Bangsa Armenia mungkin terdengar kurang familiar di telinga bangsa Indonesia. Namun bagi masyarakat dunia, keberadaan negara kecil tersebut identik dengan tragedi Holocaust yang dulu pernah dilakukan Hitler terhadap Yahudi. Bedanya, pembantaian etnis Armenia dilakukan oleh Pemerintahan Turki Ustmani di abad ke-20, yang masih diliputi pro dan kontra.
Tak banyak yang menyadari, etnis Armenia ternyata telah lama berada di Indonesia. Di mana mereka hidup rukun dan berasimilasi dengan kebudayaan dan masyarakat setempat. Bangsa yang datang dari wilayah Eurasia tersebut, bahkan datang jauh-jauh hari di masa lampu, di mana nusantara pada saat itu masih belum bernama Indonesia.
Persinggungan awal dimulai dari abad ke-13 dan 14
Dikenal sebagai bangsa perantau, persinggungan awal etnis Armenia dengan Indonesia terjadi saat mereka memiliki hubungan dagang dengan Belanda. Dilansir dari laman tirto.id, orang-orang Armenia membawa berbagai barang-barang seperti karpet, pewarna, kapas, dan rempah-rempah ke Belanda dan sekitarnya. Dari situ, etnis di kawasan Eurasia itu akhirnya ikut berlayar bersama, melewati rute Amsterdam hingga ke Asia Tengara dengan motif ingin berdagang. Dari situlah, awal mula mereka menjejakkan kaki di tanah Nusantara.
Rekam jejak sebagai pedagang di tanah Hindia- Belanda
Dalam catatan Hyrapiet Elliasian pada 1962 dalam manuskrip berjudul Concise History of the Armenians in Indonesian yang dikutip dari tirto.id, adanya kedatangan orang asal Armenia bernama Codja Solima pada 1659 yang sempat berdagang di Makasar. Sumber dari catatan Ellias sendiri juga merujuk pada tulisan Gasper Paulus berjudul Short history of the Armenian community in Netherlands Indies. Masih dalam sumber yang sama, Ellis yang lahir pada 1889 di New Julfa, Isfahan, pernah tinggal di Indonesia dan meninggal dunia di Surabaya pada 1963 lalu.
Tokoh-tokoh Armenia yang diketahui pernah tinggal di Indonesia
Dari catatan yang ada, orang-orang Armenia sudah menginjakkan kaki di Amsterdam pada abad ke-16, dan baru pada abad ke-17 mereka mulai bergerak menuju ke Indonesia yang kala itu masih bernama Hindia Belanda. Laman tirto.id menuliskan, salah satu nama Armenia di Hindia Belanda yang tercatat adalah Harouthion Zakaria atau Arathoon Zakara, seroang pedagang yang dimakamkan di sana pada 1801. Ada juga Gavork atau George Manuk. Ia lahir di New Julfa, Isfahan, pada 1767 dan meninggal di Batavia pada 1827.
Jalinan komunitas yang sempat menyebar di Indonesia
Tak hanya di Batavia (kini Jakarta), komunitas orang-orang Armenia juga terlacak berada di Makassar, Sulawesi Selatan. Hal ini bisa dilihat dari perusahaan dagang orang Armenia yang didirikan oleh Minas Stephens dan John Marcar Michaels. Sumber tirto.id menuliskan, usaha itu dinamakan Michael, Stephens & Co pada 1870-an yang berkantor pusat di Makassar dan memiliki cabang di Singaraja dan Ampenan, Bali. Di Pulau Dewata, jejak mereka juga terekam lewat kartu pos dari Singaraja yang dikirimkan ke Gereja Armenia di Kalkuta.
Menjaga hubungan baik hingga di era modern
Setelah sama-sama menjadi negara yang berdaulat secara penuh, baik Indonesia maupun Armenia masih tetap menjaga hubungan baik antar negara. Selain latar belakang historis yang pernah terjalin, perwujudan tersebut dilakukan dalam bentuk kerjasama di berbagai bidang yang lebih luas. Dikutip dari laman travel.tempo.co, Kedutaan Besar Armenia bekerja sama dengan Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, menerbitkan buku foto berjudul Armenia: Land of Legend, di mana mereka ingin menjadikan negaranya sebagai tujuan wisata bagi masyarakat Indonesia.
BACA JUGA: 5 Fakta Unik Armenia, Negara Kecil yang Sering Dipandang Sebelah Mata Padahal Luar Biasa
Sebagai bangsa yang besar, etnis Armenia ternyata memiliki kesamaan dengan Indonesia di masa lalu. Menurut penulis pribadi, kedua negara itu datang dari latar belakang yang kelam. Sama-sama pernah dijajah, mengalami serangkaian peristiwa pembantaian, dan hal lainnya selama hidup sebagai wilayah koloni negara penguasa. Tak heran, jika saat ini hubungan antara Indonesia dan Armenia terjalin sangat erat. Terutama di bidang perdagangan. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?