Keberadaannya yang kerap menuai beragam komentar di masyarakat, membuat sosok mobil Esemka semakin dicari informasinya. Digadang-gadang sebagai kendaraan nasional buatan anak bangsa, apa daya hingga kini belum terwujud dan mengaspal di jalanan Indonesia. Padahal, masyarakat berharap bahwa sosok mobil ini bisa meneruskan era kejayaan Timor di masa lalu.
Tentu saja, ada banyak penyebab yang membuat Esemka tak kunjung tampil di khalayak publik. Dilansir dari oto.detik.com, mobil tersebut sejatinya telah dikembangkan oleh Sukiyat sejak 2007 silam. Itu artinya, usia Esemka sudah mencapai sudah 11 tahun pada tahun 2018 ini. Lantas, apa sajakah yang dialami oleh mobil Esemka hingga tak kunjung muncul di hadapan publik?
Tidak mendapat subsidi dari pemerintah
Dalam proses pembangunannya, mobil Esemka yang dibuat oleh PT Solo Manufaktur Kreasi atau PT SMK ternyata tidak mendapat fasilitas khusus dari pemerintah. Menurut tulisan otomotif.tempo.co, pihak Esemka menjalani semua proses seperti halnya produsen otomotif lainnya. fasilitas, dana, bantuan, insentif dan kemudahan dalam bentuk apapun dari pemerintah.
Kerap dikait-kaitkan dengan persoalan politik
Esemka yang merupakan produk asli dalam negeri, sayangnya kerap dikait-kaitkan dengan persoalan politik salah tokoh publik tanah air. Dilansir dari news.detik.com, beberapa pihak masih menggangap bahwa mobil tersebut menjadi kendaraan politik Joko Widodo (Jokowi). Padahal, presiden ke-7 RI itu hanya mendukung dari segi moral agar perkembangannya bisa lebih masif. “Sebagai wali kota saat itu saya dukung upaya mereka. Sekarang pun begitu. Industri yang kerjakan, pemerintah hanya mendukung. Masak Presiden buat pabrik dan bikin mobil Esemka sendiri,” kata Jokowi.
Terkendala komponen yang masih bergantung pada negara lain
Esemka yang disebut-sebut bakal memakai bahan baku lokal, ternyata tak bisa lepas dari beberapa komponen khusus yang harus diimpor dari Cina. Menurut otomotif.tempo. co, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Putu Juli Ardika mengungkapkan, produksi mobil tersebut akan mengandalkan sebagian impor komponen dari Cina. Selain itu, belum ada informasi terkait dengan tingkat komponen dalam negeri pada kendaraan Esemka. Ckckckck…
Beberapa persyaratan yang dinilai belum memenuhi standar
Meski sempat mengantongi sertifikat uji tipe, keempat varian Esemka berbahan bakar bensin harus diuji ulang untuk memenuhi standar emisi gas buang Euro IV yang mulai diberlakukan awal bulan ini. Sumber pada otomotif.tempo.co menuliskan, Kementerian Perhubungan mengharuskan agar Esemka memenuhi syarat yang ditetapkan jika ingin diproduksi massal. Hal ini mengacu pada regulasi standar emisi Euro IV yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Di mana peraturan ini diterapkan pada Oktober 2018 untuk mobil berbahan bakar bensin. Adapun standar Euro 4 pada mobil berbahan bakar solar akan diterapkan pada 2021.
Esemka menurut Sukiyat sang pelopor
Sukiyat yang merupakan pelopor keberadaan Esemka sejak 2007 silam, membeberkan alasannya mengapa Esemka tak kunjung diproduksi. Menurut dirinya yang dikutip dari oto.detik.com, bahwa membuat sebuah mobil bukanlah pekerjaan mudah. Ada banyak aspek yang harus betul-betul dicermati. Seperti kekuatan, kecepatan dan lainnya. Tentu saja, kesemua hal tersebut memerlukan waktu yang panjang dan proses pengerjaan yang tidak mudah. “Dan kita bikin vendor cetakan, jadi nggak seperti bikin mainan saja main tempel-tempel, copot sana, copot sini saja, karena taruhannya ini nyawa,” ujarnya
Memang, membuat sebuah mobil bukanlah perkerjaan yang mudah. Ada banyak hal dan aspek yang betul-betul harus diperhatikan. Utamanya adalah dari segi keamanan dan kelayakan jalan. Sebagai masyarakat, kita tentunya harus mendukung karya apapun yang datang dari anak negeri. Terlepas dari permasalahan yang dihadapi, semoga saja Esemka bisa segera meluncur seperti Vietnam yang sukses dengan merek Vinfast sebagai mobil buatan sendiri.