Bagi kita nama Uwais Al-Qarny mungkin masih sangat asing sekali, dibandingkan dengan nama-nama sahabat Rasulullah SAW yang lain yang sangat masyhur seperti Abu Bakar atau Umar bin Khattab, dan lainnya. Tidak hanya pada masa kini nama itu terasa begitu asing, namun bahkan pada masa Rasulullaah masih hidup dulu pun, nama Uwais Al-Qarny terasa asing di antara para sahabat. Namun yang sungguh membuat orang-orang kagum adalah, nama Uwais Al-Qarny justru begitu harum dan masyhur di antara para penghuni langit dan syurga. Hal tersebutlah yang kemudian mendorong rasa penasaran para sahabat untuk bertanya kepada Rasulullaah tentang siapakah pemuda bernama Uwais Al-Qrany ini.
Uwais Al-Qarny adalah seorang pemuda miskin nan yatim yang hanya tinggal berdua bersama Ibunya di Yaman. Walaupun hidup satu masa dengan Rasulullaah, namun kerinduan Uwais pada sang Rasul tak pernah tersampaikan. Kerinduan ingin bertatap muka dengan Rasul tak pernah dia dapatkan sewaktu hidupnya. Rasulullaah mengetahui bahwa pemuda bermata biru dan memiliki kulit kemerah-merahan ini begitu terkenal di kalangan penghuni langit dan syurga. Maka kemudian Rasulullaah menyampaikan hal tersebut kepada para sahabat. Jelas hal tersebut membuat para sahabat kagum dan penasaran, siapakah pemuda bernama Uwais Al-Qarny tersebut.
1. Uwais Al-Qarny dan Ketaatannya pada Sang Ibu
Uwais telah menjadi seorang yatim sejak kecil, dia tak memiliki sanak saudara atau siapapun kecuali sang Ibu yang telah renta dan sakit-sakitan. Uwais sangat mencintai Ibunya. Dia pernah menderita penyakit kusta dalam waktu lama, kemiskinan membuat hidupnya dan Ibunya menjadi sangat memprihatinkan. Saat muncul perintah masuk Islam, Uwais kemudian mengikrarkan diri menjadi seorang muslim yang taat. Dia selalu menuruti perintah Ibunya dan menjaganya dengan baik. Uwais selalu membaca Al-Qur’an, dalam keadaan pakaian dan tubuh yang kumal saking miskinnya.
Suatu hari, Uwais yang begitu merindukan Rasulullaah ingin sekali pergi ke Madinah untuk bertemu dengan Manusia Mulia tersebut, sekedar untuk mencium tangannya dan meminta do’a pada beliau. Uwais merelakan diri menempuh perjalanan jauh. Namun sesampainya di Madinah, Uwais tak menemukan Rasulullaah yang sangat dirindukannya tersebut. Dia hanya bertemu dengan Ummul Mukminin, Aisyah ra. Dari Aisyah, Uwais mendapat kabar bahwa Rasulullaah tengah pergi berperang.
Uwais ingin tinggal sedikit lebih lama untuk menunggu kepulangan Rasulullaah, namun dia mendapat kabar bahwa Ibunya sakit dan memintanya segera pulang ke Yaman. Maka bergegaslah Uwais meninggalkan Madinah, demi sang Ibu. Ibunya yang buta dan renta, sangat membutuhkan dirinya. Dan walau kesibukannya sebagai seorang penggembala dan merawat Ibunya sepanjang waktu, namun Uwais Al-Qarny tak pernah meninggalkan ibadahnya, justru ketaatannya kepada Allah dan Rasulullaah semakin bertambah setiap harinya.
2. Kerinduannya kepada Rasulullaah yang Luar Biasa
Rasulullaah SAW datang ke Yaman dan menyebarkan Islam di sana. Penduduk berduyun-duyun memeluk agama Islam yang begitu mencintai kedamaian tersebut. Termasuk seorang pemuda miskin lagi kumal bernama Uwais Al-Qarny, yang hidup hanya berdua dengan Ibunya yang renta, buta, dan sakit-sakitan. Uwais hanyalah seorang fakir yang selalu menggembalakan ternak orang lain. Dia tak dikenal siapapun di dunia, namun namanya amat masyhur di antara para penghuni langit.
Kerinduannya kepada Rasulullaah, untuk dapat menatap wajah beliau lama-lama, membuatnya berangkat dari Yaman ke Madinah seorang diri. Dia tak memperdulikan panasnya gurun, dan banyaknya penyamun atau perampok di tengah perjalanan. Alhamdulillaah, dengan segala kesulitan dan keterbatasan, dia sampai di Madinah juga.
Namun, yang dia temui hanyalah Aisyah ra. Dari Aisyah, Uwais mengetahui bahwa manusia mulia yang dirindukannya tersebut tengah pergi berperang bersama para sahabat. Uwais ingin menunggu kepulangan Rasul, namun dia mendengar kabar bahwa Ibunya meminta dirinya segera pulang karena beliau sakit. Tanpa menunda, Uwais bergegas pulang ke Yaman dan menjaga Ibunya kembali. Dia tak pernah bertemu Rasulullaah sampai akhir hayatnya.
Tentang seorang pemuda miskin bernama Uwais Al-Qarny yang mendatanginya, Rasulullaah mendapatkan kabar tersebut dari Aisyah. Dan Rasulullaah menyampaikan kepada para sahabat, bahwa pemuda ini bukanlah orang yang masyhur di antara penduduk dunia, namun dia sangat masyhur di antara penduduk langit dan syurga. Maka Rasulullaah pun meminta para sahabat untuk mencari Uwais Al-Qarny tersebut dan meminta do’a serta istighfar darinya. Sampai Rasulullaah meninggal, barulah Umar bin Khattab menemukan Uwais tersebut.
3. Terkenal di Antara Penduduk Langit
Setelah bertemu dengan Umar bin Khattab dan mendo’akan serta memberikan istighfar kepada khalifah kedua tersebut, nama Uwais kembali tenggelam dan tak terdengar lagi di antara para penduduk dunia. Uwais juga menolak diberi harta hasil baitul maal dari Umar bin Khattab dan meminta harta tersebut diberikan pada orang miskin yang lebih membutuhkan.
Hingga lama kemudian, para sahabat dikejutkan oleh berita kembalinya Uwais Al-Qarny ke rahmatullah, Uwais meninggal. Semua sahabat mendatangi kediamannya dan hendak memandikannya, namun mereka terkejut karena Uwais telah dimandikan oleh banyak orang yang tidak mereka kenal. Kemudian saat Uwais hendak dikafani, ternyata hal tersebut juga telah dilakukan oleh orang-orang tersebut. Begitupun saat Uwais hendak diberangkatkan, banyak orang yang berebut akan menggotong jenazahnya. Dan sesampai di kuburan, ternyata persiapan pemakaman telah dilakukan oleh orang-orang yang juga tak mereka kenal. Konon, orang-orang tersebut adalah makhluk langit yang begitu ingin merawat jenazah Uwais dengan baik.
Masya Allah, para sahabat begitu takjub pada sosok Uwais Al-Qarny ini, dia sama sekali tak tersohor di dunia, namun namanya begitu harum di antara para penduduk langit. Itulah kenapa, kisah tentang Uwais Al-Qarny ini begitu sering diceritakan dari masa itu sampai sekarang, karena ketaatannya pada sang Ibu, dan kecintaannya pada Rasulullaah, membuatnya begitu dicintai pula oleh Allah. (sof)
http://3.bp.blogspot.com/-XtIRhRrYxDE/TvFqBgIu8RI/AAAAAAAAAeQ/f2E4S_SHQWg/s1600/ibadah.jpg