Kebutuhan perut yang tidak bisa ditunda-tunda membuat seseorang terkadang harus melakukan segala macam cara. Berbagai pekerjaan dilakukan demi rupiah, termasuk salah satu contohnya adalah menjadi driver ojek online. Namun, jika para driver ojek biasanya mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga, berbeda halnya dengan sosok Endang Irawan.
Pria yang kerap disapa dengan Bang Soplo ini tidak hanya bekerja sebagai driver Gojek demi keluarganya saja, tapi juga untuk menghidupi 126 santriwati yang ia asuh. Dan hebatnya, hal tersebut dilakukan dengan sukarela atas keinginan sendiri. Dari kesederhanaan dan kisah hidup Endang tersebut kita bisa belajar 5 hal berikut ini.
1. Potret kesederhanaan kyai zaman now yang patut dicontoh
Meskipun memiliki sebuah pondok pesantren di wilayah Bogor, tidak akan ada yang menyangka kalau Endang adalah pimpinan pesantren. Jika dilihat dari penampilannya yang sangat sederhana, tidak ada kesan bahwa ia adalah seorang kyai. “Saya sedang belajar ilmu agar tak dikenal orang.” Kata itulah yang terlontar dari mulutnya kendati tak pernah tampil dengan busana ala pemuka agama.
2. Biayai anak yatim dengan uang hasil bekerja banting tulang
Sebelum menjadi driver Gojek, Endang pernah mencoba segala macam peruntungan . Ia pernah bekerja sebagai mekanik elektrik di luar pulau Jawa, namun hal tersebut menyulitkan untuk mengontrol para santrinya, karena hanya boleh pulang setelah 8 bulan. Selain itu, sebelum menjadi driver, Endang hanya berpenghasilan 800 ribu perbulan, semua digunakan untuk membeli keperluan para santriwatinya.
3. Rela berkorban hingga membelikan pembalut santriwati
Pondok pesantren Nurul Iman yang ia asuh sebenarnya sudah berdiri sejak 12 tahun lalu, namun baru bisa berkembang setelah ia pindah profesi menjadi driver Gojek. Pondok pesantren tersebut juga tidak strategis tempatnya, sehingga menuntut Endang untuk melakukan segala hal yang diperlukan oleh santriwatinya.
4. Kebaikan hati yang ikhlas tanpa meminta balas budi
Endang tidak hanya berbaik hati untuk membiayai penuh santri yang yatim dan fakir, serta mereka yang tidak mampu saja. Terkadang ia memberi uang jajan kepada para santri sehingga bisa membeli habis jualan yang lewat di depan pondok pesantrennya, dari tukang bakso hingga penjual gorengan. Semuanya dilakukan tanpa mengharap ia akan mendapat balasan yang sama.
5. Semangat dan tekad menciptakan santri yang hafal Al-quran 30 juz
Mewujudkan mimpi untuk membuat anak-anak hafal Al-quran memang sebuah tugas berat yang harus diemban, terlebih Nurul Iman bukanlah yayasan yang bisa menggaji guru dari luar. Tak kehabisan akal, Endang menjadikan adiknya sebagai pengurus pondok untuk membantunya mengajar para santri.
Zaman sekarang, orang yang mau berbuat baik tanpa mengharap balas budi memang jarang ditemui. Sosok Endang yang membiayai 126 santrinya bisa jadi inspirasi, jika orang kecilpun bisa berbuat lebih untuk membantu banyak mereka yang membutuhkan. Setiap rezeki memang sudah diatur porsinya masing-masing, tinggal kita menjemput dan bersyukur atas apa yang sudah diperoleh.