Perjuangan keras yang diiringi oleh sikap pantang menyerah, menjadi salah satu kekuatan yang mengantarkan sosok Yuniati dan sang suami meraih sukses dengan menyekolahkan sang anak hingga ke jenjang S3. Hidup dalam kesederhanaan sebagai buruh cuci, membuat kisah Yuniati menjadi sebuah cerita yang inspiratif bagi sesama.
Lika-liku perjalanan hidup yang dilalui oleh Yuniati termasuk sangat berat. Sebagai buruh cuci, ia harus bekerja ekstra keras dengan sang suami untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Utamanya pendidikan sang anak, Satya Chandra Wibawa Sakti. Yuniati benar-benar mengawali semuanya dari nol.
Menjadi tulang punggung keluarga untuk menopang kebutuhan sehari-hari
Sejak sang suami menderita sakit keras, Yuniati yang sebelumnya bekerja di bengkel terpaksa keluar dan memilih berprofesi sebagai buruh cuci. Hal tersebut dilakukannya demi mencukupi kebutuhan keluarga. Bahkan, tak jarang Yuniati harus berutang demi membiayai sekolah anak-anaknya. Salah satunya adalah Satya Chandra Wibawa Sakti.
Meski demikian, Yuniati memilih untuk merahasiakan utang-utang tersebut sedemikian rupa agar sang anak tak mengetahuinya. Hal tersebut dilakukan agar mereka lebih fokus belajar dan tidak terganggu dengan setumpuk utang yang diambil oleh sang ibu. Sembari bekerja, Yuniati tak lupa memperhatikan pendidikan anak-anaknya.
Memprioritaskan pendidikan anak dengan berbagi usaha
Perhatian Yuniati terhadap pendidikan anak-anaknya ditunjukkan lewat sikap yang luar biasa. Karena ingin menekankan betapa pentingnya sekolah, Yuniati bahkan rela menggendong sang anak pergi ke sekolah saat hujan deras. Soal pengaturan waktu, ia juga dikenal sangat disiplin dan ketat.
Sedari awal, Yuniati merancang sebuah program sederhana mengenai manajemen waktu kepada anak-anaknya. Waktu belajar dan bermain diatur sedemikian rupa. Kelak, hal ini begitu membekas pada diri Satya Chandra Wibawa Sakti. Pria yang berhasil meraih gelar S3-nya di Jepang ini, merasakan langsung betapa efektifnya aturan sang ibu tersebut.
Sempat mendapat cibiran dari tetangga
Perjuangan keras Yuniati menyekolahkan sang buah hati bukannya tanpa tantangan. Kedua anaknya, Satya dan sang adik perempuan sering dicibir tetangga lantaran terus bersekolah meski usia mereka telah menginjak dewasa. Anggapan mereka saat itu, kenapa dirinya terlihat lebih memilih melanjutkan pendidikan ketimbang bekerja.
Melihat hal tersebut, Yuniati menyikapinya dengan bijaksana. Ia justru menganggap bahwa cibiran dari tetangga tersebut sebagai cambuk untuk meraih kesuksesan di kemudian hari. Baik Satya dan sang adik, akhirnya ikut bersemangat mengubah nasib kedua orang tuanya lewat pendidikan.
Sukses mengantarkan sang anak hingga ke jenjang S3
Jatuh bangun Yuniati yang juga ditopang dengan kerja keras buah hatinya saat menempuh pendidikan akhirnya membuahkan hasil. Satya yang berhasil meraih gelar S1 Universitas Negeri Yogyakarta jurusan Kimia, mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Gadjah Mada.
Berkat bantuan dosen-dosennya, Satya juga disuruh untuk melanjutkan pendidikan S3 di Universitas Hokkaido, Jepang dan berhasil lulus dengan predikat cumlaude. Semua kerja kerasnya di dunia pendidikan, kini mengantarkan Satya menjadi dosen di Universitas Airlangga Surabaya.
BACA JUGA: Belajar dari Kisah Sukses Pria Lulusan Sarjana yang Tak Malu Meski Menjadi Pemulung Sampah
Apa yang telah dicapai oleh sosok Yunianti di atas, menjadi sebuah kisah inspiratif sekaligus teladan bagi kita semua. Betapa besarnya kasih sayang orang tua kepada sang anak yang ditunjukkan lewat usaha dan kerja keras demi mengubah nasib lewat pendidikan. Hebat ya Sahabat Boombastis.