Nasib seseorang emang nggak ada yang bisa nebak. Selama seseorang terus berjuang mencari rejeki, Tuhan pasti akan memberikan apa yang mereka harapkan. Berbekal ketelatenan dan kesabaran, begitu banyak orang-orang pinggiran yang berhasil mengantarkan anak-anak mereka menuju cita-cita yang diharapkan. Mungkin beberapa saat lalu, dunia maya digegerkan dengan postingan seorang pramugari cantik yang begitu bangga mengakui jika ayahnya yang seorang tukang ojek. Ya, demikianlah orangtua, mereka rela bekerja keras asal anak bisa terus menempuh pendidikan dan memiliki profesi yang mereka dambakan.
Salah satu kisah nggak kalah inspiratif datang dari Suripto, pria paruh baya yang berprofesi sebagai tukang sayur emperan di salah satu sudut Pasar Kemiri Muka, Beji, Depok. Dilihat dari penampilannya dan juga dagangan yang hanya beralaskan plastik, barangkali orang-orang nggak bakal nyangka kalau bapak satu ini sukses membuat anak-anak mereka memiliki profesi mentereng. Seperti apa kisahnya? Berikut ini ulasannya.
Selama 20 tahun berdagang sayur di emperan
Pria berusia 66 tahun ini sudah sekitar 20 tahun berjualan sayur. Meski tidak memiliki lapak permanen, namun tiap harinya tanpa kenal lelah pria yang biasa disapa Pak De ini tak gentar bersaing dengan pedagang lain. Selama lima tahun pertama berjualan sayur, ekonomi Pak De memang mengalami peningkatan. Bahkan, Pak De sempat memutuskan untuk menyewa kios untuk berdagang.
Namun sayang, niat ingin laris justru sebaliknya. Saat berjualan di kios, dagangannya justru tidak begitu laku. Terlebih, harga sewa kios di pasar begitu mahal. Akhirnya, pria tengah baya ini pun kembali berjualan di emperan, dengan menggelar plastik dan menjejer sayuran segar sekenanya. Justru, dalam posisi itulah pembeli lebih tertarik untuk datang.
Peruntungan yang butuh kesabaran
Sebelum hijrah ke ibukota, Suripto merupakan petani yang tiap harinya menggarap sawah. Merasa jika pekerjaannya sebagai petani tidak cukup untuk menghidupi istri dan kedua anaknya, Suripto memutuskan untuk pergi ke besar untuk mencari peruntungan. Namun sayang, nyatanya ibu kota lebih kejam dari ibu tiri. Selama di kota, Suripto justru kesulitan mencari pekerjaan.
Pria dua anak ini bahkan sempat menganggur selama satu tahun. Saat kehidupan di kota makin tak menentu, datanglah seorang kerabat yang mengajak Suripto untuk berkunjung ke rumahnya. Ternyata kerabatnya tersebut seorang pedagang di Pasar Kemiri Muka. Melihat temannya itu yang berdagang, Suripto merasa terilhami. Meski melihat temannya tak begitu banyak mendapat untung, tapi setidaknya masih ada pendatapan uang ia peroleh.
Modal ngutang
Membulatkan tekat untuk berdagang di kota, akhirnya Pak De memberanikan diri untuk meminjam uang untuk berdagang sayur di emperan. Dan rupanya, melalui berdagang, Suripto mendapat penghasilan yang lumayan. Setelah dua tahun lamaanya, akhirnya Pak De bisa memboyong keluarganya dari kampung. Meski pas-pasan, tapi setidaknya Pak De bisa berkumpul kembali dengan keluarga. Ia mengontrak rumah petak yang lokasinya tak jauh dari pasar.
Melalui berdagang pula, istrinya bisa menyisihkan uang yang dialokasikan untuk biaya pendidikan anak. Dan benar saja, keuletan Pak De berhasil mengantarkan semua anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak. Keduanya lulus SMA, dan lebih beruntung lagi, karena kedua anak Suripto memiliki otak yang encer. Setelah lulus dari SMA, keduanya mendapat beasiswa kuliah yang luar biasa.
Jadi dokter di Semarang
Perjuangan memang tak pernah mengkhianati hasil. Kerja keras dan keuletan Suripto juga terbukti mencetak anak-anaknya jadi orang yang sukses. Beruntung, bukan hanya karir saja yang gemilang, bakti anaknya juga jempolan. Setelah berhasil menyelesaikan studi dan jadi dokter, anak pertama Suripto yang bernama Lili Setiawan resmi jadi dokter di Semarang.
Saat ini, Suripto dan istrinya tak lagi mengontrak rumah, karena anak pertamanya yang telah membelikan rumah yang layak. Pak De sama sekali tak menyangka, meski kedua orangtuanya hanya penjual sayur emperan, namun penerusnya bisa sukses dan hidup mapan.
Anak keduanya merupakan fotografer di Belgia
Nggak kalah mentereng dari kakaknya, anak kedua Suripto yang bernama Aristianti juga punya prestasi yang nggak main-main. Sama seperti sebelumnya, anak kedua pasangan penjual sayur ini juga mendapat beasiswa di di Akpindo Pariwisata, Semarang. Dan lebih tak menyangka lagi, karena saat ini Aris bekerja di Belgia sebagai fotografer. Meski jarang pulang karena masalah jarak, namun Surito mengaku bangga dan bersyukur dengan karir anak-anaknya yang gemilang.
Ia juga berharap jika cucu-cucunya bisa lebih sukses lagi. Yang lebih menakjubkan lagi, meski memiliki anak-anak yang sukses, Suripto dan istrinya tidak pernah berniat berhenti berjualan sayur. Bagaimanapun, sayuran itulah yang telah mengantarkan anak-anak Suripto menuju cita-cita yang mereka dambakan.
Apapun profesinya, jika dilakoni dengan kesungguhan dan ketelatenan, tentu akan menghasilkan buah yang sepadang. Dari kisah hidup Suripto, semoga menjadi inspirasi bagi kita bahwa semua impian besar bisa dimulai dari hal kecil.