Kesuksesan memang tidak datang dalam sekejap mata. Butuh proses panjang dan perjuangan keras di dalamnya agar meraih hasil yang maksimal di kemudian hari. Hal inilah yang kini dirasakan oleh seorang Achmad Zaky, pendiri salah satu e-commerce terbesar di Indonesia yang bernama Bukalapak. Di balik kesuksesannya membesarkan usaha tersebut, ada kisah jatuh bangun yang mengiringi keberhasilannnya.
Dikutip dari CNBC Indonesia, nama Bukalapak sempat mencuat lantaran telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sejumlah karyawannya. Jelas, hal ini begitu mengagetkan banyak pihak. Terlebih, Bukalapak merupakan salah satu perusahaan yang berstatus sebagai unicorn atau memiliki nilai sebesar US$1 miliar atau setara Rp 14 triliun di Indonesia. Simak, bagaimana perjuangan seorang Achmad Zaky dalam mendirikan usahanya tersebut.
Sosok cerdas lulusan ITB yang sempat bangkrut saat berjualan mie ayam
Mendirikan sebuah usaha mandiri memang tidaklah mudah. Hal inilah yang dialami oleh seorang Achmad Zaky. Lelaki kelahiran Sragen pada 24 Agustus 1986 itu, bahkan harus merasakan pahitnya gulung tikar alias mengalami kebangkrutan. Memiliki latar belakang pendidikan komputer, Zaky yang dikenal cerdas itu kemudian membangun Techno Entrepreneurship Club bersama rekan-rekannya.
Dengan modal tabungan dari hasil menjuarai berbagai lomba-lomba di bidang software, ia membuka warung mie ayam sebagai eksperimen. Sayang, usaha pertamanya itu berakhir dengan kegagalan. Meski kecewa, Zaky mengambil banyak pelajaran dan pengalaman dari hal tersebut. “Semua menggunakan uang pribadi kami, dan ternyata gagal. Di sinilah saya pertama kali gagal dan kehilangan uang besar untuk pertama kalinya,” katanya yang dikutip dari Bisnis Tempo.
Tidur di garasi kecil yang menjadi awal berdirinya Bukalapak
Lama berkecimpung dunia teknologi, Zaky pun memutuskan untuk membuat terobosan berupa e-commerce bernama Bukalapak pada tahun 2010 dengan modal seadanya. Menempati sebuah garasi sempit, ia berusaha keras agar ada yang mau bergabung untuk berjualan di Bukalapak. “Waktu kami dari pagi sampai tengah malam habis untuk mengajak berbagai kalangan usaha untuk bergabung Bukalapak. Seringkali kami tidur di garasi kecil kami di bilangan Haji Nawi, Jakarta Selatan,” kisah Zaky yang dikutip dari Inet Detik.
Bisa dibilang, awal-awal berdirinya Bukalapak membuat Zaky harus bekerja keras. Para pelaku UKM yang jadi target Bukalapak, disebut Zaky tak sudi ikut bergabung. Fase inilah yang sangat menguji mentalnya sebagai pengusaha di bidang teknologi. Meski demikian, sikap pantang menyerah terus dipupuknya hingga Bukalapak secara perlahan mulai menuju peningkatan. Sekitar 9 bulan sejak didirikan barulah perkembangan Bukalapak mulai kelihatan.
Sukses menjadi perusahaan rintisan dengan nilai Rp 14 triliun
Perlahan tapi pasti, usaha keras Zaky dan timnya mulai menunjukkan hasil. Dari yang tadinya tak ada pelaku UKM yang menggunakan Bukalapak, kini e-commerce yang ia dirikan telah banyak digunakan. Terlebih, Bukalapak juga makin dikenal karena perkembangan internet yang makin cepat dan murah, serta meluasnya peredaran smartphone yang terjangkau.
Dilansir dari Kompas Tekno, Bukalapak menjadi perusahaan rintisan ke-4 yang menjadi unicorn dengan valuasi mencapai 1 miliar dollar AS atau setara Rp 14,2 triliun. Namanya sejajar dengan bisnis teknologi lain seperti Go-Jek, Traveloka, dan Tokopedia. Tak hanya itu, Bukalapak juga mengaku sejak 2018 sudah mencatatkan transaksi hingga Rp 4 triliun per bulan seperti yang dikutip dari Bisnis Tempo.
BACA JUGA: 5 Prestasi Achmad Zaky yang Sukses Dirikan Bukalapak Sebagai Bisnis Besar di Indonesia
Jatuh bangun dalam membangun usaha, adalah sebuah hal yang wajar. Justru dari pengalaman tersebut, kita bisa belajar banyak tentang dinamika sebuah bisnis dan seluk beluknya. Sama seperti kisah Achmad Zaky di atas, kegigihan dan ketekunannya membesarkan Bukalapak, merupakan sikap yang bisa kita tiru dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Semoga kisahnya bisa menginspirasi dirimu untuk sukses ya.