Perjalanan panjang dan jatuh bangun dalam mendirikan usaha rupa-rupanya dialami pula oleh seorang Aksa Mahmud, pendiri Bosowa Group dan dikenal sebagai salah satu pengusaha terkaya asal Sulawesi Selatan. Perusahaannya bergerak di berbagai bidang usaha dan termasuk merek nasional ternama.
Meski demikian, semua keberhasilannya itu tak datang begitu saja. Ada kerja keras yang ia pupuk sejak kecil dan kelak menjadi bagian sejarah perjalanan hidup maupun bisnisnya. Tak banyak yang tahu, Aksa Mahmud pernah berjualan es sekedar untuk menambah pemasukan. Pada fase inilah, naluri bisnisnya langsung terasah.
Berbisnis sejak usia muda
Dunia bisnis bukanlah hal yang asing bagi seorang Aksa Mahmud karena terbiasa mengikuti kedua orang tuanya menjual hasil bumi. Kedua orang tuanya, H. Muhammad Mahmud dan ibunya bernama H. Kambira, merupakan seorang petani sederhana di kampungnya.
Saat belajar di Sekolah Rakyat (SR) Mangkoso, Aksa Mahmud sempat berjualan es balok yang dipotong-potong menjadi bagian kecil dan dijual saat bulan puasa tiba. Di saat yang bersamaan, ia juga menjajakan permen dan kurma di sekolahnya. Beranjak di usia remaja, pria kelahiran 16 Juli 1945 itu juga berjualan kacang saat musim panen tiba dengan modal kepercayaan.
Pernah aktif sebagai aktivis mahasiswa di perguruan tinggi
Usai menamatkan Sekolah Teknik Menengah (STM) di Makassar, Aksa Mahmud melanjutkan pendidikannya di Fakultas Teknik Elektro, Universitas Hasanuddin. Di bangku perguruan tinggi ini, dirinya berperan aktif di organisasi mahasiswa seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Makassar sebagai aktivis.
Tak hanya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Makassar, Aksa Mahmud juga aktif sebagai anggota aktif Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). Sebagai insan pers, jiwa Aksa Mahmud tertempa untuk selalu memberikan informasi aktual dan bersikap kritis terhadap peristiwa yang ada. Di IPMI pula, ia bertemu dengan Jusuf Kalla yang merupakan seniornya.
Sempat bekerja di NV Hadji Kalla dan kemudian membangun usaha sendiri
Setelah merasa tak tertarik lagi di bidang jurnalistik, ia diajak bekerjasama oleh Jusuf Kalla bekerja di Dolog sebagai penyalur kebutuhan pokok masyarakat. Dari sini pula, ia akhirnya bekerja di perusahaan NV Hadji Kalla bersama Jusuf Kalla yang kelak menjadi pemimpin dari usaha keluarga tersebut.
Aksa Mahmud hanya bekerja selama tiga tahun saja di NV Hadji Kalla. Saat itu, ia tengah berpikir untuk memiliki usaha mandiri. Hingga pada tahun 1973, lahirlah CV Moneter dengan modal Rp5 juta hasil pinjaman Bank BNI. Bisnis pertama Aksa Mahmud tersebut bergerak sebagai agen penyalur mobil Datsun di Indonesia timur.
Sukses dirikan perusahaan yang merambah berbagai bidang
Pada tahun 1980, Aksa Mahmud mengubah CV Moneter menjadi PT Bosowa Berlian Motor setelah diajak bekerja sama sebagai distributor merek Mitsubishi oleh PT Krama Yudha Tiga Berlian. Perusahaannya semakin berkembang pesat pada saat itu lantaran pasar otomotif Indonesia tengah bagus-bagusnya.
Berangkat dari kesuksesan PT Bosowa Berlian, Aksa Mahmud kemudian merambah bisnis semen (PT Semen Bosowa), agen mobil Mercedez Benz di wilayah Indonesia Timur (PT Gowa Kencana Motor), bidang energi (Bosowa Pertambangan & Energi), properti (Bosowa Properti), keuangan (Bosowa Jasa Keuangan), dan pendidikan (Universitas dan Politeknik Bosowa).
BACA JUGA: Kisah Jusuf Kalla dan Kerajaan Bisnis yang Membuat Dirinya Jadi Wapres Terkaya di Indonesia
Berkat kerja kerasnya sebagai pengusaha, Bosowa Group kini telah berkembang menjadi perusahaan multinasional dengan berbagai macam usaha. Dilansir dari Forbes, Aksa Mahmud memiliki kekayaan sebesar US$710 juta (Rp9 triliun) dan berada di urutan ke 44 dalam daftar 50 orang Indonesia terkaya 2019. Hebat ya Sahabat Boombastis.