Nama Syekh Ali Jaber menghiasi dunia dakwah Indonesai dalam satu dekade terakhir. Meski sebelumnya sempat tersandung perbedaan pemahaman dengan keyakinan mayoritas muslim di Indonesia, ia bersedia meminta maaf dan dibimbing oleh MUI. Sejak saat itulah, pelan-pelan SAJ mulai menjadi salah satu pendakwah yang diperhitungkan.
Bukan asli WNI, ternyata ada kisah di balik hijrahnya ia dari Kota Nabi ke bumi Nusantara, loh. Kali ini Boombastis.com akan membahas hal tersebut dalam ulasan berikut.
Lahir dan besar di Madinah
Syekh Ali lahir di Madinah dengan nama Ali Saleh Muhammad Ali Jaber. Ia menghabiskan masa kecil hingga dewasa di Kota Nabi. Ali Jaber menempuh Pendidikan formal dan nonformal, masuk Madrasah Ibtidaiyah hingga Madrasah Aliyah lalu kemudian melanjutkan mulazamah (melazimi) pelajaran-pelajaran Al-Qur’an di Masjid Nabawi, Madinah.
Ali Jaber punya 9 saudara yang semuanya laki-laki. Lahir di keluarga yang sangat agamis membuat ia menekuni ilmu agama dari kecil. Ayah Syekh Ali sangat disiplin untuk mengajarkan ia dan saudara-saudaranya perihal salat dan membaca Al-quran. Tak segan Syekh Ali kecil dipukul saat tidak melaksanakan salat fardhu.
Hafal Al-quran di usia 11 tahun
Besar dalam didikan yang religius tak mengherankan jika kemudian Syekh Ali jatuh cinta dengan ilmu pengetahuan tentang Islam dan Al-quran. Di usianya yang masih sangat belia, 11 tahun, ia sudah mengkhatamkan hafalan Al-quran 30 juz.
Karena hal itulah, ia mulai berdakwah dari satu masjid ke masjid lain. Selama di Madinah, ia aktif sebagai guru tahfizh Al-Qur’an di Masjid Nabawi dan menjadi imam salat di salah satu masjid kota Madinah. Kemudian bagaimanakah ceritanya Syekh Ali bisa sampai ke Indonesia? Lanjut dong bacanya~
Berdakwah ke Indonesia pada tahun 2008
Tak hanya di negeri sendiri, Syekh Ali juga melebarkan sayap dakwahnya ke Indonesia pada tahun 2008. Di tahun yang sama ia menikah dengan seorang gadis asal Lombok bernama Umi Nadia, yang sudah lama tinggal di Madinah. Di Lombok awalnya Syekh Ali menjadi Imam Besar dan Khatib di Masjid Agung Al- Muttaqin dan guru tahfidz di Islamic Centre masjid yang sama.
Setelah Lombok, kota yang dikunjungi sang syekh adalah Ibukota Jakarta. Setelah salat magrib di Masjid Sunda Kelapa, Syekh Ali diminta mengimami salat tarawih. Sejak saat itulah Syekh Ali mendapat kepercayaan dan tempat berdakwah yang baru.
Belajar bahasa Indonesia dan jadi seorang WNI
Untuk berkomunikasi dengan para warga, Syekh Ali akhirnya belajar Bahasa Indonesia. Jatuh cinta dengan tanah air dan tetap ingin menyebarkan dakwah, pada akhir 2012, dia dianugerahkan kewarganegaraan Indonesia oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Resmi berganti kewarganegaraan membuat Syekh Ali semakin padat jadwal dakwah. “Mohon bimbingannya dari jamaah sekalian supaya kami menjadi warga negara Indonesia yang baik dan bisa berkontribusi bagi agama bangsa dan negara. Aamiin. I love you Indonesia,” kata SAJ. Ia bahkan berkesempatan Muballigh Majelis Taklim di salah satu stasiun televisi Indonesia, serta menjadi juri tetap Hafidz Indonesia yang tayang di RCTI.
BACA JUGA: Ustadz Khalid Basalamah, Sosok Da’i Bersahaja yang Pengajiannya Sempat Dibubarkan Ormas
Kebahagiaan Syekh Ali dan istrinya bertambah setelah kelahiran putra pertama mereka September 2017 lalu. Bayi yang diberi nama Fahad Ali Jaber ini Nampak lucu dan membuat gemas penonton studio saat diajak ke acara Hafidz Indonesia 2018 lalu. Kita doakan semoga Syekh Ali terus sehat dan bisa melebarkan sayap dakwah di bumi Nusantara ya.