Categories: Inspirasi

Berkarya dalam Keheningan, Yuk Kenalan dengan Komunitas Akar Tuli di Malang

Keterbatasan yang ada di dalam tubuh, nyatanya bukan menjadi penghalang bagi mereka yang mengalami tuli untuk tetap enjoy menjalani hidup. Layaknya orang normal, mereka juga berbaur dalam masyarakat memiliki kegiatan dengan jadwal padat dalam kesehariannya. Hal inilah yang tercermin dari komunitas Aksi Arek Tuli (Akar Tuli) yang ada di Kota Malang.

Tim Boombastis pun berkesempatan untuk bertemu mereka di sebuah kafe bernama Old Bay D’Warung yang terletak di Jalan Tawangmangu, Kota Malang, Jawa Timur. Letaknya yang cukup terhindar dari keramaian, tak membuat suasana kafe lantas sepi. Saat kami tiba, terlihat beberapa dari teman tuli (istilah untuk anggota Komunitas Akar Tuli), tengah mengadakan sebuah rapat. Tentu saja mereka menggunakan bahasa isyarat.

Memahami Bisindo yang digunakan oleh Komunitas Akar Tuli [Dok. Boombastis]
Malam itu, tim disambut oleh Desi Ariani yang merupakan volunteer sekaligus translater bagi Komunitas Akar Tuli dan seorang anggotanya yang bernama Abdul. Sembari memperkenalkan diri masing-masing, kami juga belajar sedikit tentang bahasa isyarat yang digunakan oleh teman tuli. Komunitas Akar Tuli yang berdiri pada 13 September 2013, menjadi wadah bagi mereka untuk berkumpul satu sama lain.

Meski demikian, tahun 2013 masih digunakan para anggotanya untuk sekedar berkumpul-kumpul. Baru pada 2014, komunitas tersebut diresmikan dan memiliki susunan keanggotaan layaknya sebuah organisasi. Pendirian Komunitas Akar Tuli juga ingin agar para anggota merasa setara dan bisa beraktifitas seperti yang dilakukan oleh orang normal pada umumnya. Melalui komunitas ini pula, Akar Tuli ingin agar masyarakat tau tentang Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) yang selama ini digunakan oleh teman tuli, dan memahami kehidupan maupun kegiatan yang dilakukan.

Menerjemahkan kata-demi kata sekaligus belajar [Dok. Boombastis]
Di sela-sela wawancara, tim Boombastis berkesempatan memahami beberapa bahasa isyarat yang menurut kami cukup unik. Meski sempat beberapa kali melakukan kesalahan, kami merada cukup senang karena memperoleh ilmu baru. Abdul, yang saat itu menjadi teman tuli yang diwawancarai, mengungkapkan beberapa tanda isyarat di luar Bisindo sebagai salah satu cara mereka untuk berkomunikasi satu sama lain.

Salah satu contohnya adalah isyarat Kota Malang. bagi teman tuli, kota dingin ini identik dengan lambang hewan singa (Arema). Untuk menjelaskannya, gestur berupa tiga jari yang diusapkan pada pipi, menggambarkan sebagai kumis dari singa tersebut. Alhasil, teman tuli yang berasal dari Kota Malang, memperkenalkan dirinya dengan gerakan tersebut.

Interaksi dengan Abdul dari Komunitas Akar Tuli [Dok. Boombastis]
Kebanyakan, para anggota dari Komunitas Akar Tuli Malang adalah mahasiswa yang tengha menempuh pendidikan di berbagai universitas. Malam itu, tim Boombastis didampingi oleh Dian sebagai volunterr sekaligus translater yang menerjemahkan bahasa isyarat yang diungkapkan oleh Abdul. Mahasiswa vokasi jurusan DKV Universitas Brawijaya tersebut, sempat menceritakan pengalaman uniknya pada kami.

Saat Akar Tuli telah genap berusia setahun, mereka berhasil menyelanggarakn perayaan hari ulang tahun komunitas dengan sangat meriah. Berlokasi di salah satu gedung universitas swasta di Kota Malang, kegiatan seperti drama, pantomim, dan lainnya. Abdul merasa takjub lantaran Komunitas Akar Tuli yang saat itu menurut dirinya masih berusia setahun, tapi sudah mampu menyelenggarakan acara besar. Tak hanya perayaan ulang tahun, mereka juga kerap mengadakan workshop tentang bahasa isyarat kepada masyarakat.

Obrolan hangat sambil menyimak maksud yang diutarakan [Dok. Boombastis]
Selain mengenalkan Komunitas Akar Tuli, hal ini juga menjadi sebuah bentuk sosialisasi pada masyarakat umum bahwa teman tuli juga bisa berkarya dan menjalani aktivitas layaknya orang normal. Salah satu pencapaian besar yang berhasil diraih oleh Komunitas Akar Tuli adalah, mereka berhasil meraih penghargaan sebagai komunitas terinspiratif pada acara ICD pada tahun 2018 silam. Sebagai komunitas yang mewadahi teman tuli di wilayah Kota Malang, Akar Tuli berharap agar masyarakat paham tentang tuli, di mana teman dengar bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat (Bisindo). Jelas ini bukan hanya pengalaman yang unik, tapi juga prestasi bagi teman tuli yang tidak lelah dalam berkarya.

BACA JUGA: Ratusan Kali Ditolak Perusahaan, Tiga Orang Disabilitas Ini ‘Balas Dendam’ Buka Bisnis Kopi

Malam itu, obrolan yang berjalan terasa begitu cair dan hangat. Sebagai penutup sesi wawancara, kami sempat berlatih kata demi kata dalam bahasa isyarat sebagai ungkapan perpisahan. Tak terasa, waktu yang berlalu telah mendekatkan kami sekaligus menambah wawasan dari teman tuli lewat interaksi yang bersahabat. Hal ini menjadi bukti bahwa mereka mampu berkarya dengan usahanya meski berada di dalam keheningan.

Share
Published by
Dany

Recent Posts

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

3 weeks ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

4 weeks ago