Pasca Proklamasi Kemerdekaan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, Belanda belum mau mengakui kedaulatan Indonesia. Bagi mereka, negeri yang membentang dari Sabang sampai Merauke masih milik mereka yang sah dan tidak bisa diganggu gugat. Akhirnya Belanda dan Inggris datang lagi ke Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan.
Mengetahui hal ini, masyarakat Indonesia tidak terima. Perjuangan yang dilakukan dengan mati-matian kok diminta begitu saja. Akhirnya muncullah kelompok-kelompok pemberontak yang salah satunya diketuai oleh Bung Tomo. Berikut kisah Bung Tomo dan kisah heroiknya sehingga mampu membakar semangat arek-arek Suroboyo dalam berperang.
Pengibaran Bendera Merah Putih di Seluruh Indonesia
Pada tanggal 31 Agustus 1945, pemerintahan Indonesia yang dipimpin oleh Bung Karno memberikan sebuah maklumat untuk mengibarkan bendera Merah dan Putih di seluruh Indonesia. Maklumat ini membuat Sang Saka Merah Putih dikibarkan di seluruh Indonesia pada tanggal 1 September 1945 termasuk di Surabaya.
Gedung perkantoran, pemerintahan, hotel dan media yang ada di Surabaya semua memasangnya tidak terkecuali Hotel Yamato atau Hotel Oranje. Pengibaran ini membuat Belanda sedikit berang karena wilayah Surabaya masih dianggap sebagai miliknya. Akhirnya, dengan diam-diam, Belanda mulai mengibarkan bendera Merah Putih Biru mereka di atas Hotel Yamato yang menyebabkan konflik berkepanjangan.
Konflik yang Kian Memanas dan Memicu Perang
Pengibaran bendera Belanda ini mengakibatkan adanya aksi perobekan bendera di atas Hotel Yamato. Peristiwa ini juga berbuntut pada aksi kerusuhan di dalam hotel yang menyulut adanya konflik yang berkepanjangan. Terlebih, Jenderal Mallaby yang memimpin tentara Inggris tewas dan menyebabkan adanya serangan umum 10 November 1945.
Mengetahui adanya serangan yang sangat mematikan dan membabi buta dari Inggris dan Belanda ini pemuda Surabaya akhirnya takut. Namun, dengan semangat baja yang diberikan oleh Bung Tomo, pemuda di Surabaya tidak gentar. Melalui orasi-orasi yang disiarkan lewat radio. Bung Tomo membakar semangat pemuda untuk berjuang mati-matian dalam pertarungan paling sengit dalam sejarah Surabaya.
Merdeka Atau Mati!
Pidato dari Bung Tomo sangat fenomenal. Semua orang yang mendengarnya akan bersemangat untuk berjuang meski nyawa adalah taruhannya. Dengan semangat baja, semua orang berjuang mari-matian melawan Inggris yang memiliki banyak senjata canggih. Meski diberondong dengan senjata tanpa henti, pemuda Surabaya tetap menjalani peperangan dengan kepala dingin dan tidak mudah terprovokasi.
Oh ya, dalam pidato Bung Tomo, beliau mengungkapkan beberapa hal yang sangat penting. Rakyat di Surabaya tidak akan pernah mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Apa pun yang akan terjadi. Mau hancur lebur seperti apa pun, rakyat Surabaya tidak akan menyerah. Lebih baik mati daripada tidak merdeka. Merdeka atau mati!
Akhir Kehidupan Bung Tomo
Setelah Indonesia diakui oleh dunia internasional sebagai negara yang merdeka di tahun 1950, Bung Tomo sempat terjun dunia politik. Namun, setelah beberapa saat dia memutuskan untuk hengkang lantaran tidak kerasan. Dia akhirnya hanya menjadi tokoh nasional yang kerap memberikan masukan dan kritik kepada pemerintah Indonesia.
Dua puluh tahun berselang tepatnya dekade 70-an, Bung Tomo kerap melakukan kritik tajam pada program yang dijalankan oleh Presiden Soeharto. Akibat kritik tajamnya ini, Bung Tomo ditangkap karena dianggap melakukan kegiatan makar. Dia dijebloskan ke penjara begitu saja tanpa proses pengadilan selama satu tahun sejak 1978 hingga 1979.
Pada tahun 1981, Bung Tomo meninggal saat melakukan ibadah haji. Jasad beliau dikembalikan ke Indonesia dan dimakamkan di pemakaman umum di Ngangel, Surabaya. Sekitar 27 tahun atau tahun 2008 lalu, Bung Tomo baru dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.