Yogyakarta penuh dengan kenangan. Hal inilah yang ada di benak orang yang pernah berkunjung ke Kota Gudeg. Berbagai kuliner bukan hanya gudeg, patut dicoba ketika di Yogyakarta. Belum lagi banyaknya tempat wisata mulai dari yang gratis sampai berbayar. Tentunya dilengkapi dengan penginapan yang harganya pun bersahabat.
Namun, beberapa waktu ini Yogyakarta seolah memiliki citra kurang baik. Pasalnya, klitih kerap terjadi terutama saat malam. Pelaku klitih kerap menyakiti korban dengan membacok atau tindakan melukai lainnya. Tidak sedikit korban yang jatuh akibat klitih, bahkan baru-baru ini sampai ada yang meninggal. Sebenarnya apa itu klitih dan bagaimana bisa terjadi? Boombastis.com akan mengulas lebih jauh di bawah ini.
Makna klitih sebenarnya tidak berkaitan dengan kriminal
Walaupun dikaitkan dengan kriminalitas, ternyata makna asli klitih jauh dari hal negatif. Menurut sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), klitih artinya aktivitas keluar rumah pada malam hari untuk refreshing. Bisa juga diartikan sebagai mengisi waktu luang. Klitih berasal dari kata dalam bahasa Jawa, klithah-klithih, yang artinya berjalan-jalan tanpa tujuan pasti. Tidak diketahui secara pasti kapan dan kenapa istilah klitih menjadi berkonotasi negatif.
Kenakalan pelajar yang berubah jadi tindak kriminal
Klitih kini dikaitkan dengan tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar di Yogyakarta. Pelaku klitih biasanya anak sekolahan tingkat menengah dan mahasiswa. Mereka kerap menjalankan aksinya di tempat yang cenderung sepi saat malam hari. Bukan mengambil harta korban, pelaku klitih seolah memuaskan diri dengan melukai orang lain, seperti membacok. Mereka ingin mendapatkan pengakuan dari teman sejawatnya.
Korban klitih biasanya acak, siapa saja pengguna jalan yang tengah melintas di jalanan. Rata-rata korban klitih adalah pria, tetapi ada juga yang perempuan. Setelah melakukan aksi, pelaku kabur dari lokasi tanpa mengambil harta korban. Walaupun begitu, tentunya tindakan ini sangat meresahkan, baik warga maupun wisatawan di Yogyakarta. Sampai ada tagar #Jogjadaruratklitih. Ada pula warganet yang berkomentar menjadi takut mengunjungi Yogyakarta karena adanya klitih.
Kekerasan pelajar Yogyakarta ada sejak 1980-an
Rupanya, tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar di Yogyakarta sudah ada sejak 1980-an dan 1990-an. Bahkan saat itu ada 2 geng kekerasan yang populer, yaitu QZRUH dan JOXZIN. QZRUH singkatan dari Q-ta Zuka Ribut Untuk Tawuran (atau Hiburan). Mereka biasanya beraksi di Yogyakarta bagian utara. Sementara JOXZIN punya beberapa kepanjangan seperti Joxo Zinthing dan Jogja Zindikat. Geng ini “menguasai” area Malioboro sampai Yogyakarta bagian selatan.
Klitih memakan korban sampai meninggal
Pelaku klitih bukan hanya melukai korban melainkan juga sampai terjadi pembunuhan. Sepanjang 2021 saja ada setidaknya 5 korban meninggal akibat klitih. Baru-baru ini, tepatnya saat awal puasa, seorang pelajar asal Kebumen meninggal dunia diduga menjadi korban klitih. Ia terluka akibat gir motor dari 5 orang pelaku. Kelima pelaku merupakan pelajar dan mahasiswa yang sudah ditangkap oleh polisi. Diketahui bahwa korban yang berusia 18 tahun merupakan anak dari anggota DPRD Kebumen.
Setelah ditelusuri, polisi menyimpulkan bahwa kejadian yang menimpa pelajar laki-laki tersebut bukan termasuk klitih. Dikatakan bukan klitih karena korban bukan dipilih secara acak oleh pelaku. Pasalnya, pelaku dan korban beserta teman-temannya sempat terlibat pertengkaran tepat sebelum pembuhan terjadi.
BACA JUGA: 4 Fakta Tawuran Berujung Maut di Bogor, Renggut Nyawa Pelajar di Tempat Akibat Luka Bacok
Klitih sudah lama terjadi di Yogyakarta tetapi sampai sekarang belum bisa diberantas. Peristiwa ini tentunya meresahkan. Semoga saja polisi dan pihak terkait bekerja sama dan menyelesaikan masalah klitih.