Gempa Palu yang berkekuatan hingga magnitudo 7,4 Skala Richter (SR), membuat jutaan liter air laut juga ikut mengggulung banyak nyawa manusia tak lama kemudian. Tak hanya itu, efek dari kerasnya getaran banyak menghancurkan bangunan di atasnya. Termasuk menara Air Traffic Control (ATC) Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie, Palu, yang menewaskan seorang operatornya.
Diketahui, korban yang bernama Anthonius Gunawan Agung itu, harus meregang nyawa lantaran melompat dari menara kontrol yang ambruk akibat gempa. Sontak, aksinya itu banyak dipuji oleh netizen di media sosial berkat aksi heroiknya yang tetap memegang tugas hingga ajal menjelang. Padahal, Agung sejatinya sempat menyelamatkan diri di detik-detik akhir saat gedung yang ia pijak roboh. Sayang, dirinya terlambat
Dilansir dari megapolitan.kompas.com, Anthonius saat itu tengah mengarahkan sebuah pesawat dari Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie, Palu, menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan. Bersamaan dengan adanya guncangan, Anthonius tetap bergeming di posisinya sebagai petugas air traffic control (ATC) Airnav Indonesia. Padahal, rekan-rekannya telah berhamburan turun meninggalkan dirinya.
Saat gempa berguncang semakin keras, Anthonius bersikeras tidak turun menyelamatkan diri. Dirinya masih menunggu hingga pesawat Batik Air bernomor 6231 yang ia pandu, lepas landas dengan selamat. Ia bahkan sempat berkomunikasi dengan pilot meski keadaan pada saat itu dalam kondisi yang berbahaya.
“Anthonius telah memberikan clearance kepada Batik saat gempa terjadi. Anthonius sebagai petugas ATC yang bertanggung jawab penuh dengan menyelamatkan pesawat beserta penumpangnya,” kata Direktur Airnav Indonesia Novie Riyanto yang dilansir dari megapolitan.kompas.com.
Setelah pesawat berhasil lepas landas, Anthonius langsung bergegas turun ke bawah menyusul rekan-rekannya. Nahas, lantai 4 tower ambruk menerjang ke arah dirinya yang terlambat menyelamatkan diri. Anthonius pun nekat melompat untuk menghindari reruntuhan yang bakal menimpa dirinya. Alhasil, dirinya mengalami patah tulang saat berhasil mendarat di atas tanah. Sempat dirawat sesaat, Anthonius harus dirujuk ke rumah sakit besar karena adanya indikasi luka dalam melalui foto rontgen.
Sayang, takdir rupanya berkata lain. Karena helikopter penjemput datang terlambat akibat kondisi di bandara, Anthonius akhirnya menghembuskan napas terakhir. Sosoknya pun dianggap sebagai pahlawan karena gugur pada saat menjalankan tugas. Anthonius dinilai memiliki dedikasi dan berhasil menyelamatkan puluhan penumpang pesawat terbang pada detik-detik kejadian.
“Karena itu, kami akan memberikan penghargaan kepada almarhum dengan menaikkan pangkatnya sebanyak dua tingkat serta bentuk apresiasi lainnya kepada keluarga yang ditinggalkan,” kata Novie Riyanto selaku Direktur Airnav Indonesia yang dilansir dari megapolitan.kompas.com.
Setiap pekerjaan yang dilakukan, pasti memiliki resikonya masing-masing. Termasuk kehilangan nyawa. Namun, dari kisah Anthonius di atas, kita bisa mengambil hikmah. Bahwa seberat dan sekeras apapun tugas yang dilaksanakan, kita harus setia menjalani dari awal hingga akhir dengan dedikasi penuh. Bukan hanya sekedar kerja, tapi bagaimana kita memberikan kepuasan dan nilai lebih dari tanggung jawab tersebut. Selamat jalan pahlawan bangsa.