Belakangan ini, pubik Indonesia sempat dikejutkan dengan dandanan Presiden Jokowi yang terlihat gaul ala anak muda kekinian. Selain menaiki motor chopper berwarna emas, sosok pemimpin Indonesia ke-7 itu terlihat semakin modis dengan balutan jaket denim. Terlebih, Jokowi memadukan busana yang dikenakannya dengan menunggangi motor chooper sehingga memunculkan aura sangar.
Bergambar motif Kepulauan Indonesia yang seolah terbelah pada kedua sisi pada bahu, jaket buatan anak bangsa itu sukses menuai komentar. Baik positif maupun negatif. Namun, tahukah Sahabat Boombastis, bahwa pakaian tersebut dirancang oleh seniman desain grafis yang handal bernama Bernhard Suryaningrat lewat bendera Never Too Lavish. Tak menggambar pada jaket, studio seni ini juga mengerjakan sepatu lukis custom yang dibanderol dengan harga belasan juta.
Sebelum bergelut dengan dunia bisnis jasa, Never Too Lavish merupakan sebuah wadah perkumpulan teman sesama kuliah yang memiliki hobi di dunia seni dan desain. Kelompok ini bahkan sudah ada sebelum Bernad bergabung di dalamnya. Setahun belakangan saat ia bergabung, Never Too Lavis mulai fokus untuk berbisnis modifikasi desain. Sosok Pria yang akrab disapa Abenk ini, membawa perubahan besar dalam studio seni tersebut.
Belum genap setahun Bernard bergabung, sudah ada lebih dari 400 pesanan yang dikerjakan. Kebanyakan mereka mengorder untuk jasa mural pada tembok, medium painting untuk jaket, sepatu dan tas serta decon -recon sneaker. Karya-karya yang telah dihasilkan pun tergolong unik dan tak biasa. Seluruh hasil custom dari Never Too Lavish, merupakan desian premium yang tak ditemui di tempat lainnya.
Sukses dan mendapatkan banyak order, bukan berarti perjalanan Never Too Lavish mulus-mulus saja. Ada beberapa kendala yang sering dihadapi. Terutama saat awal-awal menggeluti usaha tersebut. Bermodal inspirasi yang didapat dari internet, hingga praktik dilakukan dengan modal sendiri. Alhasil, mereka kerap menemui kegagalan karena belum negerti teknik yang benar.
“Kalau dibilang belajar susah apa gampang, susah banget.” “Karena untuk bikin pola sepatu sendiri, lo bikin pola langsung jadi. Kadang lo udah mikir bener, tapi pas lo lem, polanya salah,” ungkapnya. Perlahan namun pasti, karya yang dihasilkan oleh Never Too Lavish mulai dilirik oleh konsumen.
Tak hanya sekedar kain, mereka juga berinovasi dengan menggunakan kulit ular Phyton, buaya, burung unta, hingga rambut kuda poni. Salah satu desain yang dihasilkan adalah tas kulit Louis Vuiton yang dikombinasikan dengan corak yang ada pada Air Jordan 1. Contohnya adalah AJ 1 putih yang dimodifikasi seperti AJ1 Off White yang dilepas dengan harga Rp 13,5 juta. Mahalnya banderol yang diberikan karena menggunakan tambahan berupa kulit buaya hingga ular piton. Mereka rata-rata mematok tarif untuk pengerjaan Decon dan Recon pada kisaran Rp 9-15 juta. Sedangkan untuk painting sendiri dihargai sekitar Rp 3-5 juta.
Untuk jaket denim milik Jokowi sendiri, dibanderol dengan harga Rp 4 juta. Adalah Muhammad Haudy, pendiri Never Too Lavish yang merancang konsep desain untuk Jokowi. Tak bekerja sendiri, ia dibantu oleh empat orang seniman lainnya. Termasuk Bernard Suryaningrat. Jaket hasil rancangan mereka dipakai Jokowi saat touring motor ke daerah Sukabumi, Jawa Barat.
Ternyata,tak selamanya produk luar negeri yang terus menerus menjadi ikon di negeri ini. Produk-produk lokal pun mulai berani menunjukan karya terbaiknya. Seperti Never Too Lavish, desain jaket yang dibuatnya pun berhasil memikat orang nomor satu di Indonesia. Berbekal kreativitas dan inovasi, mereka berhasil mengangkat merek lokal menjadi tuan di negeri sendiri. Patut ditiru nih caranya Saboom!