Berbicara tentang Korea Utara memang tak akan pernah ada habisnya. Mungkin karena rasa penasaran kita terhadap segala sistem dan aturan yang berlaku di dalamnya. Negara yang dipimpin oleh ‘The Kims’ ini adalah salah satu negara komunis yang masih bertahan, dengan menutup segala campur tangan dari luar.
Maka, tak menjadi hal yang mengherankan lagi jika para penduduknya banyak yang tidak betah tinggal di negeri mereka sendiri. Melarikan diri adalah pilihan, walaupun sangat sulit untuk ditempuh. Nah, berbicara tentang kisah pelarian, kali ini Boombastis akan membahas tentang bagaimana perjuangan luar biasa orang-orang Korea Utara yang berhasil melarikan diri dari rezim yang berkuasa.
Yongho Thae, diplomat Korut yang mencari kebebasan ke negara tetangga
Kasus kepindahan Yongho Thae ke Korea Selatan ini pernah menjadi berita yang menghebohkan. Bagaimana tidak, ia adalah seorang diplomat Korea Utara untuk Inggris. Merasa lelah dengan pemerintahan Kim Jong Un, dirinya berusaha mencari tempat yang lebih aman dan nyaman. Dia juga menceritakan bahwa kehidupannya –yang dianggap orang elit, faktanya tidaklah sebanding.
Tak ada fasilitas mewah, apa yang didapat tak sebanding dengan yang dikerjakan. Pun dalam menjalankan misi sebagai diplomat, jika gagal maka ia akan dipaksa untuk melakukan segala cara untuk mendapatkan uang, sekalipun itu hal yang illegal.
Kim Hyuk, menyeberangi sungai demi lari dari Korea Utara
Kisah Kim Hyuk ini sangat dramatis dan membuatmu bersyukur bisa tinggal di negara seperti Indonesia. ia sudah tinggal di jalanan sejak umur 7 tahun, menjadi pengemis dan penjual barang-barang illegal. Musibah kelaparan Korea Utara pada tahun 1997 juga membuat ia menjadi yatim piatu, ia pernah merasakan bagaimana susahnya hidup di panti asuhan. Muak dengan negaranya sendiri, Kim Hyuk mencoba peruntungan dengan menyeberangi Sungai Tumen untuk melarikan diri.
Namun, perjalanan tak mulus karena ia tertangkap tentara perbatasan dan masuk penjara selama tiga tahun. Tahun 2000, ia kembali beraksi dengan berjuang menyeberang ke perbatasan antara China dan Rusia, tinggal di hutan selama 5 bulan, menyeberangi gurun menuju Mongolia, sebelum kemudian dibantu oleh polisi Mongolia mengurus dokumen untuk menjadi pengungsi di Korea Selatan.
Song Byeok, kehilangan ayah saat dalam pelarian
Song Byeok juga mengalami hal yang sama seperti Kim Hyuk. Semua anggota keluarganya meninggal ketika krisis lapar melanda Korea Utara pada 1990-an. Ia yang hanya berdua dengan ayahnya berinisiatif untuk mencari makanan dengan menyeberangi sungai menuju China. Sayang, sang ayah tewas karena tersapu arus air dan Song Byeok pun ditangkap.
Tak kapok, pada 2002 ia kembali melarikan diri ke Korea Selatan. Kali ini pelariannya berhasil, ia kemudian belajar di Universitas Hongik dan hidup sebagai seniman. Melalui dunia lukis, Song Byeok menggambarkan segala kekerasan hidup di negara asalnya. Ia berusaha menumbangkan rezim yang berkuasa saat ini.
Grace Jo, lolos setelah tiga kali percobaan kabur
Grace Jo adalah sosok perempuan berani yang mencoba pergi ke dunia luar sebagai tempat yang lebih nyaman. Keluarganya adalah korban lain dari tragedi kelaparan tahun 1990-an. Ayahnya meninggal dalam kereta menuju penjara setelah dipukuli karena ketahuan menyeberangi perbatasan untuk membeli sekantong beras. Nenek dan adik lelakinya meninggal karena kelaparan, sementara kakak perempuannya menghilang tanpa jejak. Ia, ibunya, serta asik perempuannya adalah sosok yang tersisa dan melakukan pelarian.
Walau berhati-hari berjalan kaki, Jo dan keluarga tetap tertangkap juga dan kembali dikirim ke Korut. Hidup di Hamgyong Utara dengan memakan jangkrik, buah liar, serta kulit pohon membuat ibu Jo akhirnya menyogok penjaga perbatasan. Namun sekali lagi, mereka tertangkap dan dikirim kembali ke Korut. Pada 2006, dibantu pendeta Amerika-Korea pelarian mereka sukses dan mengantar ia ke Amerika. Hingga sekarang, Jo adalah wakil presiden NKinUSA, organisasi yang ia dan adiknya dirikan untuk membantu pembelot yang ingin melarikan diri.
Ya, cara memimpin ‘The Kims’ yang diktator dan menindas rakyat pastinya membuat siapapun tidak betah tinggal di dalamnya. Mereka hanya segelintir orang yang membelot, ada banyak sekali kisah sedih yang tak kalah menyeramkan jika diulas lebih dalam. Ternyata, di balik nuklir yang hebat, ada ribuan orang yang kelaparan, di balik senyuman senjata ditodongkan di depan kening.