Indonesia darurat bom bunuh diri. Ya, itulah fakta yang terjadi saat ini. Yang bikin tak habis pikir, para pelaku tersebut juga nekat melibatkan seluruh anggota keluarganya. Mulai istri hingga anak-anak mereka, dijadikan sebagai wadah bom berjalan yang siap diledakkan. Meski sebagian besar ikut terlibat dan akhirnya tewas sia-sia, masih ada beberapa anak yang enggan mengikuti ajakan dari tindakan keji tersebut.
Salah satunya terjadi pada anak-anak kasus peledakan bom di Sidoarjo. Beruntung, mereka bertiga selamat dari rencana pemboman yang sedianya akan dilakukan sang ayah. Selain menderita luka-luka di sekujur tubuhnya seperti di bagian hidung dan kaki, anak-anak tersebut praktis telah menjadi yatim piatu. Sang ayah yang bernama Anton Febriyanto, ikut tewas bersama istri dan kakak laki-laki tertuanya.
Miris memang. Sebuah keluarga yang tampak baik-baik saja, harus terpisah oleh maut lantaran terjerumus dengan doktrin yang salah. Internet merupakan salah satu media yang paling bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Diketahui, sang ayah sehari-harinya merupakan pedagang jam secara online. Melalui saluran itu pula, ia kerap mendengarkan ceramah-ceramah agama yang merasuk ke dalam pikirannya.
Tak hanya sekedar mendengarkan ceramah, Anton Febriyanto juga kerap mengajak sang anak untuk ikut berjihad bersama dirinya. Untungnya, sang anak menolak secara halus ajakan tersebut. Meski dipaksa untuk ikut berkali-kali, sang anak tetap kukuh pada pendiriannya. Ia terpaksa mengelak karena tidak sesuai dan bertolak belakang dengan ajaran Islam yang dianutnya.
Hal ini diungkapkan oleh Karopenmas Polri Brigjen M Iqbal dalam keterangan tertulisnya. “Alasannya tidak sesuai pemikirannya dan bertolak belakang dengan ajaran Islam,” kata Iqbal seperti yang dikutip Boombastis.com dari Liputan6.com
Saat Anton Febriyanto merakit bom pun, ketiga anaknya tak ada yang mengetahui. Sesaat setelah terjadi ledakan, barulah mereka sadar apa yang telah dilakukan sang ayah selama ini. Oleh anggota kepolisian, bom yang meledak di Rusun Wonocolo Blok B Lantai 5 itu, diduga terkait dengan peristiwa serupa yang juga terjadi pada tiga buah gereja di Surabaya.
Apapun alasannya, meledakan diri di sebuah tempat tidak dibenarkan dalam ajaran agama apapun. Seperti kisah di atas, semua orang bisa saja terkena bahaya pemikiran radikal lewat internet dan sosia media. Solusinya? Sahabat Boombastis harus bijak dalam berpikir saat menggunakan internet dan sosial media. Bukan begitu?