Nangis bombay adalah istilah yang sering digunakan untuk mengumpamakan tangisan yang sangat sedih dan ‘dramatis’. Karena tahu sendiri kan kalau mengiris bawang bombay biasanya bikin mata pedes banget sehingga air mata bercucuran dengan derasnya, padahal kita tidak sedang menangis sungguhan.
Di Jepang, ternyata fenomena nangis bombay ini jadi ajang yang bergengsi sekelas kontes kecantikan. Tepatnya di Pulau Awaji, Pedalaman Seto, yang tersohor akan hasil produk tanamnya, terutama BAWANG BOMBAY.
Nah, untuk meningkatkan daya jual produk bawang bombay mereka, baru-baru ini masyarakat Pulau Awaji punya ide unik dengan mengadakan Tama Naki Bijin Contest atau Kontes Menangis Bombay. Barang siapa bisa menangis dengan cantik dan dramatis sembari mencacah bawang bombay khas Awaji, maka dia akan dinobatkan sebagai pemenangnya. Dilansir dari Rocketnews24, sudah ada 6 finalis yang terpilih dan voting masih berlangsung hingga tanggal 30 September 2016 pukul 11.59 tengah malam nanti.
Nih beberapa cuplikan finalisnya. Meskipun kelihatan kurang kerjaan, tapi kabarnya video-video kontestan sudah bikin NETIZEN IKUTAN NANGIS. Bukannya karena sedih, tapi karena ngakak nggak habis-habis dengan kontes aneh yang satu ini.
Kabarnya ini yang tercantik. Kanoko Uemura, mahasiswi muda dan bening.
Jadi formatnya adalah disyuting dengan latar belakang pemandangan senja, lalu harus kelihatan menangis dengan selipan adegan mencacah bawang.
TAPI, ternyata Kanoko punya saingan berat. Ini dia..
Duh, mungkin karena kekuatan air mata ibu ya, jadi efek dramatisnya dapet banget.
Aduh, dek… Tak usah kau tangisi cacahan bawang itu.
Yah meskipun bau-bau komersil untuk mendongkrak pamor dan penjualan produknya, tapi ide kreatif penduduk Awaji ini boleh diacungi jempol. Mana ada yang kepikiran kalau ngiris bawang sampai menangis bisa terlihat cantik banget?
Ide-ide orisinil seperti ini memang banyak ditemukan pada berbagai gaya hidup di Jepang, seperti reality show hingga produk-produk aneh yang hanya ada di negeri sakura itu. Menarik juga kalau kontes kearifan lokal seperti ini ada di Indonesia, bukan begitu?