Keterbatasan yang ada di dalam tubuh, nyatanya bukan menjadi penghalang bagi mereka yang mengalami tuli untuk tetap enjoy menjalani hidup. Layaknya orang normal, mereka juga berbaur dalam masyarakat memiliki kegiatan dengan jadwal padat dalam kesehariannya. Hal inilah yang tercermin dari komunitas Aksi Arek Tuli (Akar Tuli) yang ada di Kota Malang.
Tim Boombastis pun berkesempatan untuk bertemu mereka di sebuah kafe bernama Old Bay D’Warung yang terletak di Jalan Tawangmangu, Kota Malang, Jawa Timur. Letaknya yang cukup terhindar dari keramaian, tak membuat suasana kafe lantas sepi. Saat kami tiba, terlihat beberapa dari teman tuli (istilah untuk anggota Komunitas Akar Tuli), tengah mengadakan sebuah rapat. Tentu saja mereka menggunakan bahasa isyarat.
Meski demikian, tahun 2013 masih digunakan para anggotanya untuk sekedar berkumpul-kumpul. Baru pada 2014, komunitas tersebut diresmikan dan memiliki susunan keanggotaan layaknya sebuah organisasi. Pendirian Komunitas Akar Tuli juga ingin agar para anggota merasa setara dan bisa beraktifitas seperti yang dilakukan oleh orang normal pada umumnya. Melalui komunitas ini pula, Akar Tuli ingin agar masyarakat tau tentang Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) yang selama ini digunakan oleh teman tuli, dan memahami kehidupan maupun kegiatan yang dilakukan.
Salah satu contohnya adalah isyarat Kota Malang. bagi teman tuli, kota dingin ini identik dengan lambang hewan singa (Arema). Untuk menjelaskannya, gestur berupa tiga jari yang diusapkan pada pipi, menggambarkan sebagai kumis dari singa tersebut. Alhasil, teman tuli yang berasal dari Kota Malang, memperkenalkan dirinya dengan gerakan tersebut.
Saat Akar Tuli telah genap berusia setahun, mereka berhasil menyelanggarakn perayaan hari ulang tahun komunitas dengan sangat meriah. Berlokasi di salah satu gedung universitas swasta di Kota Malang, kegiatan seperti drama, pantomim, dan lainnya. Abdul merasa takjub lantaran Komunitas Akar Tuli yang saat itu menurut dirinya masih berusia setahun, tapi sudah mampu menyelenggarakan acara besar. Tak hanya perayaan ulang tahun, mereka juga kerap mengadakan workshop tentang bahasa isyarat kepada masyarakat.
BACA JUGA: Ratusan Kali Ditolak Perusahaan, Tiga Orang Disabilitas Ini ‘Balas Dendam’ Buka Bisnis Kopi
Malam itu, obrolan yang berjalan terasa begitu cair dan hangat. Sebagai penutup sesi wawancara, kami sempat berlatih kata demi kata dalam bahasa isyarat sebagai ungkapan perpisahan. Tak terasa, waktu yang berlalu telah mendekatkan kami sekaligus menambah wawasan dari teman tuli lewat interaksi yang bersahabat. Hal ini menjadi bukti bahwa mereka mampu berkarya dengan usahanya meski berada di dalam keheningan.
Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…
Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…
Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…
Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…
Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…
Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…