Hidup sukses sebagai pengusaha sekaligus pemilik waralaba makanan ternama, mungkin tidak pernah terbayangkan oleh sosok I Nyoman Londen. Dilansir dari liputan6.com, ia merupakan pemilik dari merek waralaba makanan bernama Edola Burger. Jauh sebelum dirinya menikmati kesuksesan seperti saat ini, Londen harus merintis nasibnya dari bawah.
Bersumber dari sebuah blog pribadi yang bernama londengigih.blogpsot.com, I Nyoman Londen adalah putra asli Pulau Dewata Bali, tepatnya berasal dari Desa Batur, yang terletak di daerah Kintamani. Masa kecilnya dilalui dengan penuh kesederhanaan. Terlebih, sang ayah telah berpulang pada 1968 silam di kala Londen masih berusia lima tahun. Alhasil, ibunya menjadi orang tua tunggal sekaligus ‘bapak’ bagi Londen kecil. Dari sini, ia telah terbiasa hidup sederhana dan harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya.
Hal ini berlanjut saat dirinya menginjak usia dewasa, di mana Londen harus bekerja keras untuk memenuhi segala kebutuhannya. Saat duduk di sekolah dasar hingga menengah, ia selalu berangkat ke sekolah dengan membawa dua tas sekaligus. Tanpa ada rasa canggung dan malu, Londen kerap menjajakan barang dagangan yang dibawanya. Satu tas berisi perlengkapan belajarnya di sekolah, sementara yang lainnya berisi barang dagangan.
Kebisaan ini berlanjut hingga Londen masuk SMA. Kebiasaan berdagangnya semasa di SD dan SMP ia lanjutkan kembali dengan berjualan bakpau keliling daerah Singaraja. Saat lulus dari SMAN 1 Singaraja pada 1984, Londen yang memiliki tekad ingin mengubah nasib nekat merantau ke Jakarta. Dalam benaknya, ia membayangkan sebuah kota besar yang menjanjikan banyak peluang dan pekerjaan pada dirinya.
Sesampainya di Ibukota, realita asli jakarta sempat membuat Londen terhenyak. Ya, hidup di sebuah kota metropolitan ternyata tak semudah dibayangkan oleh dirinya. Di sana, Londen bertahan hidup dengan melakoni berbagai macam pekerjaan. Mulai dari penjaga kebun, tukang cuci mobil hingga ,menjadi supir angkutan pun dijalaninya dengan penuh semangat. Saat itu, dirinya juga masih tinggal menumpang di rumah pamannya.
Setelah mempunyai penghasilan sendiri, Londen pun berniat mencari kost dan memulai hisup mandiri. Hingga pada1985- 1986, ia berhasil diterima sebagai staff pemasaran di sebuah percetakan buku yang berada di Bandung. Ia juga sempat menjadi karyawan di sebuah perusahaan air mineral yang membuat pergaulan dan relasinya menjadi luas. Di saat itu pula, dirinya menemukan wanita yang telah menjadi istrinya dan dikaruniai tiga orang anak.
Merasa cukup, Londen kembali ke Bali dan mencoba membuka bisnis sendiri. Sempat berkembang, ia sukses mendirikan Bisnis Toko Sepeda “ Sinar Cintya “ yang terkenal di Denpasar dan sekitarnya, bisnis jual beli Mobil bekas yang diberi nama “ Deno Motor” sampai mencapai 114 unit Mobil Bekas yang sudah terjual hingga mendirikan Studio rekaman. Sayang, semuanya harus gulung tikar karena merugi terus menerus. Kesalahan dalam pengelolaan manajemen dan tidak fokus dalam mengurusi usaha, menjadi akar dari kegagalan bisnis Londen.
Tak ingin gagal kedua kali, Londen mulai bangkit dan mencoba menjalankan bisnis kuliner yakni burger. Idenya saat itu berawal dari rasa penasaran dirinya terhadap kuliner asal AS tersebut yang dinilainya sangat mahal. Berbekal hal tersebut, ia mencoba membuat burger dengan harga yang terjangkau dan berkualitas. Hingga akhirnya, lahirlah merk Edola Burger yang kelak menjadi kendaraan suksesnya meraih keberhasilan
Bisnis kuliner yang diresmikan pada Jumat, 20 Mei 2005 di di Singgasana Ball Room Lt. 2 Hotel Grand Menteng Jakarta tersebut, berkembang dengan sangat pesat dari hari ke hari. Londen pun langsung membuat usahanya tersebut diolah dengan konsep kemitraan atau waralaba. Di mana orang lain juga bisa berjualan burger dengan menggunakan nama Edola miliknya. Dalam waktu kurang dari 3 bulan Gerai Edola Burger langsung melesat menjadi 150 gerai tersebar di beberapa tempat di Jawa, dan Luar Pulau Jawa. Hingga saat ini, cabangnya terus bertambah menjadi ribuan cabang.
Sukses menjadi seorang pemilik bisnis waralaba terkenal, membuat Londen tertantang untuk menggali kemampuan lain dari dirinya. Selain usaha kuliner, pria asal Bali itu juga memberikan motivasi untuk lewat acara seminar, speaker, trainer bisnis dan menulis buku. Londen bahkan telah diundang mengisi seminar di Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Sumatra Utara (USU), Universitas Jendral Sudirman (USUD), Trisakti, Bina Sarana Informatika (BSI), Institut Bisnis Informatika Indonesia (IBII)
BACA JUGA: Cerita Mantan Tukang Cuci Mobil Lulusan SMP yang jadi Miliarder Sukses di Bali
Bagi I Nyoman Londen, ukuran sukses bukan di lihat dari beberapa jumlah gerai yang bisa di kembangkannya, namun bagaimana bisnisnya ini membawa manfaat bagi orang banyak. Seperti yang dikatakan olehnya, “Sukses harus di nilai oleh orang lain, dan bukan oleh diri kita sendiri”. Demikian yang selalu di tekankan oleh I Nyoman Londen. Patut dicontoh nih Sahabat Boombastis.