Bicara soal kehancuran bumi, mungkin akan memunculkan banyak sudut pandang. Misalnya secara agama, hal ini memang sudah dijelaskan dalam kitab suci. Secara sains, hal tersebut juga dijelaskan dalam berbagai bentuk dan gambaran. Misalnya gunung-gunung terbesar planet ini yang sewaktu-waktu memuntahkan isi perut bumi, terjadinya megatsunami, hingga terulangnya kisah hujan meteor yang pernah menyapu bersih makhluk hidup jaman purba dahulu kala.
Komet Swift Tuttle adalah salah satu benda langit yang diramalkan akan menghantam bumi dan menyebabkan kepunahan massal. Jaraknya memang masih sekitar satu abad lagi, namun konon bisa menyebabkan mimpi buruk bagi manusia. Tapi jangan buru-buru mau pindah ke planet lain untuk menyelamatkan diri, sebelum membaca beberapa ulasan tentang komet yang pernah terlihat tahun 1992 itu.
1. Komet yang Diprediksi akan Jatuh ke Bumi Tahun 2126
Bumi selalu dilintasi benda langit lainnya di luar angkasa. Oleh karena itu di beberapa daerah, kita bisa melihat bintang jatuh yang sedang melesat. Kadang indah, tapi kadang juga mengerikan. Misalnya meteor jatuh yang pernah mengejutkan di Rusia dan membuat lebih dari seribu orang mengalami luka-luka. Kejadian jatuhnya meteor di Chelyabinsk itu adalah yang paling nyata dan bisa bikin merinding, seperti bisa dilihat di bawah ini.
Tahun 1973, pakar astronomi Brian Marsden dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics meramalkan adanya kemungkinan Swift-Tuttle menghantam bumi di tahun 2126. Buat orang biasa, hal ini bisa jadi meresahkan. Tapi kabar baiknya, ramalan Brian ini dilakukan dengan observasi terbatas yang pastinya belum secanggih jaman sekarang atau 10 tahun lagi. Artinya hal ini belumpasti untuk dirisaukan dan NASA masih punya waktu mengkalkulasi ulang kemungkinan tabrakan Swift-Tuttle di tahun 2126. Tapi seandainya meteor ini benar-benar akan menghantam bumi, maka kita ada dalam masalah besar.
2. 300 Kali Lebih Kuat dari Jatuhnya Komet di Jaman Dinosaurus
Bumi pernah mengalami masa paling kelam pada era di mana dinosaurus meraja. Ditinjau dari penemuan lokasi jatuhnya, setidaknya dua kali bumi ini dihantam meteor saat itu. Sedahsyat apa bentuknya, bisa dilihat di area Teluk Meksiko serta di Ukraina yang masih membekas hingga sekarang. Lepas dari itu, masih banyak sisa peninggalan komet dan meteorit yang pernah jatuh ke bumi, berupa kawah dan lubang yang diameternya ratusan hingga ribuan meter.
Nah, komet Swift-Tuttle diperkirakan memiliki kekuatan 300 kali lebih dahsyat dari jatuhnya meteor di jaman purba. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana hantaman Swift Tuttle mampu melibas seluruh kehidupan di muka bumi. Bukan hanya karena ukuran dan kecepatannya melesat kemari, tapi dampak kejatuhannya bila menghantam daratan atau menembus lautan. Gempa dan tsunami akan menjadi mimpi buruk bagi bumi bila hal ini sampai terjadi. Tapi percayalah, kedua ancaman ini pun belum apa-apa.
3. Bahaya Laten yang Menyebabkan Kepunahan Massal
Melihat lagi pada sosok Swift-Tuttle yang ternyata bukan hanya batu ruang angkasa atau bola api biasa, komet ini menyimpan potensi terpendam yang bisa menyebabkan kepunahan massal. Melesatnya Swift-Tuttle menembus atmosfer bumi membuat sulfur dioksida dan karbon dioksida meningkat di lapisan stratosfer. Masuknya gas-gas ini akan menyebabkan pendinginan dan pemanasan jangka panjang sehingga iklim di bumi bisa bergeser dengan dramatis.
Inilah yang menjadi awal kepunahan massal, mengikuti efek-efek yang sudah disebutkan seperti gempa bumi dan tsunami. Tapi para ahli menyebutkan bahwa bukan gempa dan tsunami itu yang lebih menakutkan, melainkan peningkatan gas-gas tersebut yang lebih bisa menggiring makhluk bumi di ambang kepunahan.
4. Seberapa Besar Kemungkinan Swift-Tuttle Menghantam Bumi?
Kita mungkin masih punya waktu untuk memprediksi datangnya tamu-tamu dari luar angkasa ini, seperti yang sudah beberapa kali dilakukan NASA. Dengan memantau komet Swift-Tuttle yang melintasi bumi setiap 130 tahun sekali, memang sangat kecil kemungkinan komet ini akan melenceng dari orbitnya. Meski prediksi tentang Swift-Tuttle pernah ditarik sendiri oleh Brian karena menyadari penelitiannya belum sempurna, namun Daniel Yeomans yang merupakan peneliti senior NASA, masih melakukan akurasi dan revisi dari penelitian pendahulunya itu sejak tahun 1992.
“Kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan,” kata Yeoman seperti dikutip dari Live Science. Hal ini karena masih banyak faktor yang sulit diprediksi, bisa sewaktu-waktu mematahkan teori dan penelitian yang mereka lakukan.
Kesimpulannya, kita memang belum perlu merasa cemas berlebihan karena kemungkinan komet ini menabrak bumi terbilang sangat kecil. Di sisi lain, para peneliti luar angkasa masih berspekulasi sambil memperbaharui hasil penelitian mereka. Meski hal-hal seperti ini menjadi misteri yang menarik untuk ditelusuri, sejatinya segala bentuk kepastian itu hanya milik Sang Ilahi.