari kedua pasukan tersebut, seluruh masyarakat tanah air termasuk hansip dan sejenisnya perlu waspada dan dapat bekerjasama dalam penanganan terorisme.