Menjadi seorang tentara berarti rela mengorbankan nyawanya untuk menjaga kedaulatan NKRI. Seorang tentara harus mau ditugaskan ke pelosok negeri meski itu adalah daerah konflik mematikan yang kerap terjadi aksi baku tembak. Bagi tentara, negeri adalah hal wajib yang harus dilindungi. Bagi mereka, napas yang keluar dari tubuhnya adalah pengabdian dan pengorbanan yang harus dilakukan kapan saja.
Semangat juang yang hebat dari tentara yang disebutkan di atas ternyata menginspirasi Pratu Suparlan. Prajurit dari Koppasus ini rela mengorbankan nyawanya dengan tanpa takut. Dia pasang badan agar rekannya bisa pergi dan melakukan perlawanan habis-habisan di Timor Timor. Berikut kisah heroik dari Pratu Suparlan yang layak untuk diteladani.
Operasi Gabungan untuk Menumpas Pemberontak
Tahun 1980-an, keamanan di Timor Timur yang dahulu masih menjadi milik Indonesia sangatlah buruk. Banyak pemberontak yang melakukan aksi penyerangan sehingga penjagaan di sana diperketat. TNI mengirim banyak pasukan termasuk pasukan khusus Koppasus dan Kostrad yang ditugaskan untuk melakukan penyerangan ke pos miliki Fretilin dan melumpuhkan semua yang ada di sana.
Hal yang sudah menjadi kewajiban ini juga dialami oleh seorang Pratu Suparlan. Dia dengan 8 rekannya dari Kopassus dan Kostrad melakukan serangan gabungan. Pada aksi ini, 9 pejuang Indonesia ini mengalami cukup banyak kesulitan. Secara jumlah mereka kalah, bayangkan, 9 orang melawan sekitar 300 orang pemberontak yang mayoritas menggunakan senjata api atau senjata tajam.
Terdesak dan Susah untuk Melarikan Diri
Berusaha melawan, kelompok penyerang ini tetaplah kalah jumlah. Dalam sekali serangan, tiga orang langsung tumbang di tempat. Enam orang yang tersisa termasuk di sana ada Pratu Suparlan berusaha mencari jalan dari kejaran dan serangan dari Frentilin. Dalam pengejaran ini aksi baku tempat tetap terjadi dengan sangat mengerikan dan berdarah-darah.
Dalam pelarian yang dilakukan oleh tentara ini, mereka akhirnya terdesak dan tidak bisa bergerak lagi. Mereka harus mencari jalan lain dan itu sangatlah menyusahkan. Akhirnya, Pratu Suparlan yang saat itu bertugas berusaha untuk mengulur waktu. Meski diperintah oleh komandannya dia tetap bergerak mundur untuk mengulur waktu dengan menghadang para pemberontak.
Pasang Badan Demi Rekan Seperjuangan
Untuk mengulur waktu dan membuat temannya bisa kabur dengan selamat, Pratu Suparlan melakukan serangan balik. Dengan tanpa pengaman apa pun dia menghadang sembari menembakkan peluru kepada musuh. Dalam aksi ini, tubuh dari Pratu Suparan terkena tembakan hingga berkali-kali. Bahkan tubuhnya jadi bersimbah darah karena tertembus timah panas.
Apa yang terjadi pada tubuhnya ternyata tidak membuat dia kabur. Dia terus maju seperti banteng ketaton. Dengan mengerahkan sisa tenaga dia melakukan penyerangan dengan pisau setelah pelurunya habis. Saat tubuhnya nyaris tidak bisa bergerak, dia masih sempat menarik dua buah granat dan membuat puluhan pasukan Frentilin meninggal dunia.
Jasa Besar dan Penghargaan untuk Pratu Suparlan
Apa yang dilakukan Pratu Suparlan ternyata bisa mengulur waktu cukup lama. Adu tembak yang terjadi di sana menyebabkan 7 dari 9 prajurit tewas. Sementara itu dari pihak Frentilin ada sekitar 50 orang meninggal dunia akibat strategi cerdik dari Pratu Suparlan yang rela membuat tubuhnya tertembus peluru hingga hancur terkena granat yang mematikan.
Apa yang dilakukan oleh Pratu Suparlan ini tentu menjadi inspirasi banyak pihak. Dia adalah Ranbo sejati yang berjuang tanpa memedulikan nyawanya. Berkat keberanian yang dilakukan oleh Pratu Suparlan ini, negara memberinya kenaikan pangkat luar biasa dan penghargaan tinggi. Nama dari pejuang ini juga digunakan untuk menamai landasan pacu pesawat yang terletak Pusdikpassus, Batujajar, Bandung.
Inikah kisah heroik dari seorang prajurit Kopassus bernama Pratu Suparlan. Keberanian dan semangatnya dalam melindungi negeri ini menjadi inspirasi kita semua agar mau membela Indonesia. Marilah sama-sama menjaga keamanan negeri yang mulai gonjang-gonjang ini.